Sekularisme Pendidikan
Oleh : Ross A.R | Aktivis Dakwah Medan Johor
Miris, pemberitaan tentang bagaimana pergaulan para milenial saat ini sungguh sangat ironis. Baru-baru saja jagad sosial media di gemparkan dengan fakta jatah mantan, kini muncul dengan istilah "ayam kampus'. Seakan tidak ada habisnya istilah-istilah dalam memanipulasi perzinahan. Dan mirisnya lagi itu melanda generasi muda yang seharusnya memberikan karya-karya terbaik nya.
Seperti yang dilansir oleh tribunnews.com.go.id (25/5/2022) sungguh sangat mengejutkan, video pengakuan seorang ayam kampus yang open BO (Boking Online), dibooking dosen dengan dibayar pakai nilai. Video yang berdurasi 34 menit 57 detik tersebut mengungkapkan bagaimana ia melayani pelanggan dan awal ia terjun ke lembah nista tersebut. "Ayam kampus", adalah sebutan umum bagi para mahasiswi yang tak hanya belajar dikampus, tapi juga menjajakan dirinya menjadi pekerja seks komersial (PSK) terselubung.
Jaringan prostitusi penyedia pekerja seks komersial yang juga mahasiswi atau lebih dikenal dengan sebutan "ayam kampus" dibongkar oleh aparat Kepolisian Daerah Jawa Timur. Erwin (32), yang dibekuk sebagai selaku penyedia "ayam kampus" memasang tarif Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta untuk sekali kencan dengan wanita yang diasuhnya. Warga Jalan Perak Timur Surabaya itu ditangkap anggota Ditreskrimum Polda Jatim saat bertransaksi mengantar anak buahnya kepada pelanggan di sebuah hotel di Surabaya. Kompas.com.(12/12/2021).
Ayam kampus bukanlah fenomena baru, sebutan "ayam kampus", digunakan karena karakternya dalam masalah pemenuhan seksual adalah asal tubruk saja seperti binatang yaitu ayam. Dan ayam kampus adalah pelaku prostitusi berstatus mahasiswi disebuah perguruan tinggi yang pelanggannya dari kalangan kampus ataupun diluar kampus.
Merebaknya ayam kampus di berbagai perguruan tinggi tentunya sangat meresahkan. Perguruan tinggi yang seharusnya menjadi tempat untuk menuntut ilmu justru tercoreng.
Sungguh ironis, kalangan intelektual dan terdidik seperti mahasiswi justru banyak menjadi pelaku bisnis prostitusi. Kampus yang seharusnya menjadi " the guardian of morality", justru menjadi tempat ataupun sarana ayam kampus dan pelanggaran seksual lainnya. Perbedaan ayam kampus dengan pelaku prostitusi lainnya adalah tarif lebih mahal dan di pasarkan melalui media sosial.
Banyak hal yang membuat seorang mahasiswi memilih berprofesi sebagai ayam kampus. Sakit hati dan kecewa dengan kekasih nya, kurang kasih sayang dari keluarga yang tidak harmonis, faktor ekonomi, gaya hidup hedonis (mewah), hanya untuk bersenang-senang dalam memenuhi hasrat seksual.
Maraknya ayam kampus dan pelanggaran seksual lainnya adalah akibat dari penerapan liberalisme kapitalistik. Sebuah sistem hidup yang berasal dari sekularisme, ideologi yang mengabaikan ajaran agama (Islam), dan menempatkannya sebatas aspek ritual ibadah saja. Dan dalam ranah publik manusia membuat aturan sendiri, untuk semua aspek kehidupan.
Tentunya ini mengakibatkan manusia merasa bebas mengekspresikan keinginan dan nafsu serta bertindak sesukanya, meskipun bertentangan dengan akidahnya. Ketika nafsu lebih diutamakan, maka hukum aturan agamapun dikesampingkan.
Pemikiran kapitalistik juga mengajari generasi muda bahwa tujuan hidup adalah mengejar kesenangan materi dunia dengan mengabaikan halal-haram. Dengan prinsip kapitalisme meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Menjadikan generasi muda menjadi hedonis, Tuhan mereka pun adalah materi.
Berkembangnya ideologi kalitalisme - sekularisme menjadikan generasi muslim kehilangan bagaimana generasi muda yang seharusnya. Terlebih dengan semakin gencarnya upaya Barat untuk melancarkan perang pemikiran dan kebudayaan ke dunia Islam, akibatnya umat Islam pun semakin jauh dari ajaran Islam, baik pemikiran maupun hukum-hukumnya.
Seharusnya, sebagai perguruan tinggi bertugas menjaga moral dan pengemban ilmu. Akhirnya, berdampak buruk terhadap kampus akibat fenomena ayam kampus ini. Dan menurunkan citra positif kampus, serta akan terjadi kelumpuhan intelektualitas mahasiswi.
Dalam sistem Islam, setiap pelaku pelanggaran dalam interaksi pergaulan akan ditindak tegas dan adil hingga menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam bergaul. Ini tentunya harus kembali pada keimanan dan ketakwaan sebagai seorang Muslim, serta ketaatan dan ketundukannya terhadap syariat Islam. Dengan keimanan dan ketakwaan setiap individu Muslim dan didukung oleh sistem pergaulan Islam, maka hal tersebut mampu dicegah, sebab perilaku tersebut adalah perilaku menyimpang dari ajaran Islam. Tentunya, peran negara sangat penting agar seluruh syariat Islam mampu diterapkan secara menyeluruh.
Sudah seharusnya para generasi muda saat ini mencontoh bagaimana para generasi muda Islam terdahulu, salah satunya sebagai contoh adalah bagaimana Muhammad Al Fatih mengukir prestasinya dalam menaklukkan kota konstantinopel pada saat usianya masih sangat muda. Selain itu, Sultan Muhammad Al Fatih sudah diangkat menjadi sultan ketika usianya baru menginjak 12 Tahun.
Dan mendapatkan julukan Al Fatih (sang penakluk) karena telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun. Tidak hanya itu, Sultan Muhammad Al Fatih mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa. Inilah prestasi gemilang pada generasi muda Islam.
COMMENTS