Al Qur'an Bukan Hanya Bacaan Tapi Pedoman Hidup Bagi Individu, Masyarakat dan Negara
Al Qur'an Bukan Hanya Bacaan Tapi Pedoman Hidup Bagi Individu, Masyarakat dan Negara
Oleh : Murni Supirman (Aktivis Muslimah)
Ramadhan telah pergi namun spirit ramadhan harusnya tetap terpatri dihari kemenangan fitri. Namun tak ada yang berubah dari kondisi masyarakat hari ini baik dari sisi pribadi, masyarakat maupun negara semua hanya fokus pada perayaan idul fitri, baju baru, kue lebaran, makannan dll. Begitu juga pada ibadah-ibadah ritual saja dan tak ada upaya mengubah mindset untuk menjadikan Al Qur'an tidak sebatas hanya soal bacaan saja melainkan lebih dari itu, Al Qur'an adalah pedoman hidup yang harus diterapkan dalam lingkup bernegara.
Memang benar semenjak memasuki awal ramadhan hingga akhir ramadhan, masyarakat muslim pada bulan ini berlomba-lomba membaca Al Qur'an demi target khatam 30 juz. Namun kondisi ini ternyata tidak mampu mengubah pemahaman masyarakat apalagi untuk untuk mencerna sebab, tidak pernah kita mendengar di mimbar-mimbar mesjid para dai daiyah ketika mengisi ceramah ramadhan fokus pada pelaksanaan Al Qur'an dan Al Qur'an adalah aturan hidup yang harus diterapkan secara kaffah. Tapi yang ada lebih membahas masalah akhlak dan ibadah seorang hamba. Bahkan ketika momen Nuzulul Qur'an hanya dijadikan momentum ajang perlombaan. Al qur'an hanya dijadikan bahan bacaan tidak lebih dari itu.
Realitas ini tidak bisa terbantahkan sebab, sistem demokrasi kapitalisme menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, sementara Al Qur'an di anggap kitab suci yang fungsinya hanya dibaca dan dihafalkan untuk kemudahan dalam bacaan sholat bagi masing-masing individu yang tak ada hubungannya dengan aturan manusia secara umum.
Padahal manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas sehingga ketika membuat aturan untuk mengatur manusia hal ini tentu berpotensi menimbulkan pertentangan di tengah masyarakat dan berkonsekuensi melahirkan berbagai permasalahan.
Al Qur’an seharusnya menjadi landasan dan pedoman setiap individu, masyarakat dan negara. Namun mirisnya, hari ini justru individu yang berpegang teguh pada Al Quran dan berusaha menyerukan untuk kembali kepada Al Qur’an dianggap radikal.
Dalam sistem ini, prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai penentu dibuatnya hukum yang berdasar hawa nafsu dan kepentingannya. Siapa yang berkuasa maka dia bisa menentukan kebijakan dan mampu mengotak atik hukum sesuai kepentingan dan kebutuhan. Padahal dalam Al Qur'an secara jelas terdapat ayat "Inil hukmu illalillah" yang berhak membuat hukum hanyalah Allah.
Berpegang teguh pada Al Qur’an sejatinya adalah konsekuensi dari keimanan dan harusnya terwujud pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al Qur’an harus menjadi landasan atau asas bagi kehidupan. Namun hari ini Al Qur’an diabaikan meski peringatan nuzulul Qur’an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara.
Umat harus menyadari kewajiban berpegang teguh pada Al qur’an secara keseluruhan adalah perintah dari Allah yang menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslim maka umat harus berjuang menyerukan agar Al Qur’an dijadikan sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan.
Untuk itu, harus ada kelompok dakwah ideologis di tengah umat yang bertugas menyadarkan dan secara massif menggambarkan kondisi umat ketika jauh dari Al Qur'an serta tak berhenti menyuarakan kepada umat untuk membangun kesadaran akan kewajiban menerapkan Al Qur’an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara.
Wallahu'alam.
COMMENTS