Hamas Roket israel
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Peperangan dalam Islam adalah perang yang paling humanis, karena tujuannya bukan untuk menumpahkan darah atau sekedar meluaskan wilayah, tapi untuk mempertahankan eksistensi iman dan kebenaran.
Karenanya aturan perang dalam Islam melarang mujahidin merusak bangunan dan tempat ibadah, tidak boleh menjarah, menebang pepohonan, mengganggu pemuka agama lain, membunuh wanita dan anak-anak, menyiksa tawanan, memutilasi korban, membunuh sipil yang tidak terlibat dan seabrek aturan ketat lainnya.
Dan hari ini ketika mengamati konflik Palestina - Israel, sebagian pihak ada yang mengomentari mujahidin yang ada di sana, khususnya aksi-aksi dari faksi terbesar perlawanan Palestina, Hamas.
Diantara yang disoroti adalah masalah peluncuran roket -roket oleh Brigade Izzuddin al Qassam, sayap militer Hamas, yang dituduh sengaja menyerang dan menyasar warga sipil tak bersenjata.
Sebagian komentator ada yang masih dalam taraf wajar, niatnya mengkoreksi pun untuk menyampaikan nasehat kepada sesama muslim. Maka tentu yang seperti ini harus diberi apresiasi dan diterima dengan lapang dada.
Bagaimanapun mujahidin tetaplah kumpulan manusia biasa, yang sangat mungkin salah dan jatuh kepada perbuatan berlebih-lebihan.
Namun ada juga mereka yang beropini tentang masalah ini berangkat dari kebodohan atau bahkan kedengkiannya. Karena termakan media sekuler yang memang kerjaannya selalu memburukkan citra Islam dan para mujahidin.
Untuk kelompok kedua ini, tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali mendoakan agar mereka diberi hidayah, atau sekalian Allah segera menyudahi urusan mereka dengan keputusanNya.
Saudaraku, menyerang rakyat sipil yang tak terlibat dalam perang memang dilarang dalam Islam. Bahkan Nabi shalallahu'alaihi wassalam dengan keras memperingatkan dan menegur sahabat yang melanggar ketentuan ini.
Namun terkait tuduhan serangan Hamas yang sengaja menarget warga Israel yang katanya warga sipil biasa, ini perlu perincian lebih lanjut, karena ternyata kondisinya ada perbedaan. Saya akan menyebutkan 4 point saja, yakni :
1. Warga Israel adalah militer.
Zionis sadar bahwa status mereka selamanya dalam kondisi terancam. Karena tempat tinggal mereka adalah hasil dari merampas tanah air orang lain.
Karenanya mereka menerapkan aturan wajib militer yang harus diikuti semua warga Israel baik laki maupun perempuan tanpa kecuali. Mereka harus selalu dalam kondisi siap diterjunkan ke medan pertempuran kapanpun.
Melihat fakta ini, menyamakan sipil Israel dengan sipil di negara lain pada umumnya, tentu sebuah kesalahan.
Lihatlah beberapa video yang banyak beredar. Tak jarang "sipil" Israel dengan beringas menyerang warga Palestina sambil membawa pistol bahkan dengan senjata serbu otomatis. Karena mereka sebenarnya berstatus sebagai militer atau minimal semi militer.
2. Warga Israel di Palestina adalah penjajah.
Selanjutnya, yang juga harus dipertimbangkan adalah warga Israel yang dikatakan sebagai sipil di sini adalah mereka yang tinggal di negeri jajahan. Status mereka bisa disamakan dengan sipil yang ikut terlibat dalam satuan perang. Seperti satuan logistik. Sehingga dalam peperangan, jika mereka melawan boleh saja dibunuh karena keterlibatannya.
Mungkin status ini masih akan menjadi bahan perdebatkan, tapi menyimpulkan sebaliknya, yakni menyamakan "sipil" Israel dengan warga negara biasa yang tinggal di negeri mereka sendiri, lalu negaranya terlibat konflik sehingga mereka turut kena imbasnya, juga sebuah kesimpulan yang terasa aneh dan janggal.
Ingat, pejuang Palestina tidak sedang menyerang negara orang lain, tapi sedang menghadapi agresor raksasa yang membawa sekalian keluarganya untuk menjajah negeri mereka.
3. Adanya tembok pertahanan Israel.
Keberadaan tembok yang memisahkan daerah yang dikuasai oleh Yahudi dengan wilayah Palestina lainnya adalah hal yang juga harus dipertimbangkan oleh pihak yang hendak menyalahkan Hamas saat menyerang para penghuni di balik tembok perlindungan itu.
Karena dalam peperangan, dulu hingga hari ini. Menghujani benteng pertahanan musuh dengan gempuran artileri adalah hal yang wajar dan umum terjadi.
Dulu Shalahuddin, al Fatih dan jajaran panglima legendaris Islam lainnya menggempur benteng musuh-musuhnya dengan manjanik dan hujan anak panah. Yang sangat mungkin itu akan menimbulkan korban dari kalangan sipil yang tinggal di dalam benteng tersebut.
Maka jika hendak menyalahkan Hamas dalam kasus ini, rasanya cara perang para pahlawan Islam dulu dengan model yang sama juga harus dipertanyakan.
4. Hamas memberi peringatan sebelum meluncurkan Roket
Cobalah buka beberapa media, bahkan media lokal juga memuatnya. Ketika akan meluncurkan roket, biasanya jubir Hamas, Abu Ubaidah akan melakukan konferensi pers dua jam sebelumnya.
Tujuannya selain untuk mengancam dan menakut-nakuti tentara Israel, juga supaya yang benar-benar sipil bisa segera bersembunyi di bungker-bungker yang sudah mereka siapkan untuk menyelamatkan diri sewaktu-waktu.
Itu mengapa biasanya, warga palestina bisa sempat-sempatnya rame-rame nonton peluncuran roket itu, bahkan turut mengabadikan moment sangat membahagiakan tersebut.
Masih ada beberapa hal lainnya yang sebenarnya bisa menjadi jawaban atas tuduhan tersebut. Tapi kami merasa, empat ini saja sudah cukup bagi yang ingin hidupnya sakinah, mawadah, warahmah. Eh.
Maksud saya cukup bagi siapapun yang ingin mencari kebenaran. Bukan yang sengaja hendak mencari-cari kesalahan saudaranya, apa lagi kekeliruan para mujahidin.
COMMENTS