Vasca aksi 212 ghirah Spiritual Islam kian tumbuh di Indonesia. Kecintaan masyarakat terhadap Islam makin meningkat. Hal ini diaplikasikan ...
Vasca aksi 212 ghirah Spiritual Islam kian tumbuh di Indonesia. Kecintaan masyarakat terhadap Islam makin meningkat. Hal ini diaplikasikan dalam berbagai mimbar khatib, Tabligh akbar, dan dalam berbagai kegiatan lainnya, diantaranya gerakan shubuh berjamaah yang mendapatkan apreasi luar biasa dari kaum muslim, dikota bandung shubuh berjamaah ini dihadiri oleh ribuan kaum muslim.
Pengawalan terhadap Tuntutan #PenjarakanAhok sebagai tujuan aksi 212 pun terus dilakukan, GNPF-MUI menyiapkan 200 orang untuk mengawal jalannya sidang kasus ahok yang akan dilaksanakan pada hari selasa (13/12/2016).
Disisi lain, aksi dan suara sumbang dari pembela ahok terus dilakukan dengan terang-terangan atau dengan sembunyi dari balik jargon "kebhinekaan". kemudian adanya upaya pengalihan opini pun dilakukan dengan aksi-aksi yang murahan. Tetapi itu semua tidak menyurutkan ghirah dan langkah kaum muslim, umat tetap fokus terhadap tujuan aksi yaitu #TangkapAhok #HukumAhok.
Kuatnya perlawanan dan pembelaan dari kubu ahok, semakin menunjukan bahwa ahok mempunyai daya tawar. Dan sudah menjadi rahasia umum siapa dibelakang ahok tersebut, sedikit demi sedikit tabir mulai terbuka, terakhir aksi parade dan budaya yang digagas oleh mayoritas partai kubu pendukung ahok dan disponsori oleh pengusaha taipan semakin menunjukan siapa dibelakang ahok. Anehnya pemerintah dan aparat penegak hukum seolah-olah menunjukan keberfihakannya walaupun aksi tersebut melanggar aturan dengan mendompleng acara car free day.
Peristiwa ini diawali oleh seruan #HaramPemimpinKafir yang kemudian karena kebodohan dan kesombongannya dalam mengomentari ayat yang berkaitan dengan seruan itu, ahok mendapat reaksi keras dari umat islam karena sudah berani menghina al-Quran dan alim Ulama.
aksi #TolakPemimpinKafir ini sepertinya harus terus di Opinikan oleh umat, betapa tidak, belum lah selesai permasalahan ahok, muncul sosok HT (Hary Tanu) dengan "kedermawanan", "kebaikan" dan "dukungan"nya seolah-olah dia peduli terhadap umat islam.
Sebagai seorang politisi dan pendiri sekaligus pimpinan sebuah partai politik, tentu langkah-langkahnya -apalagi yang berpengaruh dalam skala luas-, tak terlepas dari tujuan dan motif politik. Ini bukan "sangka buruk yang tercela", namun hal umum yang bisa dipahami oleh setiap orang yang melek politik.
Karena itu, bahwa dia itu benar-benar ikhlas menyumbang, tanpa ada motif tertentu yang akan menguntungkan dirinya, tentu adalah sebuah kepolosan yang benar-benar lucu, apalagi di era internet ini, yang informasi begitu mudah kita cari dan dapatkan. Terlebih, istilah ikhlas -jika merujuk istilah dalam Islam- tentu tak akan pernah bisa dicapai oleh orang yang tak beraqidah Islam.
Artinya, umat Islam patut waspada. Terlepas dari kenyataan, sebagian ulama membolehkan orang kafir menyumbang pembangunan masjid (yang berarti, menyumbang lembaga pendidikan Islam tentu lebih boleh lagi), kita tetap harus waspada dan khawatir dengan tujuan di balik "kebaikan" ini. Bisa jadi, ada tujuan mendapatkan dukungan suara untuk partainya dan dirinya. Atau lebih buruk lagi, ada tujuan untuk melemahkan militansi santri-santri pesantren yang terbiasa mengkaji bab tauhid, bab dakwah, bab amar ma'ruf nahi munkar, bab jihad, dan bab-bab "keras" lainnya.
Yang harus disadari oleh umat adalah fenomena ini tidak akan terjadi ketika negeri ini menerapkan syariah Islam kaffah dalam bingkai khilafah. Krn system sekaranglah yang memberikan peluang orang kafir menjadi pemimpin, system ini juga berpotensi munculnya banyak penista agama dan ahok-ahok yang baru.
Penerapan syariah Islam merupakan tuntutan berbagai kalangan di masyarakat. Bahkan Khilafah menjadi opini yang makin hari makin dipahami dan dianggap sebagai solusi.
COMMENTS