Oleh: Nasrudin Joha Jika ada seseorang bertanya, Kemana batang hidung si Zaky ? Tentu yang dimaksud bukan batang hidungnya saja, teta...
Oleh: Nasrudin Joha
Jika ada seseorang bertanya, Kemana batang hidung si Zaky ? Tentu yang dimaksud bukan batang hidungnya saja, tetapi lengkap dengan tubuh dan anggota badan lainnya. Kalau Jokowi minta stop #UnsintallBukaLapak, tentu maksudnya termasuk juga minta stop #UninstallJokowi.
Demikian hakekat bahasa, balaghah, menyebut sebagian namun maksudnya keseluruhan. Seperti contoh perintah Allah SWT yang memerintahkan kita ruku' bersama dengan orang-orang yang ruku', maksudnya memerintahkan kita sholat bersama dengan orang-orang yang sholat. Allah SWT memerintahkan kita ruku' maksudnya sholat, karena ruku' bagian dari gerakan ibadah sholat.
Jadi Kalo Jokowi minta stop #UninstallBukaLapak, itu maksudnya inklud untuk stop #UninstallJokowi. Sebab, tagar #UninstallJokowi tidak mungkin ada tanpa diawali dengan peristiwa heboh tagar #UninstallBukaLapak.
Jadi Jokowi minta stop #UninstallBukaLapak bukan demi nasib dan masa depan UMKM yang ngelapak di bukalapak.com, tetapi Jokowi khawatir jika tagar #UninstallBukaLapak diteruskan, semakin melambungkan tagar #UninstallJokowi.
Sebelumnya telah terbukti, kecerobohan buzzer rezim yang membuka perang dengan tagar #UninstallBukaLapak dan memuncaki tranding nasional, menggerakkan netizen untuk menerima tantangan perang dengan melambungkan tagar #UninstallJokowi hingga level global.
Jokowi perlu meredam efek destruktif perang tagar, untuk mengamankan elektabilitasnya sebagai capres, apalagi menjelang debat Pilpres tahap kedua, 17 Februari (besok). Akhirnya, Jokowi perlu turun gunung untuk mengundang Ahmad Zaky ke istana, dan mengumumkan gencatan senjata perang tagar, dengan mengunggah aksara stop #UninstallBukaLapak.
Baiklah, gencatan senjata untuk #UninstallBukaLapak diterima, perang tagar #UninstallJokowi juga sudah dieksekusi buzzer rezim. Tapi kita masih punya tagar #ShutdownJokowi, #RepresifmeJokowi, #JokowiZalim, #JokowiAntiUlamaAntiIslam, dll.
Jadi, tidak perlu memberi iba, sebagaimana kebijakan rezim represif ini yang tanpa perasaan menindas umat. Terus lawan, sebentar lagi debat Pilpres. Buat psikologi Jokowi Down, sehingga akan banyak celah dan kesalahan yang dibuat Jokowi saat debat, sebagaimana tahap yang pertama.
Ini ajang pesta rakyat, hari untuk bergembira. Mari bergembira untuk terus berjuang membongkar dusta dan pengkhianatan Jokowi, rezim yang represif dan anti Islam.
Sungguh, umat wajib berani dan mengubur dalam semua ketakutannya. Seraya mencukupkan pertolongan dari Allah SWT, dan menolak untuk tunduk dan hina dihadapan penguasa zalim. Umat wajib bangkit, untuk membela akidah dan kemuliaannya.
Wahai mujahid sosmed, gerakan lagi jari jemarimu untuk terus berdakwah, menyampaikan Al hak dan menolak kebathilan. Terus hantam dengan kuat, seluruh tulang dan persendian rezim hingga luluh lantak dan hancur berserakan. [].
COMMENTS