Konflik Palestina
Oleh: Asma Sulistiawati (Pegiat Literasi)
Kembali pecah konflik Palestina dan Israel beberapa waktu lalu setelah Pasukan Hamas melakukan serangan kepada Israel hingga menyulut api “peperangan” dari kubu Israel dan berakhir mengirim serangan balik di jalur Gaza. Hal ini di amin -kan oleh PM Israel Benjamin Netanhayu dalam pidatonya justru menuding pihak Hamas yang menjadikan mereka untuk mendeklarasikan perang yang sesungguhnya dan ia juga bersumpah bahwa Hamas harus membayar mahal atas kekacauan yang disebabkan oleh serangan pasukan Hamas kepada Israel beberapa waktu lalu (bbc.com/Indonesia, 7/10/2023).
Akibat dari insiden ini sekitar 198 warga Palestina tewas dalam serangan udara ketika bom menghantam Kota Gaza, menimbulkan awan asap hitam yang membubung ke langit. Sementara itu belum kerugian fisik seperti bangunan yang rata dengan tanah akibat serangan udara yang digencarkan Israel saat itu.
Sungguh serangan ini bukan kali pertama terjadi bagi penduduk Gaza, Palestina dan sekitarnya. Konflik ini telah berkepanjangan dan memang belum mendapat solusi hakiki dari pemerintahan dunia bahkan sekelas PBB juga pemimpin negeri Arab hanya memberikan solusi retorika saja berupa pengecaman dan pengutukan bukan dengan aktifitas nyata seperti sanksi tegas atas Israel yang telah mengklaim dan menduduki tanah Palestina sejak dahulu.
/ Konflik Berkepanjangan Tanpa Solusi /
Sebagaimana kita ketahui bahwa pendudukan Israel di tanah Palestina telah berlangsung lebih dari 70 tahun. Bahkan sejak awal berdirinya PBB pada 24 Oktober 1945 telah banyak mengeluarkan resolusi atas permasalahan disana namun tak satupun yang memberikan dampak yang baik terhadap penguasaan 85% wilayah Palestina oleh pihak Israel.
Parahnya ketika Pasukan Hamas melakukan serangan mengatas-namakan revolusi atas penderitaan penduduk Palestina bertahun-tahun di cap sebagai aksi teroris. Lantas serangan udara dan darat yang selama ini dilakukan oleh Israel di Palestina dunia tidak heboh memberitakan dengan cap teroris. Jelas sekali ini adalah standar ganda dunia. Dunia membuka mata atas “kejahatan” yang dilakukan oleh kaum Muslimin demi membela hak asasinya yang terinjak-injak. Disisi lain menutup mata dan seketika bisu atas penjajahan orang-orang kafir di negeri-negeri Islam. Tidak -kah ini adil untuk kaum Muslimin?
/ Solusi Palestina dengan Islam /
Berkaca dari kisah pilu kaum Muslimin Palestina kita melihat aksi hipokrit lembaga internasional atas perdamaian di negeri tersebut. Mereka bertindak hanya sebagai penengah dengan solusi gencatan senjata. Namun ini berulang kali justru Israel terus melanggarnya.
Hal ini disebabkan atas kekuasan hari ini adalah kekuasaan dalam sistem demokrasi kapitalisme yang menjadi pijakan penguasa hari ini. Hal ini pun mengartikan kemanusiaan dalam arti kewilayahan yang sempit. Maka kita melihat kebanyakan menganggap bahwa permasalahan Palestina bukanlah permasalahan negara mereka. Padahal jelas Rasulullah saw., bersabda “Jika bagian tubuh satu sakit, tubuh yang lain akan merasa sakit dan sigap menolong serta membantu agar rasa sakit itu hilang bahwa kaum muslim di dunia ini adalah saudara. Jika ada yang sedang terzalimi atau merasakan musibah, menjadi kewajiban muslim lainnya untuk membantu.” (HR. Muslim).
Permasalahan Palestina termasuk menjaga tanah Al Aqsha itu adalaha adalah permasalahan sdan kewajiban eluruh kaum Muslimin. Sebab tanah Palestina didapat dengan penuh darah perjuangan para syuhada. Sebagaimana kisahnya Palestina dua kali diperjuangkan oleh kaum muslim. Pertama oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Kedua,oleh Shalahuddin al-Ayubi. Hingga akhirnya Palestina menjadi tanah kharajiah, yakni selamanya tanah Palestina milik kaum muslim. Atas dasar itu pula Khalifah Abdul Hamid II juga mati-matian mempertahankan Palestina yang akan direbut Yahudi. hal itu tidak lagi terjadi saat ini. Selama pemimpin negeri muslim masih merasa ada di bawah ketiak AS, mereka tidak akan berani melangkah. Di sisi lain, mereka (pemimpin negeri muslim) juga telah melakukan kerja sama dengan Israel.
Sebagaimana kisah diatas bahwa untuk mengusir penjajah di tanah Palestina membutuhkan persatuan dan jiwa-jiwa pejuang Islam sekelas Umar bin Khathab dan Shalahuddin al-Ayubi. Keduanya lahir dari peradaban Islam. Jiwa kepempinan dan rela mati demi memperjuangkan tanah kaum Muslimin yakni Khilafah Islamiyah sesuai dengan metode kenabian. Wallahu ‘alam bishowab
COMMENTS