Dahulu wacana penghapusan kolom agama di KTP sempat membuat kaget publik. Ada apa gerangan sehingga status agama seseorang ingin dihapus? Apakah agama hal yang tidak penting lagi bagi masyarakat? Apalagi bagi seorang Muslim agama adalah satu-satunya pedoman hidup di dunia dan akhirat.
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Dahulu wacana penghapusan kolom agama di KTP sempat membuat kaget publik. Ada apa gerangan sehingga status agama seseorang ingin dihapus?
Apakah agama hal yang tidak penting lagi bagi masyarakat? Apalagi bagi seorang Muslim agama adalah satu-satunya pedoman hidup di dunia dan akhirat.
Jika jadi status agama di KTP dihapus kala itu akan menimbulkan banyak masalah. Salahsatunya pernikahan antara dua insan akan hilang status kesuciannya jika ternyata status agama kedua calon pasutri tidak diketahui.
Bisa saja seorang wanita Muslimah menikah dengan seorang pria Non Muslim karena tidak diketahui agamanya. Status agama pada KTP tersebut telah tiada sedangkan haram hukumnya seorang Muslimah dinikahi pria Non Muslim.
Begitu juga sempat heboh adanya wacana peleburan mata pelajaran Agama dengan PPKN. Ini menimbulkan polemik yang luar biasa. Mengapa Agama harus dilebur ke mata pelajaran lain?
Apa motif dan tujuan dibalik peleburan tersebut? Apa tidak cukup agama sebagai ilmu untuk mendidik manusia? Yang jelas agama selalu menjadi hal yang sangat remeh di alam sekuler.
Bagi sistem sekularisme agama tidak punya peran dan tidak boleh mencampuri urusan dunia. Sebab dahulu agama merupakan pemeras masyarakat di Eropa.
Kaum agamawan, bangsawan dan raja seringkali memperalat agama untuk menindas rakyat. Mereka bebas pajak sedangkan rakyat miskin yang wajib membayar pajak. Perilaku korupsi keluarga kerajaan juga mendapatkan stempel halal oleh agama seperti yang pernah terjadi di Perancis.
Hal ini lah yang membuat opini di masyarakat untuk menggerakkan revolusi Perancis (baca: revolusi industri). Sehingga banyak negara Eropa yang memilih jadi negara sekularis daripada agamis. Bagi mereka, karena agama mengatur kehidupan manusia, sehingga banyak orang tertindas dan sekularisme adalah solusinya.
Agama adalah trauma bagi masyarakat. Padahal tidak demikian jika masyarakat melihat peran agama dalam Islam.
Islam adalah agama dan sekaligus ideologi. Tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh Islam karena memang sifat ideologis adalah solutif.
Islam berbeda dengan agama yang ada di Eropa. Islam menjadi agama dan sekaligus ideologi yang mampu menyatukan 2/3 dunia dalam satu kepemimpinan selama 14 abad.
Islam adalah status hidup warga negara Islam kala itu. Islam mampu menjawab permasalahan Ipoleksosbudhankam. Islam mampu mengetaskan kemiskinan, memberantas kriminalitas dan menggratiskan layanan kesehatan.
Sehingga Benua Eropa yang mengalami masa kegelapan kala itu menyerap cahaya peradaban Islam dengan mengirimkan para sarjananya belajar di universitas-universitas Islam yang terkemuka di dunia.
Islam berhasil menghilangkan sistem kasta dan tidak menganggap Khalifah sebagai turunan atau wakil Tuhan yang bebas dari dosa. Setiap Khalifah bebas dikritik jika melakukan kesalahan. Dan tak ada pajak yang mencekik rakyat.
Sistem pendidikan agama tidak dilebur ke dalam mata pelajaran lain. Tetapi semua pelajaran dilandasi dan dijiwai oleh agama Islam.
Belajar ilmu apa saja tetap dibolehkan asal dengan niat mendapatkan ridho dan pahala dari Allah SWT. Inilah yang berhasil mencetak banyak ulama berjiwa ilmuwan dan ilmuwan berjiwa ulama.
Output pendidikannya berkelas dunia, misalnya Ibnu Khaldun (Bapak Ilmu Pemerintahan) dan Ibnu Sina (Bapak Ilmu Kedokteran) yang juga adalah Ulama yang faqih dalam bidang agama. Berbeda dengan zaman sekarang dimana output pendidikan lebih mengejar materi daripada memajukan umat dan agama. []
Bumi Allah SWT, 7 Juli 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
COMMENTS