bencana 2021 salah siapa
Oleh : M Azzam Al Fatih | Penulis dan aktivis Dakwah
Ibu Pertiwi sedang menangis...
Sepenggal syair yang diciptakan oleh ismail Marzuki Syair yang mengisahkan tentang suatu negeri yang dilanda bencana seperti, gempa bumi, gunung meletus, banjir, longsor, dan sebagainya. Memang, Lagu tersebut selalu diputar setiap terjadi bencana. Sebablagu ini memang membuat haru dan menyentuh orang lain, agar dapat merasakan penderitaan Saudaranya yang terkena musibah bencana.
Kali ini, lagu tersebut kembali terdengar Lantaran negeri ini sedang dilanda bencana secara bertubi - tubi. seakan alam tidak bersahabat lagi dengan manusia, Menampakkan kemarahan dan kekuatannya. Menggucang bumi dengan dahsyat hingga menelan korban yang kemudian diikuti bencana lain secara bertubi-tubi.
Sebagaimana kita ketahui di awal tahun 2021 telah terjadi berbagai rentetan bencana. Di mulai dari jatuhnya pesawat nomor penerbangan Sj 168 yang jatuh di perairan pulau lancang pada tanggal 9 Januari lalu. Kemaudian di susul bencana Alam gempa bumi dengan berkekuatan 6,2 maghnetudo di majene Sumatera. Dengan tercatab BNPB korban jiwa 56 orang dengan rincian 47 di Mamuju dan 9 orang di Majene, serta 19.345 jiwa mengungsi.
Berikutnya disusul bencana meletusnya gunung Semeru di jawatimur yang Mengakibatkan terganggunya perekonomian warga. Berselang berapa hari, Kalimantan di landa banjir dengan melanda beberapa wilayah. Bahkan sepanjang sejarah banjir kali ini merupakan banjir terparah dikalimantan selatan. Seperti yang disampaikan
Direktur eksekutif WALHI ( wahana lingkungan hidup) Kisworo Dwi Cahyono. Beliau mengatakan " Banjir 2021 banjir terparah sepanjang sejarah Kalimantan Selatan dari sebelumnya. Dikutip dari media online com. 15 januari 2021. Tercatat 67. 842 jiwa terdampak banjir tersebut.
Belum kering air mata ibu Pertiwi, secara mengejutkan terjadi lagi gempa di Mamuju dengan kekuatan 3,7maghnitudo pada tanggal 20.januari pukul 23.19 WITA. Di susul meletusnya gunung Merapi perbatasan jogjakarta dan Jawa tengah pada tanggal 27 Januari 2021.
Hujan bencana Secara bertubi - tubi harusnya menjadikan ibroh bagi manusia. Apalagi rentetan bencana terjadi di saat manusia dalam kesulitan yakni masa pandemi virus Coron, berjibaku dengan virus mematikan yang telah nyata merenggut jutaan jiwa manusia dan tidak tahu kapan berakhirnya.
Salah Siapa?
Selain karena ketetapan Allah SWT, terjadinya hujan bencana ini tidak lain karena ulah manusia. Manusia rakus yang mengumbar hawa nafsunya ingin memiliki lebih dan merasa menguasai alam jagad raya, Mengambil sepuas nafsunya. Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 11 dan 12.
wa izaa qiila lahum laa tufsiduu fil ardhi qooluuu innamaa nahnu mushlihuun
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Janganlah berbuat kerusakan di bumi! Mereka menjawab, Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 11)
alaaa innahum humul-mufsiduuna wa laakil laa yasy'uruun
"Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 12)
Dari dua Ayat ini menegaskan bahwa kejadian bencana yang terjadi di negeri ini disebabkan oleh ulah tangan manusia. Berawal dari enggan untuk berhukum dengan hukum Allah SWT. Yakni Hukum mulia yang bersumber dari Al Qur'an, hidist, Ijma'sahabat, dan qiyas. Dan mereka lebih memilih hukum buatan sendiri.
Padahal mereka membuat aturan-aturan dan perundang-undangan hanyalah demi kepentingan para kapitalis yang senantiasa haus dunia. Dengan hukum tersebut, kaum Kapitalis leluasa untuk merampok sumber daya alam dan memeras keringat rakyat kecil.
Maka jelas di balik terjadinya bencana secara beruntun tidak lain ulah para Kapitalis dan penguasa boneka yang menjadi tangannya. Mereka telah membabi buta merusak bumi demi mendapatkan keuntungan yang melimpah. Mengubah hutan yang dipenuhi pepohonan menjadi perusahaan yang dibidang perkebunan. Merusak pegunungan dengan menggali demi mendapatkan sumber daya alam.
Dengan demikian, Alam yang di rusak menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pepohonan yang seharusnya menyimpan dan mengolahnya menjadi uap, telah mereka tebang secara membabi buta. Akhirnya tanah tidak dapat menyimpan air dan terjadilah banjir dan tanah longsor.
Di sisi lain, Allah SWT memperingatkan atau bahkan murka. sebab manusia telah berbuat durhaka dengan menyandingkan hukum buatan sendiri dengan Hukum NYA. Dan dengan hukum tersebut hanyalah demi merusak alam dan mendzalimi yang lainnya.
Olehkarena itu, buang dan campakkan sistem demokrasi yang dijadikan alat oleh kaum Kapitalis untuk merusak alam dan tatanan kehidupan. Dan selanjutnya kembali kepada sistem Islam yang telah terbukti merawat alam dengan sebaik-baiknya. Memanfaatkan Sumbar daya alam untuk kesejahteraan umat manusia.
Dengan sistem Islam insya Allah kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, keadilan dan segala kebaikan akan terwujud. Sebab sistem ini murni hanya menjalankan syariat Islam secara kaffah.
Wallahua'lam bishowwab.
COMMENTS