Dilema Pembukaan Sekolah 2021
Oleh : Ridha Kurnia Utami (Pemerhati Anak dan Remaja)
Pandemi masih setia membersamai penduduk bumi hampir 9 bulan dan aktivitas cukup dirumah saja tak sedikit membuat para masyarakat stres akan kondisi pandemi yang semakin hari semakin tak membaik. Belum usai pandemi, Mendikbud Nadiem Makarim memutuskan awal januri 2021 untuk memberi izin pemerintah daerah melakukan pembukaan sekolah atau kegiatan belajar tatap muka diseluruh zona risiko virus corona.
Lalu oleh Komisi X DPR mendukung kebijakan ini namun dengan syarat tetap melakukan protokol kesehatan dengan ketat, ujarnya yang dilansir dalam portal berita LIPUTAN 6.
Nadiem Makarim mengatakan keputusan pembukaan sekolah akan diberikan kepada tiga pihak yakni pemerintah daerah, kantor wilayah dan orang tua melalui komite sekolah. Hal ini karena terjadi pembelajaran jarak jauh tidak bisa berjalan secara efektif karena minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti tidak adanya alat untuk melakukan daring dari siswa dan akses internet yang tidak memadai didaerah tertentu.
Sebagaimana tidak adanya pendukung tersebut, akhirnya ada dari mereka sebagai pelajar yang putus sekolah dengan sebab tertentu seperti tidak mempunyai biaya atau terpaksa harus membantu orang tua mereka mencari penghasilan ditengah pandemi ini.
Dengan kebolehan pembukaan sekolah pada Januari 2021 tidak diiringi kemajuan dalam penanganan covid yang tentu hal ini menjadikan dilematis bagi rakyat untuk melakukan kegiatan belajar tatap muka secara langsung dan khawatir terhadap penularan virus corona.
Inilah wajah rezim sekuler nyata meremehkan penyakit dan keselamatan nyawa rakyat. Kebijakan rezim sekuler ini bersifat sektoral yakni jauh dari meriayah masyarakat dari seluruh aspek. Kepemimpinan atas dasar sekuler ini memisahkan kewajiban dalam mengurus rakyat. Tujuan utamanya yang hanya semata-mata meraih materi untuk kepentingan para penguasa berdasi dan memenuhi urusan perut penguasa saja.
Oleh karena itu, sistem pendidikan saat ini telah melahirkan banyak masalah baik sebelum adanya pandemi maupun disaat pandemi merupakan bukti buruknya layanan pendidikan yang disiapkan dari sistem demokrasi saat ini.
Berbeda halnya dengan Islam sebagai Ideologi. Islam telah meletakkan paradigma kepemimpinan yang dipenuhi dengan kebaikan dan keberkahan serta bentuk-bentuk pengaturan sistem kehidupan solutif sepanjang zaman. Kepemimpinan ini ialah Daulah Khilafah Islamiyyah.
Jika terjadi pandemi sejak awal Khalifah akan memisahkan antara orang sakit dan orang sehat yakni berupaya keras agar penyakit yang berada di wilayah sumber munculnya penularan tidak meluas ke wilayah lain. Sebab diantara tujuan syariah adalah menjaga nyawa. Karena disisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. Sebagaimana yang juga disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam, hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dari pada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak (HR. Tirmidzi)
Sangat miris, disistem demokrasi ini nyawa seorang muslim menjadi hal yang murah terjadi ketika itu sebenarnya bisa diselesaikan dengan sesuai standar syariat yakni Al Qur'an dan As Sunnah.
Daulah Khilafah juga akan menjamin sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran tersebut seperti:
Pertama. Pengadaan gadget yang layak bagi siswa maupun guru bagi yang belum memiliki
Kedua. Pengadaan kuota gratis bagi peserta didik maupun pengajar
Ketiga. Membangun jaringan internet diseluruh pelosok negeri dan mengadakan pelatihan bagi para pengajar untuk mengawas proses selama daring
Keempat. Semua pelayanan pendidikan secara daring atau tidak, akan diperoleh peserta didik secara gratis dan memadai serta tidak membedakan antara kaya atau miskin, pintar atau cerdas, muslim maupun non muslim.
Al hasil jika sistem hari ini melakukan penerapan sesuai standar syariah, kehidupan saat ini dapat berjalan dengan normal dan aman tanpa khawatir ditemukan klaster penularan didaerah yang terkena virus. Sistem pendidikan akan terjamin mampu melahirkan generasi yang cerdas walau berada ditengah pandemi dan para pengajar tidak merasa kebingungan lagi dalam mengajar. Karena itu, sudah saatnya sistem demokrasi hari ini harus segera beralih kepada sistem yang berasaskan wahyu Allah.
COMMENTS