bila sistemnya masih sama yaitu demokrasi kapatalis sekuler maka perubahan person bukanlah hal yang berarti. Utang tetap menggunung dan pandemi tetap menukik tajam ke atas.
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Gonta ganti menteri sudah menjadi hal yang biasa. Namun bila tak ada perubahan mendasar sebaiknya kebijakan ini tidak usah dilanjutkan.
Sebab bila sistemnya masih sama yaitu demokrasi kapatalis sekuler maka perubahan person bukanlah hal yang berarti. Utang tetap menggunung dan pandemi tetap menukik tajam ke atas.
Sumber Daya Alam terus dikeruk. Kemiskinan bertambah berbanding lurus dengan pertambahan pengangguran.
Masyarakat hidup dalam kesempitan. Di satu sisi penghasilan tak bertambah, di sisi lain tagihan listrik membengkak, pajak diisukan bertambah variannya dan ada wacana wajib iuran rumah bagi semua kelas pekerja.
Kalau sudah begini, ganti pejabat pun tiada gunanya. Sebab sudut pandang atau paradigma berfikir masih sekuler.
Kalau sekuler kebijakan publik yang diambil berdasarkan asas manfaat. Asas manfaat artinya kalau menghasilkan untung ya diambil. Kalau rugi ditinggalkan.
Pelayanan publik tidak berbasis pelayanan. Apalagi berbasis halal dan haram. Banyak kebijakan publik yang dibelokkan untuk kepentingan para kapitalis besar.
Kalau sudah begini, tampak jelas kebijakan-kebijakan yang keliru ini dipengaruhi oleh sistem, bukan individu. Sistem kapitalislah yang membuat penguasa tak berdaya.
Sistem sekulerlah yang membuat banyak pejabat merapat kepada para kapitalis. Sehingga kebijakan yang ada malah merugikan masyarakat.
Jika angka positif Corona menggunung siapa yang dirugikan rakyat? Bila utang negara, pajak, tagihan, pengangguran bertambah siapa yang susah? Rakyat juga.
Maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah dengan mengganti sistem. Mencabutnya hingga ke akar-akarnya dan membuangnya ke dalam tong sampah peradaban.
Lalu menerapkan sistem baru yang bersumber dari Allah SWT. Tuhan yang Maha Mengetahui setiap hajat hamba-Nya.
Tuhan yang pernah meridhoi sistem Islam menguasai dunia selama 14 abad dengan wilayah hampir seluruh dunia (2/3 dunia). Kala itu, dunia hidup dalam kemakmuran.
Wabah diberantas. kemiskinan minim. kriminalitas mampu ditekan. Bahkan kelaparan di Eropa dan Amerika, Khilafahlah yang menyelamatkannya.
Jika Khilafah mampu melakukan itu berarti Khilafah adalah sebuah negara yang pada saat itu sudah sangat kuat. Dan penduduknya sudah sangat hebat (individu-individu yang terlatih dalam ketakwaan).
Sistem Islam atau Khilafah ini kala itu bukan ancaman bagi keberagaman. Malah mampu menyatukan berbagai warga negaranya yang berbeda suku, agama dan ras.
Kiranya negeri ini bisa mengulang kembali masa kejayaan Islam dengan mengganti secara totalitas sistem sekuler menjadi sistem Islam. Agar berkah rakyatanya dan berkah tanahnya lepas dari belenggu penjajahan para kapitalis. []
Bumi Allah SWT, 3 Juli 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS