Not King of Lip Services
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Khalifah Umar bin Khattab ra bukan pemimpin sekuler. Beliau Pemimpin Islam yang sejati. Bukan pencitraan tetapi banyak bukti kesuksesannya memimpin negara.
Beliau bukan penguasa sekuler yang memimpin negara bangsa kecil yang wilayahnya terus berkurang. Wilayah kekuasaan Khilafah Islam pada masanya meliputi Jazirah Arab bahkan masuk ke benua Afrika. Kekuatan Khilafah mampu menundukkan Imperium Romawi dan Persia.
Khalifah Umar ra bukan pemimpin yang suka mengobral janji manis ketika kampanye mau pun setelah berkuasa. Beliau bukan raja prank. Beliau tak pernah menipu rakyatnya dengan mengatakan ada ribuan trilyun uang negara di luar negeri yang faktanya tak ada.
Antara ucapan dan tindakan Beliau selalu sinkron. Kepemimpinannya sistematis dan progresif. Pada masanya lah ghanimah dan pos pemasukan negara melimpah ruah. Tidak ada pajak.
Layanan kesehatan dan pendidikan diberikan secara gratis kepada semua warga Daulah tanpa memandang agama, suku mau pun etnisnya. Pada masa nya tidak ada guru yang melarat.
Guru yang mengajar anak-anak warga negara Khilafah digaji 15 Dinar (Rp.30 juta) per bulan. Berarti setahun, gajinya 180 Dinar (Rp.360 juta). Bandingkan dengan gaji guru honorer dalam negera bangsa sekuler.
Mereka ada yang digaji Rp.100.000 per bulan. Bahkan gajinya diterima 6 bulan sekali. Lantas bagaimana mereka bisa hidup dengan beban biaya harian yang tinggi (bayar kos-kosan, transportasi, berobat, dan konsumsi).
Khilafah Islam memiliki sistem hukum yang kuat. Pada masa Khalifah Umar ra segala peluang menuju korupsi dicegah dan ditutup rapat-rapat. Para pejabat dilarang keras menerima gratifikasi.
Gaji mereka diperbesar sehingga tidak ada peluang untuk korupsi. Prinsip perhitungan selisih kekayaan awal dan akhir pejabat diberlakukan.
Hasilnya, para Pejabat ketakutan untuk memakan uang negara atau uang rakyat. Karena audit kekayaan tersebut bisa dipakai untuk menemukan aktivitas korupsi para pejabatnya.
Para pejabat juga belajar hidup sederhana dari gaya hidup Khalifah Umar. Pemimpin Islam tertinggi saat itu. Khalifah tidak membangun istana mewah yang biayanya miliaran.
Beliau hanya meneladani Rasulullah SAW. Punya rumah sederhana dan tidur di atas pelepah daun kurma. Para pejabat pun enggan untuk hidup lebib mewah.
Jika ada pejabat yang menzhalimi rakyatnya, Umar tak segan-segan menegur bawahannya. Umar ra memenangkan warga Yahudi biasa yang rumahnya mau digusur Gubernur Mesir kala itu.
Umar pun mewajibkan dirinya berkeliling setiap malam melihat apakah rakyatnya ada yang susah. Beliau pun langsung membantunya.
Pertanyaannya adalah mengapa Khalifah Umar bin Khattab menjadi salahsatu Khalifah yang dikagumi dan didoakan Kaum Muslimin sepanjang masa. Sehingga rakyat rindu memiliki Pemimpin seperti Beliau.
Karena Umar bin Khattab ra memimpin negara dengan sistem Kaffah. Bukan dengan menerapkan demokrasi yang memiliki efek beracun. Demokrasi lah yang menghancurkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Demokrasi menyebabkan naiknya angka korupsi, utang negara, perpecahan antar kelompok masyarakat. Demokrasi pula yang menyebabkan terlepasnya Timor Timur dari Indonesia, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, serta SDA dikuasai oleh kapitalis dan oligarki.
Oleh karena itu, jika ingin memiliki Pemimpin yang seperti Khalifah Umar bin Khattab ra, segera ganti sistem demokrasi dengan Sistem Islam (Khilafah). Maka negeri ini akan menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. []
Bumi Allah SWT, 30 Juni 2021
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS