Gencatan senjata telah disepakati oleh Palestina-Israel pada 21 Mei 2021. Gencatan senjata ini dimediasi oleh Mesir
Gencatan senjata telah disepakati oleh Palestina-Israel pada 21 Mei 2021. Gencatan senjata ini dimediasi oleh Mesir dan diwujudkan setelah 11 hari serangan brutal Israel kepada Palestina. Gencatan senjata inipun dirayakan oleh warga Palestina dan mereka menyebutnya sebagai sebuah kemenangan Palestina atas Israel dalam bentrokan berdarah ini.
Hanya saja, ketika gencatan senjata baru dinyatakan berlaku 21 Mei 2021 dini hari, ternyata polisi Israel menyerbu kompleks masjid Al-Aqsa dan menembakkan gas air mata kepada warga Palestina setelah sholat jumat pada 21 Mei 2021 (cnbcindonesia.com, 22/05/2021). Tentu, serangan Israel ini menjadi sesuatu yang ironis. Sebab, baru saja gencatan senjata disepakati. Akan tetapi, justru Israel sungguh bernafsu untuk menodai gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir ini.
Dengan melihat fakta tersebut, harusnya kita semakin yakin bahwa perkataan dan perbuatan penjajah Israel tidak akan pernah bisa dipercaya. Bahkan, Wakil Ketua Majelis Umum Indonesia (MUI), Anwar Abas, menyebutkan bahwa bisa jadi gencatan senjata ini hanyalah siasat Israel saja. Setelah sistem keamanannya pulih pasca serangan roket-roket Hamas, maka penjajah Israel ini akan membabi buta kembali. Hal ini sebagaimana siasat yang diambil oleh penjajah Belanda sewaktu melakukan gencatan senjata dengan kaum Paderi.
Pembelaan Setengah Hati Negeri-negeri Muslim Atas Palestina
Negeri-negeri muslim yang tergabung ke dalam OKI, memiliki pandangan yang berbeda menyikapi konflik Palestina-Israel ini. Negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Bahrain dan Saudi Arabia cenderung mendukung Israel dan tidak memberitakan kondisi Palestina di dalam negeri negara-negara tersebut.
Sementara negara-negara anggota OKI yang lain mendorong solusi dua negara untuk menciptakan perdamaian abadi antara Palestina-Israel dengan batas wilayah 1967. Menurut mereka, solusi dua negara dengan batas wilayah 1967 adalah solusi yang adil antara Palestina-Israel. Sebab, Israel telah melakukan penjarahan, pembunuhan, pengusiran dan penghancuran properti warga Palestina.
Hanya saja, jika kita memperhatikan lebih mendalam solusi dua negara yang ditawarkan oleh negeri-negeri muslim ini, sejatinya ini adalah pembelaan setengah hati yang mereka berikan kepada Palestina. Sebab, dengan solusi dua negara ini, sejatinya negeri-negeri muslim telah mengakui eksistensi dan penjajahan Israel yang dilakukan sejak 1948.
Harusnya negeri-negeri muslim bukan menawarkan solusi dua negara. Harusnya mereka mengirimkan tentara-tentara terbaik yang mereka miliki untuk mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina. Bersatunya negeri-negeri muslim pasti akan mampu memberikan keadilan yang sebenarnya untuk warga Palestina. Terlebih, menghadapi roket-roket Hamas saja, pertahanan militer Israel sudah jebol. Apalagi, menghadapi gabungan militer negeri-negeri muslim yang ada di dunia, penjajah Israel pasti tidak akan mampu untuk membendungnya lagi.
Hanya saja, hampir seluruh negeri-negeri muslim saat ini dicengkeram oleh negara adidaya Amerika dan sekutunya yang menjadi pendukung penjajah Israel. Bahkan, sebagian negeri-negeri muslim seperti Turki dan Indonesia telah lama melakukan hubungan dagang dengan Israel. Terlebih, negeri-negeri seperti Uni Emirat Arab dan Bahrain justru telah melakukan normalisasi hubungan diplomasi dengan penjajah Israel ini. Jadi, wajar jika pembelaan yang diberikan oleh negeri-negeri muslim adalah pembelaan setengah hati. Pembelaan semacam ini, tentu tidak akan pernah mampu memberikan perdamaian abadi untuk warga Palestina.
Perdamaian Abadi Palestina Hanya akan Diwujudkan oleh Khilafah
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir ini, sejatinya menunjukkan lemahnya penjajah Israel menghadapi sebagian pejuang Palestina (Hamas). Hanya saja, selama ini Israel masih mampu bertahan dan melakukan berbagai serangan brutal kepada Palestina. Hal ini, disebabkan oleh dua hal. Pertama, adanya dukungan Amerika dan sekutunya terhadap penjajah Israel. Hal ini tampak bagaimana Biden berusaha membantu Israel untuk memulihkan sistem keamanan iron dome milik Israel. Kedua, lemahnya dan terpecahnya kesatuan umat Islam untuk memberikan pembelaan terhadap kemerdekaan Palestina akibat cengkraman negara adidaya Amerika dan sekutunya.
Oleh karena itu, agar masalah Palestina ini mampu terselesaikan dengan mewujudkan kemerdekaan yang hakiki untuk Palestina serta mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina, maka umat Islam yang ada di dunia butuh bersatu untuk menegakkan kembali khilafah. Sebab, dengan tegaknya khilafah, cengkeraman Amerika dan sekutunya akan bisa dilepaskan dari negeri-negeri muslim. Selain itu, khilafah juga akan menyatukan negeri-negeri Islam di bawah satu panji. Dengan demikian, akan sangat mudah bagi khilafah untuk mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina dan mengembalikan lagi wilayahnya persis sebelum invasi Israel pada 1948. Hidup damai, tentram, serta tidak ada rasa takut dan khawatir dalam dekapan khilafah.
Wallahu a'lam bish showab
Oleh:
Lilik Ummu Aulia
COMMENTS