SAMBUT FATWA ULAMA, PALESTINA BUTUH JIHAD NYATA
SAMBUT FATWA ULAMA, PALESTINA BUTUH JIHAD NYATA
Oleh : Nurlaela (ibu rumah tangga)
Saudara kita di Palestina tak kunjung merasakan ketenangan dalam melaksanakan ibadah pun ketika puasa ramadhan mereka dibayangi ancaman teror pengeboman dari Zionis laknatullah.
Diperkirakan 309 warga Palestina tewas sejak Zion*s Yahudi kembali melanjutkan operasi militernya di Gaza pada 18 Maret 2025. Tentara Yahudi membunuh pula tenaga medis, jurnalis, dan relawan kemanusiaan. (Tempo,18 maret 2025 /13.28 wib)
Kaum Yahudi juga memblokade bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza. Akibatnya, 2,4 juta penduduknya terancam kelaparan dan kekurangan obat-obatan. Padahal dalam agresi militer sebelumnya, militer Yahudi sudah menghancurkan berbagai fasilitas kesehatan dan rumah sakit. Banyak warga Gaza tidak mendapatkan perawatan medis yang layak.
Siapa saja yang mengaku muslim wajib memberikan pembelaan atas penderitaan yang dirasakan saudara seiman, termasuk kaum muslim Gaza. Rasulullah saw., telah berpesan, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, setiap muslim wajib memberikan perhatian, pembelaan, dan pertolongan kepada kaum muslim di Gaza dengan sekuat tenaga. Lebih khususnya negara yang memiliki kekuatan bersenjata untuk kirimkan bantuan militernya.
Namun selama ini kita lihat negara- negara di luar sana hanya mengecam dan mengutuk tindakan yang di lakukan zionis Israel tanpa ada tindakan nyata untuk mengirimkan tentaranya.
Derita Gaza akhirnya mengundang fatwa jihad melawan Zion*s Yahudi. Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), Ali al-Qaradaghi, menyerukan kepada semua negara muslim pada Jumat (4-4) untuk, “Segera campur tangan secara militer, ekonomi, dan politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran menyeluruh ini, sesuai dengan mandat mereka.” (Jerusalem post , 4-4-2025)
Sekjen IUMS itu juga mengecam diamnya penguasa Arab dan Dunia Islam terhadap krisis di Gaza sebagai kejahatan besar.
Memang sudah nyata bahwa satu-satunya solusi yang sesuai ajaran Islam untuk mengatasi krisis Gaza adalah jihad fi sabilillah. Tidak lain dengan mengerahkan kekuatan militer untuk melindungi warga Gaza dan mengusir entitas Yahudi. Bukan dengan jalan diplomasi. Apalagi sekadar retorika basa-basi yang selama ini dimainkan para pemimpin Arab dan Dunia Islam. Tidak cukup juga hanya dengan memerintahkan para imam dan khatib membacakan doa untuk kaum muslim Gaza.
Al-Qur’an telah memerintahkan jihad defensif (jihad difaa’i) atas setiap invasi musuh yang ditujukan kepada negeri-negeri muslim. Allah Swt. berfirman, yang artinya “Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 194).
Allah Swt. juga memerintahkan untuk mengusir siapa pun yang telah mengusir kaum muslim, yang artinya “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191).
Qadi Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahulLâh, dalam Kitab Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah Jilid II, menyatakan bahwa jihad adalah fardu ain saat kaum muslim diserang oleh musuh. Dalam konteks Palestina, fardu ain ini bukan hanya berlaku untuk muslim di sana, tetapi juga berlaku untuk kaum muslim di sekitar wilayah Palestina saat agresi musuh tidak bisa dihadang oleh warga setempat.
Atas dasar itu, para penguasa negeri muslim di sekitar Palestina wajib mengerahkan pasukan militer untuk menolong muslim Gaza. Sikap berdiam diri para penguasa tersebut adalah kemaksiatan besar di hadapan Allah Taala. Sebabnya, Allah Swt. telah memerintahkan, yang artinya “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan.” (QS Al-Anfal [8]: 72).
Sayang, yang kita saksikan hari ini, para penguasa Arab dan Dunia Islam bukan saja berdiam diri. Mereka bahkan menutup rapat pintu perbatasan demi mencegah kedatangan pengungsi Gaza yang menderita. Ironisnya, para penguasa muslim itu membiarkan negerinya menjadi tempat kedatangan pesawat tempur AS untuk membantu Zion*s Yahudi. Mereka pun membuka pelabuhan untuk kapal-kapal pembawa minyak ke negeri Yahudi. Mereka juga masih membuka hubungan perdagangan dengan Yahudi.
Para penguasa muslim itu sama sekali enggan menggerakkan jutaan tentara mereka, ribuan tank baja dan kendaraan tempur, pesawat jet dan pengebom, serta drone militer yang mereka miliki. Semua dibiarkan tetap berada di barak-barak militer dan gudang persenjataan. Tidak ada pertolongan yang mereka berikan untuk Gaza dan balasan atas kekejaman militer Zion*s Yahudi.
Inilah konspirasi besar para penguasa Arab dan muslim dengan Amerika Serikat dan Zion*s Yahudi. Umat jangan teperdaya oleh retorika mereka. Sesungguhnya para penguasa muslim itu mengamini genosida di Gaza dengan sikap berdiam dirinya. Mereka lupa bahwa jabatan dan kekuasaan mereka harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tumpahnya darah seorang mukmin. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh hilangnya dunia ini jauh lebih ringan bagi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR An-Nasa’i dan Tirmidzi).
Itulah sebaiknya sikap seorang muslim dalam membela saudaranya, jangan biarkan fatwa jihad berlalu begitu saja tanpa terealisasi. Semoga Allah tolong saudara kita yang terzalimi
Wallahualam
COMMENTS