Oleh : Agung Wisnuwardana (_Change Leadership Institute_) Fenomena Ustadz Abdul Somad for Cawapres 2019 untuk mendampingi Prabowo ...
Oleh : Agung Wisnuwardana
(_Change Leadership Institute_)
Fenomena Ustadz Abdul Somad for Cawapres 2019 untuk mendampingi Prabowo sedang ramai baik di dunia maya maupun nyata. Hal ini bergulir kencang pasca rekomendasi Ijtima' Ulama yang diselenggarakan GNPF Ulama beberapa waktu lalu.
Rekomendasi ijtima' ulama ibarat oase bagi umat Islam yang menginginkan Indonesia lebih bersyariah. Ada sebuah harapan, hadirnya sosok Ustadz Abdul Somad sebagai pemimpin formal nasional dapat memberikan angin segar bagi perkembangan Islam dan ormas Islam ke depan.
Walau Ustadz Abdul Somad menyatakan tidak bersedia dan memohon doa agar istiqomah di jalan dakwah sampai mati. Tetapi pernyataan beliau ini tak menyurutkan berbagai pihak untuk mendorong terus Ustadz Abdul Somad maju sebagai Cawapres.
Diskursus tentang fenomena Ustadz Abdul Somad for Cawapres ini masih pada ranah diskusi "PEMIMPIN", belum masuk pada ranah "KEPEMIMPINAN". Diskusi tentang pemimpin sebatas bicara figur atau sosok. Sedangkan kepemimpinan lebih masuk ke dalam, diskusi tentang sistem pengurusan negara dan rakyat.
Saat ini tak bisa dipungkiri bahwa kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia, mengadopsi sistem demokrasi dalam politik, kapitalisme liberal dalam ekonomi.
Artinya bila Ustadz Abdul Somad bersedia dijadikan Cawapres maka beliau akan berada dalam tantangan sistem kepemimpinan yang sama.
*Tantangan Kepemimpinan Sistem Politik Demokrasi*
1. Ustadz Abdul Somad setidaknya harus memenuhi Presidential Threshold ketika berpasangan dengan Prabowo yaitu dukungan parpol dengan perolehan 20% kursi DPR hasil Pileg 2014. Pertanyaannya apakah PKS, PAN atau DEMOKRAT yang sudah merapat ke GERINDRA dan Prabowo bersedia ? PKS dalam beberapa media menyatakan ok, tetapi bagaimana Demokrat dengan AHY nya, PAN dengan Zulkifli Hasan. Dan ada sosok lain yang nampak yaitu Anies Baswedan. AHY dan Anies dalam berbagai survei memiliki elektabilitas yang tinggi saat dipasangjan dengan Prabowo. Sepertinya dalam konteks ini, Demokrat tak akan legowo menerima Ustadz Abdul Somad
2. Tantangan yang kedua soal " gizi". Sudah menjadi rahasia umum sistem politik demokrasi mahal. Menurut pengamat politik dari UNJ diperlukan Rp 3-6 trilyun untuk maju kontestasi Pilpres. Dalam konteks inilah Prabowo dalam logika elektabilitas akan mencari cawapres yang siap iuran atau malah mau back up finansial.
3. Banyak kalangan yang menang dalam kontestasi demokrasi biasanya akan mengupayakan kembalinya modal plus dapat profit saat mereka berkuasa. Di sinilah jebakan korupsi menganga lebar. Banyak orang yang sebelumnya baik, menjadi rusak moralnya dalam sistem demokrasi
*Tantangan Kepemimpinan Sistem Ekonomi Kapitalisme Liberal*
Sistem ekonomi kapitalisme liberal telah menggurita dalam kehidupan makro dan mikro bangsa ini.
Pemilik modal dan para kapitalis menjadi kelas yang terus mengeksploitasi negeri ini. Trans national corporation telah bercokol lama dan menggerus kepemilikan rakyat tanpa ampun.
Sistem riba dan mata uang tanpa basis emas menjadi darah dalam kehidupan bangsa ini.
Hutang luar negeri dan defisit anggaran yang ditinggalkan rezim sebelumnya semakin melilit. Penerimaan pajak pun digenjot untuk menutupi defisit dan rakyat pun semakin menderita.
Siapapun sosoknya yang akan menang Pilpres 2019 akan menghadapi kenyataan sistem seperti di atas.
Untuk mengubah sistem di atas butuh sistem baru. Pertanyaannya apakah mekanisme demokrasi akan memberikan ruang untuk itu.
*Ustadz Abdul Somad untuk Kepemimpinan Islam*
Opsi yang sebenarnya penting dan krusial adalah hadirnya kepemimpinan baru dengan sistem yang menggantikan demokrasi dan kapitalisme liberal.
Berdasarkan dalil dan premis ilmiah maka pilihan kepemimpinan baru tersebut adalah Islam dengan seluruh sistemnya.
Demokrasi diganti sistem khilafah dengan berbagai mekanisme tata negaranya.
Kapitalisme liberal diganti dengan sistem ekonomi Islam baik dalam konteks kepemilikan, pengurusan keuangan negara maupun dalam berbagai aspek terkait.
Untuk menuju pada perubahan tersebut diperlukan kesadaran politik umat dan dukungan dari para pemangku kepentingan yang memiliki kekuatan.
Diperlukan kampanye massive agar terbangun kesadaran dan dukungan. Disnilah posisi Ustadz Abdul Somad dengan seluruh pengaruhnya sangat penting. Dan lebih baik pengaruh hebat Ustadz Abdul Somad difokuskan ke dalam konteks ini.
Oleh karena itu, sepertinya ceramah-ceramah beliau sudah saatnya masuk ke dimensi perjuangan politik ke arah kepemimpinan Islam. Dalam bahasa guru saya Retorika Mengguncang Dunia (Retorika Dimensi ke 3)
Wallahu'alam
COMMENTS