Persatuan Islam
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Rabu, 30 Desember 2020, eFP3I telah dihentikan kegiatannya oleh rezim. Kalau mau jujur apa salah eFP3I selama ini? Apakah organisasi ini pernah membantai orang dalam jumlah yang banyak layaknya OPM di Papua?
Apakah anggotanya pernah ada yang korupsi dan menjual aset-aset negara? Rakyat tentu akan memihak kepada eFP3I. Masih teringat dengan jelas kenangan eFP3I.
Rakyat ingat jasa-jasa besar eFP3I untuk Indonesia. Ketika tsunami di Aceh, eFP3I termasuk salahsatu organisasi yang paling cepat turun ke Aceh untuk melakukan recovery (perbaikan) dan menolong korban bencana alam.
Kurang baik apa eFP3I? Mereka juga melakukan berbagai aksi kemanusiaan yang ada di berbagai pelosok negeri. eFP3I dekat dengan rakyat. eFP3I juga sering mengamankan acara yang levelnya internasional.
Misalnya mengamankan Aksi Damai Bersama yakni Aksi Bela Uighur dan Aksi Bela Muslim Kashmir di Jakarta. Ini menunjukkan kepedulian yang tinggi dari eFP3I terhadap Islam.
Namun yang sekarang eFP3I dapatkan adalah serangan fitnah atau stigma negatif dari media-media sekuler. Selalu yang digambarkan adalah aksi yang berbau "kekerasan". Belum tampak adanya usaha Cross Check (tabayun) terlebih dahulu terhadap siaran yang dianggap menyudutkan eFP3I ini.
Belum selesai kasus dugaan pelanggaran HAM terhadap 6 laskar eFP3I, organisasinya sudah dibubarkan. Tanpa diberi kesempatan terlebib dahulu untuk membuktikan ke enam laskarnya tidak bersalah dalam pengadilan.
Ini semua membuktikan kepada kita untuk kesekian kali. Siapapun yang berjuang untuk membela dan menerapkan Islam pasti akan diberangus dalam sistem demokrasi. Demokrasi tak akan memberikan kebebasan kepada Islam sebagai Ideologi untuk melakukan penghancuran terhadap Kapitalisme.
Oleh karena itu mustahil melihat perubahan yang hakiki itu lewat sistem demokrasi. Harusnya rakyat sudah mulai paham bahwa rakyat dan organisasi Islam memerlukan Sistem Pembela Islam (SPI).
Sistem ini akan menerapkan Islam secara Kaffah. SPI atau Khilafah akan membuang kapitalisme, sekularisme dan demokrasi ke dalam tong sampah peradaban.
Demokrasi terbukti merusak Indonesia dan seluruh dunia. Demokrasi menyuburkan kelompok oligarki yang menganggap Indonesia adalah miliknya bukan milik rakyat.
Makanya, kelompok ini sering terlibat dalam aktivitas korupsi. Kelompok ini sering meresahkan masyarakat dengan menjual aset negara.
Demi nafsu ingin terus kaya dan berkuasa, mereka memuluskan proyek-proyek yang menguntungkan kapitalis. Dan apabila ada komponen rakyat yang ingin menghentikan mereka dalam bingkai amar ma'ruf nahi mungkar, komponen itu akan dilindas.
Maka jika rakyat dan organisasi dakwah bersatu dalam menerapkan Sistem Pembela Islam maka persekusi dalam bentuk apapun tak akan terjadi. Sebab Sistem Pembela Islam tidak pernah anti kritik.
Khalifah pun pernah dikritik oleh rakyatnya yang tak pernah dipersekusi. Sistem Pembela Islam atau Khilafah pernah mencegah korupsi dengan menerapkan audit kekayaan awal dan akhir pejabat sehingga tidak ada kelas oligarki yang berkuasa.
Inilah sistem yang ditakuti Barat melalui prediksi NIC bahwa paling cepat Sistem Pembela Islam tegak pada tahun 2020. Semakin cepat mau tegak maka tekanan-tekanan terhadap dakwah akan semakin intens. Tetapi sesuai janji Allah SWT setiap kesulitan akan ada dua kemudahan.
Setiap persekusi akan ada kemudahan-kemudahan yang akan semakin mendekatkan Umat dengan Sistem Pembela Islam. Artinya Nasrullah sudah dekat, Umat semakin mencintai Islam dan rindu akan datangnya kembali Sistem Pembela Islam (Khilafah). Mari songsong abad baru Sistem Pembela Islam. []
Bumi Allah SWT, 31 Desember 2020
#DenganPenaMembelaDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS