Pembatasan Kegiatan Masyarakat
Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Pandemi sudah hampir satu tahun menerjang negeri ini. Bahkan hampir seluruh dunia terkena paparan virus Covid-19 yang belum ada tanda-tanda akan pergi. Korban semakin banyak jumlahnya dari segala lini. Covid-19 tak pandang bulu, semua orang ada potensi dan bisa terpapar makhluk kecil tak tampak mata ini.
Covid-19 meluluhlantakkan ekonomi seluruh negeri. Hingga negara adidaya sekalipun tak sanggup menangkis serangan covid-19. Ekonomi mengalami defisit bahkan inflasi pun tak terkendali.
Berbagai kebijakan pemerintah sudah diterapkan namun tak menunjukkan hasil. Kebijakan baru dibuat lagi, diterapkan namun tak juga menunjukkan hasil memadai. Begitu selanjutnya manusia mengandalkan kekuatan diri.
Mengapa pandemi selama itu tak menjadikan bahan evaluasi?
Kebijakan terbaru dari gubernur DKI Jakarta yang mencanangkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang akan diujicobakan selama dua pekan mendatang. Sanggupkah bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah negeri?
Seperti dilansir Sindonews.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap pasca pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) kasus Covid-19 dapat turun serendah-rendahnya. Jika pasca PKM kasus positif masih tetap naik, maka akan dilakukan perpanjangan. Kalau ini berhasil maka kita tidak harus memperpanjang. Tapi bila tidak, kita terpaksa harus memperpanjang supaya benar-benar tuntas,” ujar Anies saat konferensi pers, Sabtu (9/1/2021).
Saya berharap kepada kita semua untuk sama-sama berikhtiar. Ini PKM akan mulai hari senin. Kita berkeinginan tidak berulang seperti sebelumnya baru sampai separuh belum tuntas sudah kembali naik lagi. Kita inginya turun terus serendah-rendahnya. Ini kita lakukan selama dua pekan ke depan,” tandasnya.
Kebijakan Baru Lagi Mampukah Atasi Pandemi?
Upaya yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk ikhtiar sudah ditunaikan semaksimal mungkin. Bahkan kebijakan baru siap menggantikan jika kebijakan lama tak berhasil. Namun kebijakan yang diterapkan itu tidak mendapatkan dukungan penuh dari umat.
Kurangnya sosialisasi bisa jadi salah satu penyebabnya. Sebagai contoh masalah protokol kesehatan saja tidak dilaksanakan dengan baik. Kerumunan masih terjadi di banyak tempat. Termasuk yang baru usai saat dilaksanakan pesta demokrasi pilkada.
Kemudian yang paling mudah adalah kesadaran mengenakan masker untuk semua umat. Kesadaran diri yang kurang meski sosialisasi sudah digalakkan di berbagai situasi kondisi. Namun kenyataan di lapangan, banyak sekali warga berkeliaran tak mengenakan masker. Berkumpul banyak orang, makan-makan, tanpa masker.
Kesadaran yang kurang tanpa diimbangi adanya sanksi jika terjadi pelanggaran. Maka bisa dilihat berapa banyak jumlah korban berjatuhan. Tak peduli apakah rakyat biasa atau pejabat bisa terpapar virus Corona. Rakyat biasa hingga para nakes, paremedis, hingga para pejabat dan para ustadz juga tak lepas dari serangan virus Corona.
Lantas kebijakan baru dari Gubernur DKI Jakarta untuk mengadakan PMK apakah ada peluang bisa menurunkan jumlah korban Corona bahkan berharap bisa menghilangkan virus tersebut. Niat dan harapan baik tanpa ditunjang dukungan seluruh umat, rasanya sungguh berat.
Tak Adakah Niat untuk Kembali pada Aturan Islam?
Saat berbagai kebijakan dicoba namun tak membuahkan hasil, apakah tak berharap untuk menyandarkan pada kekuasaan Illahi? Sudahkah mencoba untuk mengadakan taubat massa lalu kembali pada aturan Allah?
Jika hukum Islam diterapkan maka Allah sudah sediakan berbagai solusi dari segala persoalan yang menimpa penduduk negeri. Termasuk urusan pandemi, sudah pernah dicontohkan Rasulullah Saw dan sahabat.
Ketika terjadi wabah pandemi, Islam mengajarkan untuk isolasi wilayah dan pemisahan antara umat yang sehat dan sakit. Umat yang sehat berada di wilayah aman dan tetap menjalankan aktivitas normal.
Sedangkan umat yang sakit akan mendapat fasilitas memadai dan pengobatan sakitnya. Wilayah yang diisolasi akan mendapat bantuan seluruh kebutuhannya oleh negara. Hingga tidak ada yang berkeliaran untuk mencari nafkah keluarga, yang berpotensi menularkan virus atau tertular. Dimana akan mengakibatkan korban makin banyak berjatuhan.
Negara mendapatkan dana untuk mencukupi kebutuhan umat dalam wilayah isolasi berasal dari kas negara. Di mana kas tersebut berasal dari sumber daya alam yang dikelola sangat baik oleh negara untuk kesejahteraan umat.
Jika demikian bagusnya Islam memiliki solusi, dan sudah terbukti mengatasi wabah. Mengapa negeri-negeri di seluruh dunia ini tak mengambil solusi itu untuk mengatasi wabah yang sudah lama menimpa negeri?
Mengapa harus sibuk membuat lagi kebijakan demi kebijakan yang hasilnya belum terbukti? Kini sudah saatnya kembali ke jalan Allah untuk mengatasi segala permasalahan hidup yang menimpa negeri.
Wallahu a'lam bish shawwab
Surabaya, 9 Januari 2021
COMMENTS