mengaitkan ujian keimanan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as sebagai suatu prank. Prank terparah di bumi karena Nabi Ismail
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Banyak komedian yang melawak untuk membuat orang tertawa terbahak-bahak. Namun, tidak sedikit candaannya berisi hal-hal bohong.
Apalagi mengaitkan ujian keimanan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as sebagai suatu prank. Prank terparah di bumi karena Nabi Ismail tidak jadi disembelih.
Orang mungkin tertawa tetapi makna dari lawakannya itu bisa merusak akidah dan menimbulkan konsekuensi buruk di dunia dan akhirat. Apakah komedian itu mau mengatakan bahwa Allah SWT membohongi hamba-Nya.
Bedakan antara ujian dan prank. Kedua Nabi mulia itu lulus ujian sehingga Allah SWT mengganti Nabi Ismail dengan seekor kibas. Sedangkan prank bukan untuk ujian keimanan. Prank untuk membohongi orang lain dalam rangka menyusahkan orang tersebut demi hiburan semata.
Komedian parah itu terbentuk dari nilai kebebasan dalam demokrasi. Bebas menghina Islam, setelah sebelumnya ada lawakan lain yang mengatakan bahwa daging babi yang diharamkan itu enak bagi Muslim. Na'udzubillahi min dzalik.
Gagal memahami fakta menunjukkan dangkalnya keilmuan komedian tersebut. Sayangnya, demokrasi yang selalu melakukan prank tidak pernah diperhatikan.
Prank-prank terparah demokrasi itu banyak dan sering tidak disadari. Setiap kali pemilu banyak calon pemimpin yang berjanji akan memakmurkan rakyat dan tidak akan tunduk kepada kepentingan asing.
Kenyataannya setelah terpilih, banyak yang tidak pro rakyat bahkan korupsi. Pengangguran, angka putus sekolah meningkat dan jaminan kesehatan mahal.
Sedangkan penjajahan terus berlangsung. Sumber Daya Alam dikeruk oleh asing di saat banyak rakyat hidup dalam kemiskinan. Utang negara sempat menembus Rp.6.000 Triliun.
Katanya demokrasi mewadahi semua jenis agama tetapi serangan terhadap Islam sering terjadi. Ketika agama lain yang diserang, pelakunya disebut teroris. Kalau Islam yang diserang, pelakunya aman (kalau pun diproses dianggap gangguan jiwa).
Ketika Al Qur'an diludahi, dirobek dibakar dan Karikatur Nabi Muhammad SAW dibuat, dunia membisu. Pelakunya tidak disebut teroris dan orang yang mengancam demokrasi.
Ketika umat berbicara tentang ajaran Islam seperti Khilafah dianggap radikal. Tetapi kelompok separatis seperti OPM yang telah membunuh banyak aparat tidak dianggap radikal.
Padahal apa salahnya berbicara tentang Khilafah yang ada dalilnya dalam Al Qur'an, As Sunnah dan Ijmak Sahabat. Jumhur Ulama juga mewajibkan adanya Khilafah.
Maka jika demokrasi terus dibiarkan ada di dunia ini, semakin bertambah banyak orang-orang yang menghina Islam, ajarannya, Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ini berbeda dengan Sistem Islam (Khilafah) yang mengharamkan prank apa pun bentuknya. Khilafah juga mampu memakmurkan Afrika dalam kekayaan sehingga zakat untuk benua itu pernah ditolak. Khilafah pun punya sistem anti korupsi, riba dan perzinahan. Sebuah prestasi yang tak pernah bisa dilampaui oleh negara mana pun yang menerapkan demokrasi.
Khilafah pun mampu membuat umat beragama saling rukun dan toleran. Semua warga negara mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan gratis apa pun latar belakangnya. Semoga hal ini membuat umat segera sadar dan beralih sistem dari demokrasi ke Khilafah. []
Bumi Allah SWT, 8 September 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS