tolak valentine day
Oleh: Ummu Uwais (Pemerhati Masalah Remaja)
Kampanye tolak Valentine Day digencarkan menjelang 14 Februari setiap tahunnya, baik melalui tulisan opini maupun diskusi publik. Hal itu tidak lain untuk memahamkan umat, terutama generasi muda, terkait haramnya aktivitas merayakan hari yang diklaim sebagai perayaan kasih sayang sedunia ini.
Betapa tidak, tradisi seks bebas berkembang pesat di Indonesia. Temuan Juli 2019 yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser Indonesia, lewat merek alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia, menemukan bahwa 33% remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi.
Dari hasil tersebut, 58 persennya melakukan penetrasi di usia 18 sampai 20 tahun. Selain itu, para peserta survei ini adalah mereka yang belum menikah. Tren temuan seperti ini cenderung mengalami peningkatan. Sehingga, kemungkinan besar temuan untuk Februari 2020 dan 2021 lebih besar daripada 33%. Mengerikan bukan!
Tak hanya itu, dikutip dari Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari DNA India, pakar cinta bernama Louanne Ward dari Perth, Australia Barat mengungkapkan salah satu hasil penelitiannya bahwa 63% pria dan wanita lebih suka diberi tahu betapa mereka dicintai di Hari Valentine daripada diberi hadiah. Ekspektasi tinggi ini menimbulkan ketegangan. Apabila tidak dapat terselesaikan, maka keinginan untuk putus akan memuncak. Sungguh kondisi labil ini amat memprihatinkan.
Padahal, ditinjau dari sejarahnya, pakar kristologi Hj. Irene Handono menjelaskan, sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme. Mereka memiliki perayaan/pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Februari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja menyebut mereka sebagai kaum kafir
Di zaman Athena Kuno, Bulan Februari disebut sebagai bulan Gamelion. Yakni masa menikahnya Zeus dan Hera. Sedangkan di zaman Romawi Kuno, disebut hari raya Lupercalia sebagai peringatan terhadap Dewa Lupercus, dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit domba
Perayaan ini berlangsung dari 13 hingga 18 Februari, yang berpuncak pada tanggal 15. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Di masa ini ada kebiasaan yang digandrungi yang disebut sebagai Love Lottery/Lotre pasangan, di mana para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung. Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa
Hal ini menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Sehingga, untuk menarik jemaat masuk ke Gereja maka diadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan. Maka, Paus Gelasius I pada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine's Day
Ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama Kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta. Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14 Februari di tahun 498
Bagaimanapun juga lebih mudah mengubah keyakinan masyarakat setempat jika mereka dibiarkan merayakan perayaan di hari yang sama hanya saja diubah ideologinya. umat Kristen meyakini St Valentino sebagai pejuang cinta kasih. Melalui kelihaian misionaris, Valentine’s Day dimasyarakatkan secara internasional. Apakah kita sebagai kaum muslim tidak merasa ngeri dengan fakta sejarah ini?
Ya, jika kita masih latah mengikuti padahal sudah tahu tinjauan empirisnya, maka besar kemungkinan kita akan jatuh pada aktivitas menyerupai suatu kaum. Sementara, dalam Islam, hal tersebut merupakan sesuatu yang diharamkan. "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad). Wallahu 'alam bisshowab.
COMMENTS