Israel Takut Khilafah, Bukti Khilafah Bukan Utopia
Israel Takut Khilafah, Bukti Khilafah Bukan Utopia
Oleh: Rahmawati Ayu Kartini (Pemerhati Sosial)
“Kami tidak akan menerima pendirian khilafah di wilayah-wilayah sekitar laut Mediterania.”
Akhirnya kata itu pun disebutkan secara terbuka, khilafah. Tak mampu lagi menyimpan beban besarnya, PM Israel Benjamin Netanyahu mengakui ketakutannya terkait kebangkitan kembali khilafah. Sebagaimana dikutip dari RT Arabic 21 April 2025, dalam merespons serangan Houthi kemarin.
Artinya potensi kebangkitan khilafah sangat nyata dan makin dekat. Kalau tidak realistis, kenapa harus menjadi prioritas Israel dan Barat menghalau kebangkitannya?
Di saat potensi kebangkitan khilafah menjadi sumber ancaman yang nyata, fenomena yang saat ini memicu kepanikan dan ketakutan Israel-Barat, ada bagian dari umat Islam yang justru meremehkannya bahkan menolaknya, menilainya hanya sebatas sejarah yang mustahil bisa diulang, tidak realistis, ilusi, dan utopia.
Kecemasan Netanyahu sangat nyata. Bahwa kita semua paham, istilah khilafah tidak digunakan secara sembarangan dalam lingkaran diplomatik. Dalam imajinasi Barat, istilah ini memunculkan gambaran kekacauan dan ekstremisme. Namun bagi jutaan muslim, istilah ini mewakili sesuatu yang jauh lebih mendalam: Sebuah alternatif. Sebuah model pemerintahan komprehensif yang berakar pada hukum ilahi, bukan sekularisme Barat.
Sebuah peradaban yang didefinisikan bukan oleh pagu utang IMF dan Europan Council, resolusi PBB, dan dukungan militer Barat. Tetapi oleh visi kenabian dan nilai-nilai al-Qur'an.
Inilah alasan utama kecemasan Netanyahu yang mewakili keresahan Barat merespon kebangkitan kekhalifahan di pesisir Mediterania.
Urgensi ketakutan Israel dan Barat terhadap khilafah, bukan soal ancaman roket Yaman, persenjataan Hizbullah, atau gerilya Hamas. Ini tentang simbol universal untuk mendorong kembalinya persatuan umat Islam sedunia, visi ideologis yang tidak dibatasi sekat nasionalisme, batas negara, apalagi presiden boneka.
Khilafah adalah kekuatan simbol yang mengutuhkan kekuatan umat Islam dunia menjadi satu dan absolut yang secara langsung akan menabrak imperialisme Zionisme dan imperialisme Barat tanpa bisa dihalau kekuatan apa pun.
Bukan utopia, kenapa umat Islam menolak khilafah?
Ketakutan Israel akan khilafah selama ini telah mereka antisipasi melalui jaringan dan kaki tangan Zionis internasional sebagai pencegahan. Caranya dengan membuat masyarakat dunia terutama umat Islam merasa takut soal khilafah. Atau minimal turut mencegah agar ajaran Islam ini tidak didakwahkan.
Sejak keruntuhan Kekhilafahan Turki Utsmani, umat Islam diupayakan tidak memahami Al Qur'an dan bahasa Arab. Padahal dua hal ini sangat dibutuhkan umat sebagai pondasi dalam mempelajari agamanya. Inggris dan Prancis mengamati bahwa dua hal itulah yang menjadikan umat Islam begitu kuat dan tidak bisa dikalahkan. Karena itu umat Islam harus dijauhkan dari keduanya. (Malapetaka Runtuhnya Khilafah,_ Abdul Qadim Zallum)
Akibat jauh dari Al Qur'an dan bahasa Arab inilah, umat tidak bisa memahami agama Islam dengan benar. Jadi, bila ada orang yang giat membantah soal khilafah di grup-grup WA, atau giat mencegah agar dakwah kewajiban khilafah tidak menjadi materi ceramah di masjid-masjid, maka orang itu layak mendapat ucapan terima kasih dari Israel. Karena secara tidak langsung dia telah turut bantu mencegah terwujudnya mimpi buruk Israel, yaitu kehancuran negara Zionis dengan berdirinya lagi Khilafah Islamiyah.
Perlu juga dicermati, bahwa pemerintahan negeri-negeri Islam yang menuduh khilafah sebagai ancaman juga merupakan pemerintahan yang tidak tergerak untuk mengerahkan militer untuk melindungi Palestina ketika Gaza dibantai Zionis. Setali tiga uang dengan Israel, mereka pun ketakutan jika khilafah tegak kembali. Karena kekuasaan mereka yang zalim akan runtuh seiring dengan kejatuhan Israel !
Israel tahu akan kalah
Walaupun didukung Amerika Serikat, Israel sebenarnya lemah dan penakut. Terbukti sudah 17 bulan genosida, Gaza hingga saat ini masih belum bisa dikalahkan. Tidak ada kata menyerah dari para pejuang serta penduduknya. Ini yang membingungkan Israel, hingga mereka menyerang dengan cara membabi-buta. Menyerang bukan karena kekuatan, tapi karena putus asa, tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menundukkan Gaza.
Syekh Ahmad Yasin pendiri Hamas telah memprediksi Israel akan hancur di tahun 2027, setelah beliau mempelajari Al Qur'an. Hal ini berdasarkan wawancara dengan beliau di tahun 1999. Menurut beliau, suatu hal yang dibangun atas kedzaliman pasti akan berakhir pada kehancuran. Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an Surah Al Isra 4-6: yang artinya
"Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar." (QS. Al Isra ayat 4-6)
Menurut Syekh Ahmad Yasin, dari Surah Al Isra dijelaskan ada 3 siklus generasi yang terjadi tiap 40 tahun: 1) kedatangan Israel di Palestina (1947); 2) pendirian Hamas sebagai hukuman pertama bagi Israel (1987); 3) hukuman kedua dengan kehancuran Israel (2027).
Prediksi beliau ini relevan dengan apa yang disampaikan oleh jurnalis dan mantan kepala dinas rahasia terkemuka Israel Ari Shavit dan Ami Ayalon yang meramalkan kehancuran Israel jika Israel terus menempuh jalur destruktif yang sama.
Israel sendiri tahu bahwa mereka akan kalah, hanya berusaha untuk menundanya. Ini terlihat dari serangan jurus mabuk terhadap warga sipil Gaza, akibat keputusasaan karena tidak bisa mengalahkan Hamas. Padahal sudah didukung oleh Amerika dan beberapa negara kuat Eropa.
Pejuang Hamas dikabarkan bukannya berkurang, justru makin bertambah. Inilah yang membuat stress Israel.
Selain itu, orang-orang Israel begitu meyakini hadits Rasulullah saw tentang bagaimana kelak mereka akan dikalahkan oleh umat Islam. Sebagaimana hadits berikut:
"Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia, kecuali pohon Ghorqod, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi”. (HR. Ahmad)
Saking takutnya dengan hadits tersebut, dikabarkan bahwa Israel berusaha menanam dan menyebarkan pohon Ghorqod sebanyak-banyaknya sebagai tempat sembunyi mereka kelak (hidayatullah.com).
Wahai kaum muslimin, sesungguhnya musuh-musuh Islam itu lemah dan sudah dekat kehancurannya. Namun mengapa umat ini masih tidak menyadari peluangnya yang sangat besar untuk mengalahkan mereka? Belum cukupkah penderitaan Palestina membangunkan kita dari keterlenaan urusan duniawi?
Wallahu a'lam bishowab.
COMMENTS