Petikan Khotbah Jumat terkait Maraknya Isu Terorisme dan Radikalisme

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh Maraknya aksi terorisme di negeri ini, juga di belahan dunia lainnya, telah melahirkan asumsi bahwa tero...

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Maraknya aksi terorisme di negeri ini, juga di belahan dunia lainnya, telah melahirkan asumsi bahwa terorisme lahir dari radikalisme. Lagi-lagi yang menjadi pihak tertuduhnya adalah Islam. Alasannya, pelakunya adalah seorang Muslim, atau ada identitas keislaman yang melekat pada diri pelaku, atau ada bukti-bukti yang mengaitkan pelaku dengan identitas yang identik dengan Islam.

Terminologi radikal yang membentuk istilah radikalisme, awalnya berasal dari bahasa Latin radix, yang artinya akar (roots). Istilah radikal dalam konteks perubahan kemudian digunakan untuk menggambarkan perubahan yang mendasar dan menyeluruh.

Berpikir secara radikal, artinya berpikir dari akar. Hal ini yang kemudian besar kemungkinan akan menimbulkan sikap-sikap anti kemapanan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), radikal diartikan sebagai “secara menyeluruh”, “habis-habisan”, “amat keras menuntut perubahan”, dan “maju dalam berpikir atau bertindak”.

Dalam pengertian lebih luas, radikal mengacu pada hal-hal mendasar, pokok dan esensial. Berdasarkan konotasinya yang luas, kata itu mendapatkan makna teknis dalam berbagai ranah ilmu, politik, ilmu sosial. Bahkan dalam ilmu kimia dikenal istilah radikal bebas.

Dengan demikian, dari sisi bahasa, istilah radikal sebenarnya istilah yang netral, bisa positif bisa negatif. Penulis asal Jepang, Mitsuo Nakamura, misalnya, menyebut bahwa Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang berwatak tradisionalisme radikal. Istilah radikal dipilih Mitsuo Nakamura untuk menggambarkan bahwa NU adalah organisasi yang otonom dan independen, lepas dari pengaruh organisasi yang lain. NU juga mempunyai sikap politik yang kritis, terbuka dan mendasar menghadapi status quo penguasa ketika itu, yaitu zaman Presiden Soeharto. NU juga memperlihatkan dengan karakteristik keagamaan yang tetap konsisten. Dengan karakteristiknya yang bersifat mendasar inilah oleh Mitsuo Nakamura, NU disebut radikal. Tentu, bila istilah radikal kini dilekatkan pada NU, akan memberikan perspektif yang berbeda. Pasalnya, kini radikalisme dihubungkan dengan isu terorisme. Istilah radikalisme dimaknai lebih sempit sehingga memunculkan idiom-idiom seperti “radikalisme agama”, “Islam radikal”, dll, yang semuanya cenderung berkonotasi pada Islam.

Kini istilah radikal menjadi kata-kata politik (political words) yang cenderung multitafsir, bias, dan sering digunakan sebagai alat penyesatan atau stigma negatif lawan politik. Seperti penggunaan istilah “Islam radikal” yang sering dikaitkan dengan terorisme, penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan, skriptualis (hanya merujuk pada teks) dalam menafsirkan agama, menolak pluralitas (keberagamaan) dan julukan-julukan yang dimaksudkan untuk memberikan kesan buruk.

Istilah radikal kemudian menjadi alat propaganda yang digunakan untuk kelompok atau negara yang berseberangan dengan ideologi dan kepentingan Barat. Julukan “Islam radikal” kemudian digunakan secara sistematis untuk menyebut pihak-pihak yang menentang sistem ideologi Barat (Kapitalisme, Sekulerisme, dan Demokrasi), ingin memperjuangkan syariah Islam, Khilafah Islam, menginginkan dibubarkannya Negara Yahudi, dan melakukan perlawanan melawan Barat.

Karena itu, tidak aneh jika Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dr. Imran Mawardi MA, mengatakan, istilah radikalisme sengaja dibuat oleh Barat untuk menghancurkan umat Islam. Sebab, pasca runtuhnya Komunisme, satu-satunya ideologi yang menjadi ancaman paling menakutkan bagi dunia Barat adalah Islam.

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Lebih lanjut, setelah mereka tidak menemukan bukti apapun yang dapat digunakan untuk mengaitkan antara dakwah Islam dan terorisme, mereka mengatakan: para aktivis dakwah memang tidak melakukan aksi terorisme, tetapi mereka memiliki paham radikalisme. Satu langkah saja akan berubah menjadi terorisme. Kemudian, kata mereka, tindakan pencegahan terorisme adalah dengan deradikalisasi.

Namun mereka lupa atau pura-pura lupa, bahwa terduga terorisme di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bukan hanya umat Islam. Namun, saat pelaku terorisme itu bukan orang Islam, media cenderung menutup-nutupi dan hanya dianggap sebagai tindakan kriminal biasa. Kasus pembakaran masjid dan penyerangan oleh kelompok Kristen GIDI di Tolikara, meski jelas-jelas tindakan terorisme, apakah ada media atau pejabat yang menyebut tindakan mereka sebagai terorisme? Sebaliknya, jika terduganya adalah umat Islam, hampir seluruh media massa meliput, bahkan secara live layaknya siaran sepak bola atau balapan Moto-GP. Lalu siaran itu diulang-ulang dan tentu dikasih berbagai “bumbu penyedap”. Akhirnya, terbentuk kesan di benak masyarakat, bahwa pelaku terorisme adalah umat Islam.

Bahkan, terkesan sangat aneh, setiap ada aksi terorisme selalu saja ditemukan KTP orang Islam dalam kondisi utuh. Padahal benda-benda di sekitarnya hancur. Akhirnya, banyak yang mengusulkan, sebagai sindiran, agar baju tentara atau kalau perlu tank-tank dan pesawat tempur, sebaiknya dilapisi dengan bahan pembuat KTP, karena “terbukti” tahan terhadap ledakan dahsyat.

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Terorisme berasal dari kata teror. Secara bahasa teror adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Jika teror ditambah isme jadilah terorisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); atau praktik tindakan teror.

Tindakan terorisme ini dapat dilakukan oleh individu, kelompok, bahkan oleh negara. Singkatnya, semua tindakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan untuk meraih tujuan-tujuan politik tertentu, dilakukan oleh siapapun, sebetulnya adalah terorisme.

Bahkan Amerika yang selalu memaksa negara lain agar memerangi terorisme, jika kita konsisten menggunakan definisi di atas, lebih layak disebut biang terorisme. Menurut William Blum, dalam bukunya America’s Deadliest Export Democracy-The Truth about US Foreign and Everything Else, menyebutkan: Amerika telah mengebom warga sipil di lebih 30 negara, mencoba membunuh lebih dari 50 orang pemimpin negara, berupaya keras menggulingkan lebih dari 50 pemerintahan luar negeri yang kebanyakan dipilih secara demokratis, dan lain sebagainya. Amerika juga terbukti telah menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki sehingga hancur berkeping-keping. Amerika telah secara brutal membunuh ribuan anak-anak, wanita dan orang-orang jompo di Irak, Afganistan, dan lain sebagainya. Amerika juga mensponsori pembantaian berbagai pemerintahan untuk membantai rakyat seperti di Suriah dan lain-lain.

Jadi, jika definisi terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan politik tertentu, jelas AS layak dinobatkan sebagai negara teroris nomor wahid di dunia.

Di Indonesia sendiri, berbagai tindakan Densus 88, yang telah membunuhi rakyat tanpa dasar yang jelas, telah menimbulkan ketakutan luar biasa di masyarakat. Meski dilakukan dengan dalih melawan terorisme, tindakan brutal mereka juga sangat layak disebut terorisme. Pembunuhan terhadap Siyono asal Klaten seusai menunaikan salat magrib di masjid samping rumahnya pada 8 Maret 2016 lalu, padahal tidak jelas salahnya, juga sangat layak disebut aksi terorisme. Justru terorisme yang dilakukan oleh negara sangat mengerikan karena lebih sistemik dan dengan sumberdaya yang nyaris tak terbatas. Karena itu banyak yang mengatakan bahwa program kontra-terorisme adalah sumber terorisme itu sendiri.

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Radikalisme dan terorisme selalu diidentikkan dengan kekerasan. Tetapi tidak semua kekerasan, selalu berkonotasi radikalisme atau terorisme. Kekerasan adalah sebuah upaya merebut suatu tuntutan dengan kekuatan dan paksaan terhadap pihak lain. Cara seperti ini tentu tidak terpuji dalam pandangan agama-agama dan nilai-nilai kemanusiaan, sebab kekuatan akal, jiwa, dan harta yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang produktif bagi pengembangan diri dan masyarakat, berubah menjadi kekuatan yang destruktif (merusak). Tetapi penggunaan kekerasan tidak selamanya tercela, yaitu bilamana digunakan untuk merebut hak yang terampas, seperti pada perlawanan melawan penjajah atau memberantas kezaliman dalam masyarakat, terutama bila jalan damai tidak tercapai.

Sejarah kemanusiaan mencatat, seperti terekam dalam al-Qur'an, aksi kekerasan yang berupa pembunuhan pertama kali terjadi antara kedua anak Nabi Adam as; Qabil dan Habil. Al-Qur'an menceritakan itu agar fenomena kekerasan tidak terulang dan setiap aksi kekerasan pasti akan menimbulkan goncangan jiwa dan penyesalan yang mendalam dalam diri pelakunya seperti dialami oleh Qabil. Karena itu, al-Qur'an memberi ketentuan, membunuh satu jiwa tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariah, sama halnya dengan membunuh seluruh/ umat manusia. Allah berfirman :

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah ayat 32)

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Demikianlah penjelasan mengenai hakikat isu terorisme dan radikalisme yang selama ini diopinikan kepada kita. Bahwa isu tersebut tidak lain adalah rancangan dari pihak-pihak tertentu yang bisa jadi, merupakan perpanjangan tangan dari Barat untuk melanggengkan ide-ide mereka di dalam diri kaum muslimin. Semoga Allah melindungi kita, akal kita, dari paham-paham yang rusak dan merusak.

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Pada khutbah kedua ini, kami ingin mengingatkan sekali lagi. Kadang kita heran dan bertanya-tanya tentang fungsi negara. Bukankah negara itu dibuat dalam rangka memberi rasa aman bagi rakyat, juga mewujudkan kesejahteraan dan keadilan kepada mereka? Bukankah negara dibuat untuk melindungi rakyat dari berbagai ancaman dari luar? Namun realitasnya, saat ini negara hanya menjadi lembaga tempat para pemuja nafsu untuk memuaskan semua ambisinya. Mereka tak segan merancang berbagai aturan untuk menguras kekayaan milik rakyat. Sebagai antisipasi, mereka juga menyusun berbagai aturan untuk menghabisi siapa saja yang berani protes atau bersikap kritis. Berbagai badan dan lembaga dibuat sekadar untuk melindungi keserakahan mereka.

Berbagai istilah mereka ciptakan untuk monsterisasi pihak-pihak yang melawan kepentingan mereka. Istilah terorisme digunakan sebagai dalih untuk membunuh secara legal, siapa saja yang dianggap mengganggu mereka. Siapa saja yang sudah dicap teroris, tak ada lagi ampun, apalagi berargumentasi. Mereka akan di-dor tanpa babibu. Jika terorisme masih tak cukup, digunakan monster baru yang tak kalah mengerikan, yaitu radikalisme.

Jika dibandingkan dengan zaman Rasulullah saw., tindakan mereka persis seperti tokoh-tokoh Jahiliah. Pada saat itu, mereka berkumpul di rumah Walid bin Mughirah untuk mendiskusikan sebuah istilah untuk membungkam dakwah Rasulullah saw. Pada saat itu ada yang usul agar Rasulullah dituduh dukun, orang gila, tukang syair, dan tukang sihir. Semua tuduhan tidak ada justifikasinya, kecuali tukang sihir. Al-Walid berkata, “Tuduhan yang paling tepat untuk dia adalah bahwa dia adalah penyihir. Dia datang membawa suatu perkataan seperti sihir. Sebab, perkataan itu bisa memisahkan seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabatnya, sehingga kalian berpecah-belah karenanya.”
Apakah semua usaha mereka berhasil? Tidak sama sekali. Sistem Jahiliah itu pun akhirnya tumbang dan diganti dengan sistem Islam yang menebarkan rahmat ke seluruh alam. Insya Allah sejarah akan terulang untuk yang ke sekian kalinya.

Marilah kita berdoa kepada Allah, memohon agar kita selalu berada dalam petunjuk Allah, agar kita senantiasa berusaha menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita, dan kita bisa membedakan mana pemikiran yang Islami sehingga kita mengikutinya, dan mana pemikiran yang tidak Islami sehingga kita bisa menjauhinya.

Ust. Dede Tisna

COMMENTS

Name

afkar,5,agama bahai,1,Agraria,2,ahok,2,Analysis,50,aqidah,9,artikel,13,bedah buku,1,bencana,23,berita,49,berita terkini,228,Breaking News,8,Buletin al-Islam,13,Buletin kaffah,54,catatan,5,cek fakta,2,Corona,122,curang,1,Dakwah,42,demokrasi,52,Editorial,4,Ekonomi,185,fikrah,6,Fiqih,16,fokus,3,Geopolitik,7,gerakan,5,Hukum,90,ibroh,17,Ideologi,68,Indonesia,1,info HTI,10,informasi,1,inspirasi,32,Internasional,3,islam,192,Kapitalisme,23,keamanan,8,keluarga,49,Keluarga Ideologis,2,kesehatan,83,ketahanan,2,khi,1,Khilafah,289,khutbah jum'at,3,Kitab,3,klarifikasi,4,Komentar,76,komunisme,2,konspirasi,1,kontra opini,28,korupsi,40,Kriminal,1,Legal Opini,17,liberal,2,lockdown,24,luar negeri,47,mahasiswa,3,Medsos,5,migas,1,militer,1,Motivasi,3,muhasabah,17,Musibah,4,Muslimah,87,Nafsiyah,9,Nasihat,9,Nasional,2,Nasjo,12,ngaji,1,Opini,3555,opini islam,87,Opini Netizen,1,Opini Tokoh,102,ormas,4,Otomotif,1,Pandemi,4,parenting,4,Pemberdayaan,1,pemikiran,19,Pendidikan,112,Peradaban,1,Peristiwa,12,pertahanan,1,pertanian,2,politik,320,Politik Islam,14,Politik khilafah,1,propaganda,5,Ramadhan,5,Redaksi,3,remaja,7,Renungan,5,Review Buku,5,rohingya,1,Sains,3,santai sejenak,2,sejarah,70,Sekularisme,5,Sepiritual,1,skandal,3,Sorotan,1,sosial,66,Sosok,1,Surat Pembaca,1,syarah hadits,8,Syarah Kitab,1,Syari'ah,45,Tadabbur al-Qur’an,1,tahun baru,2,Tarikh,2,Tekhnologi,2,Teladan,7,timur tengah,32,tokoh,49,Tren Opini Channel,3,tsaqofah,6,tulisan,5,ulama,5,Ultimatum,7,video,1,
ltr
item
Tren Opini: Petikan Khotbah Jumat terkait Maraknya Isu Terorisme dan Radikalisme
Petikan Khotbah Jumat terkait Maraknya Isu Terorisme dan Radikalisme
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDH0YgDKmG2Gc8RiAdkgiBstY9ZVG3hWx6DsrMuAyyjkvllXQSxTFw4oE9erjrO7qfu9LuR7nziqjNGOuwm4j4aOR8njlaFtR5JteohDDnyuBK1H3RZ4CFev3mFmJwTPrV-GlPNtFgjoU/s640/images.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDH0YgDKmG2Gc8RiAdkgiBstY9ZVG3hWx6DsrMuAyyjkvllXQSxTFw4oE9erjrO7qfu9LuR7nziqjNGOuwm4j4aOR8njlaFtR5JteohDDnyuBK1H3RZ4CFev3mFmJwTPrV-GlPNtFgjoU/s72-c/images.jpg
Tren Opini
https://www.trenopini.com/2016/12/petikan-khotbah-jumat-terkait-maraknya.html
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/
https://www.trenopini.com/2016/12/petikan-khotbah-jumat-terkait-maraknya.html
true
6964008929711366424
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy