keluarga islami
Oleh : Asha Tridayana
Hingga saat ini setiap lapisan masyarakat sedang dirundung berbagai persoalan hidup. Baik kaya ataupun miskin, tua muda, laki-laki perempuan, bahkan dari tataran keluarga sampai negara. Tidak lain akibat penerapan sistem sekuler yang selama ini telah mendominasi pemikiran dan gaya hidup masyarakat. Sistem yang berasaskan pemisahan aturan agama dengan kehidupan menjadi biang segala permasalahan. Masyarakat menjadi semakin jauh dari hakikat kehidupan, terpisah dari aturan agama yang semestinya menjadi pedoman dan standar dalam menjalani kehidupan.
Di tengah gempuran persoalan akibat sistem sekulerisme, masyarakat mulai menyadari ada sesuatu yang perlu dibenahi. Dimulai dari lingkup keluarga muslim yang kini membutuhkan peranan agama. Tidak hanya sebagai ritual ibadah tetapi juga mencangkup seluruh aktivitas. Syariat Islam yang mengatur segala aspek kehidupan mulai dicari dan ingin diterapkan kembali. Kerinduan kepada Rasulullan saw sebagai pembawa ajaran Islam dan teladan bagi seluruh umat muslim pun mulai bermunculan. Hal ini menunjukkan kecintaan umat muslim pada Rasulullah saw termasuk syariat Islam sebagai hukum-hukum Allah swt yang wajib diterapkan.
Namun, kecintaan kepada Rasulullah saw dan syariat Islam tidak cukup sekadar ucapan tetapi juga perbuatan yang nyata dilakukan. Karena selama ini pemahaman terkait syariat Islam telah diracuni dengan pemikiran sekuler sehingga masyarakat tidak melibatkan hukum Allah dalam aktivitasnya terlebih dalam mengatasi permasalahan. Sehingga diharapkan dengan adanya kecintaan kepada Rasul dan syariat Islam dapat mendorong masyarakat menjadikan syariat Islam sebagai aturan hidup dan solusi hakiki dari segala problematika saat ini. Hanya dengan syariat Islam pula lah perubahan yang diharapkan seluruh umat dapat terwujud tanpa terkecuali.
Di sisi lain, para penganut sistem sekuler tidak rela melepas begitu saja masyarakat kembali pada aturan Islam. Karena mereka sadar betul, jika umat Islam menerapkan hukum-hukum Allah swt tentu mereka tidak akan bisa menguasai dan memperdaya umat Islam. Kondisi ini jelas mengancam eksistensi mereka sehingga berbagai upaya pun terus dilakukan, termasuk narasi-narasi yang menyudutkan dan meracuni pemikiran masyarakat. Seperti Islamfobia, kontra radikalisme yang diarahkan pada keluarga muslim. Hal ini dilakukan dalam rangka menghalangi pengenalan Islam kaffah dan implementasinya dalam lingkup keluarga masyarakat hingga negara.
Terlihat ketika ada masyarakat yang berusaha mendalami Islam, berusaha memperbaiki pemahaman umat justru mendapatkan tudingan-tudingan yang tidak semestinya. Seperti dicap radikal dikriminalisasi hingga dibawa ke ranah hukum pun sudah banyak terjadi. Umat Islam benar-benar dicegah mengenal keutuhan ajaran Islam sehingga timbul rasa takut dalam mempelajari Islam secara kaffah. Begitu besar pengaruh sekulerisme ini dalam meracuni pola pikir masyarakat sampai ke tataran terkecil keluarga. Hingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.
Padahal keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan karena setiap manusia tentunya berangkat dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan pondasi pertama dalam pembentukan kepribadian baik dalam pola pikir dan pola sikap berdasarkan nilai-nilai keIslaman. Hal ini dilakukan pertama kali oleh kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya. Adapun nilai-nilai keislaman tersebut menjadi tolak ukur generasi umat manusia di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika nilai-nilai keislaman dalam keluarga rapuh, maka sangat rentan terjadi permasalahan dalam keluarga baik pertikaian, permusuhan, kebencian yang berujung pada suatu perceraian dan perpecahan dalam keluarga.
Salah satunya akidah Islam yang ditanamkan sejak usia dini sehingga memiliki benteng yang kuat ketika pada akhirnya terjun ke masyarakat. Selain itu, peran ayah dan ibu dalam keluarga pun diatur sedemikian rupa di dalam Islam. Ayah sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab atas nafkah dan melindungi keluarga. Sementara ibu menjadi pendidik generasi dan manajer rumah tangga. Pembagian tugas yang jelas inilah yang mampu menghasilkan penerus generasi cemerlang.
Namun, adanya sekulerisme yang masih mendominasi menjadikan peran keluarga kabur bahkan tersingkirkan. Tentu hal inilah yang diinginkan para penganut sekulerisme. Kerusakan demi kerusakan terjadi ketika peran keluarga bergeser. Keluarga hanya sebagai tempat singgah bukan lagi sebagai tempat mendidik yang pertama dan utama. Adanya keluarga pun tidak dapat menjamin rasa aman dan nyaman karena peran anggota keluarga tidak lagi dijalankan dengan seharusnya.
Setelah menyadari berbagai persoalan yang timbul akibat dari sistem sekuler, tentunya keluarga muslim harus bersikap kokoh dan konsisten. Peran keluarga muslim semestinya menegaskan bahwa hanya dengan Islam kaffah segala permasalahan dapat teratasi hingga tuntas tanpa menimbulkan masalah baru. Kondisi ini membutuhkan upaya yang cukup besar, mengingat dominasi sekulerisme dapat masuk dari berbagai celah. Namun, ketika keberadaan keluarga muslim telah mengambil perannya dengan benar setidaknya pondasi akidah Islam masih tertanam meskipun tetap membutuhkan pengawasan. Maka penerapan syariat Islam secara kaffah dapat terwujud dan keluarga muslim akan senantiasa menjadikan aturan Islam sebagai pondasi dan standar kehidupan.
Wallahu'alam bishowab.
COMMENTS