Oligarki Politik
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
"Terserah kau mau sebut aku apa, yang penting aku bisa kuasa. Dengan kuasa, aku bisa atur semuanya. Aku bisa minta semua-mua, tanpa sisa..." (Puisi karya, Ustadz Ismail Yusanto, Cendikiawan Muslim).
Puisi di atas mewakili pandangan masyarakat tentang hakikat dan tabiat kaum Oligarki. Kaum ini selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk meraup materi yang sebanyak-banyaknya baik dengan jalan korupsi mau pun menguras SDA lewat UU yang pro kapitalisme.
Menurut KBBI, oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. Oligarki dalam istilah politik modern dimaknai negatif sebagai individu atau golongan yang memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan diri atau golongannya.
Salahsatu cara mereka berkuasa adalah dengan memenangkan pemilu. Janji manis sebelum pemilu adalah pemikat. Setelahnya kado pahit yang diterima.
Kenaikan iuran asuransi kesehatan, UU yang memuluskan penjajahan Kapitalis atas SDA, pembiaran korupsi secara masif oleh partai politik adalah ciri-ciri tidak pronya Oligarki terhadap rakyat. Mereka mendapatkan imbalan dari kapitalis berupa materi yakni uang, biaya kampanye, gratifikasi dan lain-lain.
Ini lah mengapa jumlah rakyat miskin dalam negara sekuler selalu bertambah banyak hingga jutaan orang. Ini lah mengapa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar yang jumlahnua jutaan itu tak bisa dipelihara oleh negara. Karena kekayaan dikuasai oleh oligarki dan kapitalis.
Hanya satu hambatan bagi kaum Oligarki yaitu munculnya kaum oposisi yang bersifat ideologis. Yang mau merubah sistem bukan sekedar memperbaiki individu. Oposisi dalam parlemen bisa ditundukkan dengan bagi-bagi kursi atau jabatan.
Yang sulit adalah menundukkan oposisi yang mau merubah sistem. Karena oligarki dan kapitalis tahu kelompok ini lebih berbahaya dari oposisi demokratis. Mereka tidak mau menerima harta, tahta mau pun wanita.
Yang mereka mau adalah perubahan sistem sehingga rakyat hidup sejahtera dalam naungan sistem Islam Kaffah. Ini artinya kekuasaan kapitalis dan oligarki akan musnah dan pemimpin yang amanah akan muncul.
Disinilah ditemukan cara mempercepat kematian oligarki beserta sahabat karibnya (soulmate) kapitalis. Sebenarnya banyak cara melumpuhkan kekuasaan oligarki yakni adalah mempercayakan kekuasaan kepada pengemban dakwah ideologis.
Sehingga bisa tegak sistem Islam dan hilangnya sistem zhalim demokrasi. Selain itu adalah menumbuhkan kepercayaan umat bahwa Sistem Islam adalah solusi bagi umat.
Sebab umat adalah pemilik kekuasaan dalam sistem apa pun. Umat plus penguasa yang amanah dalam sistem ilahi akan mampu menghilangkan segala bentuk kezhaliman.
Sistem ini adalah Sistem Islam Kaffah yang akan meraih kepemilikan SDA dari kaum kapitalis. Menggunakan kekayaan alamnya untuk kemakmuran negara dan rakyat.
Inilah Successful State (negara yang berhasil). Negara yang mampu memelihara fakir miskin, anak terlantar, pengangguran dan lain-lain. Tidak ada lagi kong kali kong antara oligarki dan kapitalis.
Seperti dulu Khalifah Umar bin Khattab ra dan Umar bin Abdul Aziz yang mampu tegas mencegah korupsi para pejabat negara. Kedua khalifah ini mampu memakmurkan rakyatnya dan memperluas kekuasaan Islam sehingga Islam menjadi Peradaban Besar kala itu tanpa monopoli oligarki dan korupsi.
Rakyat rindu dengan sistem saat itu. Dan tugas pengemban dakwah untuk terus memperbanyak Pejuang, membina umat dan melakukan Thalabun Nusrah. Semoga Allah SWT memudahkan perjuangan sistem ini. []
Bumi Allah SWT, 12 Januari 2021
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS