#IndonesiaTerserah
Oleh : Ahmad Khozinudin | Aktivis, Anggota Hizbut Tahrir
Wajar saja jika dokter dan tenaga medis mengajukan protes terhadap kebijakan penanganan Covid-19 di negeri ini. Pasalnya, tidak ada konsistensi, tidak ada koordinasi, tidak ada keseriusan, tidak ada fokus, tidak ada kesinambungan, dalam menghadapi Covid-19.
Bahkan, frasa "berperang melawan Covid-19" telah diubah menjadi "berdamai dengan Covid-19". Puncaknya, interaksi yang tak lagi memperhatikan physical Distancing, membuat para dokter dan petugas medis frustrasi.
Pasien yang ada sekarang saja kewalahan ditangani, apalagi jika interaksi ditengah masyarakat bebas, memicu potensi penularan yang lebih besar lagi. Bisa kebayang, akan seperti apa negeri ini.
Kebijakan Lockdown sejak awal tidak diambil, karena penguasa takut memberi makan rakyat. Untuk menghindari tanggung jawab pemerintah pusat menjamin kebutuhan hidup dasar orang dan hewan ternak, kebijakan PSBB diambil.
Paralel dengan keputusan PSBB, Pemerintah pusat mendelegasikan tanggung jawab PSBB kepada pemerintah daerah. Akhirnya, Kebijakan PSBB tidak seragam.
Kebijakan PSBB tidak ditetapkan berdasarkan sebaran virus, tetapi lebih pada pertimbangan kemampuan Pemda, khususnya masalah anggaran.
Realokasi dana desa, justru menimbulkan pertentangan di daerah. Kebijakan menteri yang tak terintegrasi, bahkan membuat Kepala Daerah secara terbuka mengkritik menteri hingga menyebutnya bodoh. Silang pendapat tak terhindari.
Sementara, ketua RT dan RW dibikin pusing, karena tuntutan warga. Pembagian BLT tidak merata, nilai sembako yang diterima tidak sama.
Alih-alih meluruskan masalah, meminta agar para pemangku kebijakan negara bersinergi melawan virus Corona, membuat kebijakan yang sistematis dan terintegrasi, BPIP malah bikin konser musik (baca : ngamen) ditengah Pandemi, ditengah umat Islam khusuk menjalankan ibadah Ramadhan.
BPIP Hanya mengejar uang recehan, padahal melalui Perppu Covid-19 telah dialokasikan dana Rp 405,1 Triliun untuk mengatasi Covid-19 dan dampaknya baik secara ekonomi dan keuangan.
Kembali, dokter dan petugas medis layak protes. Tagar Indonesia terserah, bukan berarti mereka menyerah. Tagar itu merupakan kritik keras kepada pemerintah, agar tidak ngaco membuat kebijakan.
Lagipula, Indonesia tidak boleh terserah. Indonesia harus dibawa kearah yang lebih baik. Indonesia yang mayoritas rakyatnya Muslim, wajib dibawa pada sistem yang mengajak umat Islam taat kepada Allah SWT. Sistem yang menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ya, masa depan Indonesia adalah khilafah bukan terserah. Sebab khalifah dalam sistem Khilafah benar-benar akan menerapkan hukum Allah SWT, dan membawa Negeri ini keluar dari berbagai masalah dan keterpurukan.
Dengan khilafah, Indonesia akan menjadi Negara kuat, Negara super power, negara yang mampu menyejahterakan rakyatnya, baik muslim maupun Ahludz Dzimah.
Dengan Khilafah, pemimpin yang terpilih adalah orang-orang di yang taat, yang empati kepada rakyat, yang bertanggung jawab atas urusan kepemimpinan dihadapan Allah SWT.
Jadi, Indonesia tidak boleh terserah. Indonesia wajib optimis dan terus berbenah. Indonesia, wajib terus disinari dengan dakwah Khilafah, sampai Allah SWT turunkan pertolongan dan kemenangan. [].
COMMENTS