Oleh: Ummu Aidan Sosok presiden selalu disebut sebagai orang nomor satu di sebuah negeri. Meski begitu, bukan berarti setiap keputusan...
Oleh: Ummu Aidan
Sosok presiden selalu disebut sebagai orang nomor satu di sebuah negeri. Meski begitu, bukan berarti setiap keputusan yang ditetapkannya selalu benar. Karena presiden adalah manusia biasa, maka potensi melakukan kesalahan itu ada. Disinilah letak pentingnya seorang presiden harus legowo, jika sewaktu-waktu dikritisi oleh rakyatnya.
Saat ini, Indonesia sedang dalam keadaan darurat disapu wabah yang belum jelas kapan berakhirnya. Kondisi ini menyebabkan mayoritas masyarakat mengalami kepanikan luar biasa.
Kepanikan tersebut bukan semata-mata karena kehadiran wabah, namun kepanikan menjadi berlipat-lipat karena melihat para pemangku kebijakan melakukan penanganan yang tidak tepat.
Seperti kebijakan untuk tidak lockdown (hanya himbauan social distancing), membeli chloroquin yang belum benar-benar teruji secara klinis bisa menyembuhkan pasien terinfeksi covid-19, dan membeli rapid test sebagai detektor covid-19, yang ternyata kemampuannya hanya 30 persen untuk dapat mendeteksi covid-19.
Peneliti Biologi Molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo menyebut tingkat akurasi rapid test hanya sekitar 30 persen untuk mendeteksi Covid-19. Rapid test hanya dapat dijadikan penunjang dari test spesimen yang sudah ada. Bahkan disebut, rapit test berpotensi menghasilkan 70 persen hasil negatif covid-19 palsu. (kompas.tv)
Fakta ini sungguh disayangkan. Jika opsi tepat dan solutif masih bisa ditempuh kenapa mesti menempuh langkah serampangan?. Langkah yang diambil oleh pemerintah saat ini persis seperti orang menggapai-gapai rerumputan saat akan hanyut atau tenggelam.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena dalam menangani pandemi ini para ahli tidak dilibatkan.
Dokter, ahli farmasi, pakar firologi, pakar biologi molekuler, dan ahli medis kompeten lainnya ada di Indonesia. Kenapa mereka tidak dirangkul oleh pemerintah dalam mencari solusi yang tepat? Bahkan seruan dan saran mereka dianggap angin lalu oleh pemerintah. Sungguh ironis. Padahal segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, hanya akan menuai kerusakan. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sabdakan:
"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; 'bagaimana maksud amanat disia-siakan?' Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." Hadits Bukhari Nomor 6015.
Apa seruan ahli medis terkait pandemi ini? Lockdown! Hanya ini seruan mereka. Sebab lockdown merupakan opsi paling solutif yang benar-benar bisa menyelesaikan pandemi ini.
Dengan lockdown, masyarakat yang sehat akan terpisah dengan yang sakit. Yang sehat tidak akan tertulari dengan tetap di rumah, yang sakit akan mendapatkan pelayanan maksimal. Tim medis bisa fokus menangani pasien yang terlanjur terinfeksi dan tidak terbebani dengan bertambahnya pasien baru.
Kebijakan lockdown (karantina) juga sesuai dengan solusi Islam dalam mengatasi wabah. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya" (HR. Bukhari & Muslim).
Maka jelaslah, kebijakan lockdown merupakan kebijakan yang wajib diambil oleh pemerintah. Selain diserukan oleh para pakar dan ahli medis, lockdown juga berasal dari pakarnya para pakar, yakni Allah SWT. Dialah yang Maha mengetahui segala sesuatu termasuk wabah Covid-19 serta penyelesaiannya.
Sudah sepantasnya pemerintah melirik kebijakan lockdown ini. Sebagai bukti keseriusan dan keberpihakannya kepada rakyat. Karena keberadaan pemerintah/penguasa adalah untuk mengurusi rakyat.
Sayangnya hal tersebut tidak berlaku di negeri yang tidak menerapkan sariat Islam secara kaffah. Oleh sebab itu, dengan adanya masalah wabah ini. Masyarakat seharusnya menyadari, penguasanya tidak bisa menjadi sandaran ketika rakyat dalam ketakutan, ketika rakyat dalam kepanikan, ketika rakyat benar-benar membutuhkan pertolongan.
Masyarakat juga seharusnya menyadari tidak ada sistem lain yang lebih baik dalam menangani wabah hingga tuntas selain sistem Islam dalam bingkai khilafah rasyidah.
Wallahu a'lam....
COMMENTS