Hari anak sedunia
Hari Anak Sedunia: Antara Harapan dan Realita yang Memilukan
Oleh: Elsa
Dipublikasikan pada: 11 Desember 2024
Hari Anak Sedunia atau World Children’s Day, yang diperingati setiap tanggal 20 November, seharusnya menjadi momentum penting untuk merayakan hak-hak anak di seluruh dunia. Pada hari ini, dunia diingatkan akan tanggung jawab kolektif untuk melindungi, mendidik, dan memberikan masa depan yang cerah bagi anak-anak, generasi penerus peradaban. Namun, di balik seremonial peringatan ini, ada realita pahit yang tak bisa diabaikan: hak-hak anak di berbagai belahan dunia, terutama Palestina, masih terabaikan dan bahkan dikhianati.
Ironi di Balik Peringatan Hari Anak Sedunia
Setiap tahun, peringatan Hari Anak Sedunia menjadi agenda besar yang diinisiasi oleh UNICEF untuk meningkatkan kesadaran global tentang kesejahteraan anak. UNICEF mengusung tujuan mulia: memastikan semua anak di dunia mendapatkan hak dasar mereka—pendidikan, kesehatan, keamanan, serta perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pesan-pesan tersebut sering kali terabaikan, terutama di kawasan konflik seperti Palestina. Menurut data Komisi Urusan Tahanan Palestina yang dilansir oleh ANTARA News, sekitar 270 anak Palestina ditahan di penjara-penjara Israel hingga November 2024. Anak-anak ini tidak hanya kehilangan kebebasan, tetapi juga menjadi korban penyiksaan, pemukulan, hingga pelecehan yang dilakukan oleh otoritas penjara. Keadaan ini menggambarkan betapa hak-hak dasar mereka, termasuk hak untuk hidup dan mendapatkan perlakuan manusiawi, telah dirampas.
Konvensi Hak Anak yang Terabaikan
Pada tanggal yang sama di tahun 1989, Majelis Umum PBB mengadopsi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child atau CRC), yang menjadi tonggak penting dalam perlindungan hak anak. Konvensi ini menetapkan berbagai hak, seperti hak hidup, berkembang, dan terlindungi dari kekerasan. Sayangnya, meskipun hampir seluruh negara di dunia telah meratifikasi konvensi ini, pelaksanaannya di berbagai wilayah masih jauh dari harapan.
Anak-anak Palestina adalah bukti nyata bahwa perlindungan internasional terhadap hak-hak anak hanya sebatas janji. Di bawah penjajahan Zionis Israel, mereka menjadi korban penahanan ilegal, pembunuhan, dan berbagai bentuk kekerasan lainnya. Sementara itu, dunia seolah memilih diam atau bahkan memalingkan wajah, terikat oleh kepentingan politik dan ekonomi yang lebih besar daripada kemanusiaan.
Kapitalisme dan Pengkhianatan Terhadap Anak-anak
Hari Anak Sedunia, yang digagas oleh lembaga internasional di bawah naungan PBB, kerap kali dipandang sebagai simbol kepedulian global terhadap anak-anak. Namun, ironisnya, sistem kapitalisme yang mendominasi dunia justru menjadi akar permasalahan yang menghancurkan masa depan anak-anak, terutama di wilayah konflik. Sistem ini memprioritaskan keuntungan ekonomi dan kepentingan politik di atas hak asasi manusia, termasuk hak anak-anak.
Di negara-negara Muslim, pengabaian terhadap nasib anak-anak Palestina menunjukkan lemahnya solidaritas dan kepemimpinan yang berpihak pada keadilan. Para pemimpin di negeri-negeri Muslim lebih sibuk menjaga hubungan diplomatik dan ekonomi daripada berupaya menghentikan penderitaan saudara seiman mereka.
Islam dan Perlindungan Hak Anak
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memandang anak sebagai amanah besar yang harus dilindungi oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Dalam Islam, anak-anak adalah generasi penerus yang harus dijaga kehidupannya, pendidikannya, kesejahteraannya, serta hak-haknya.
Dalam sistem khilafah, yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh (kaffah), negara memiliki kewajiban untuk melindungi generasi penerus dari ancaman internal maupun eksternal. Negara juga memastikan sumber daya dikelola untuk kesejahteraan seluruh rakyat, termasuk anak-anak, tanpa membeda-bedakan status sosial atau kebangsaan mereka.
Kesimpulan: Hari Anak Sedunia, Antara Omong Kosong dan Harapan
Realitas yang terjadi saat ini, terutama di Palestina, menunjukkan bahwa Hari Anak Sedunia hanyalah formalitas tanpa makna mendalam. Seremonial ini tidak mampu menjawab penderitaan anak-anak yang terjebak dalam konflik, penjajahan, dan eksploitasi.
Sebagai Muslim, kita tidak membutuhkan simbolisasi semu seperti Hari Anak Sedunia. Islam telah memiliki aturan komprehensif untuk melindungi anak-anak dan generasi mendatang. Hanya dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh melalui tegaknya khilafah, hak-hak anak dapat dipenuhi secara hakiki.
Wallahu a’lam bish-shawab.
COMMENTS