Mahasiswa Agen Perubahan
"Kami ada dan terus berlipat ganda. Panjang Umur Perjuangan!" Koordinator Media BEM SI 2022, Luthfi Yufrizal dalam semangatnya, Senin, 11 April 2022.
Gelora yang tidak bisa dibendung datang dari jiwa pemuda, mereka menuntut perubahan tanpa menunda. Siapa yang tidak tau pemuda, apalagi bila dia mahasiswa, kuat nan intelek begitulah dia.
Bahkan peran penting pemuda pada masa orde baru dan masa reformasi 1998 yakni sebagai pengawas dan pemerhati. Pemuda kemudian bisa menggerakkan masyarakat untuk mengubah kebijakan Pemerintah.
Mereka betul-betul mengantarkan kepada perubahan. Tergantung apa yang mereka kehendaki sebagai alamat dan tujuan. Perubahan yang menyeluruhkah? Atau perubahan yang masih berpotensi mengulang kesalahan yang sama.
Dalam aksi 11 April, BEM SI membawa enam tuntutan yang harus dijawab Presiden Joko Widodo. Dua diantaranya yakni mendesak Jokowi bersikap tegas atau memberi pernyataan sikap menolak penundaan pemilu atau masa jabatan tiga periode karena sangat jelas mengkhianati konstitusi negara. Kedua, mendesak Jokowi menunda dan mengkaji ulang Undang-Undang Ibu Kota Negara (UU IKN).
Memahami apa rujukan sistem politik yang melahirkan kebijakan atau aturan yang pro elit dan oligarki hari ini, adalah penting sebelum menuntut perubahan. Tidak hanya tuntutan sampai pada penundaan pemilu dan revisi kebijakan IKN, tetapi lebih daripada itu. Gejolak dan kemarahan pemuda terkhusus muslim, harus diarahkan ke posisi yang semestinya.
Harusnya kita lebih dulu mengkaji lebih dalam akar masalah, dan menyuarakan solusi hakiki penuntas biang problematika. Jangan sampai berakhir seperti salah analisa, ibarat mesin kendaraan yang rusak, namun kita hanya memikirkan bagaimana ganti dan perbaiki ban setiap saat. Ban yang bagus sekalipun tidak akan mengubah keadaan, kita akan tetap mogok ditengah jalan.
Mahasiswa muslim sebagai agen perubahan sosial, mestinya memiliki basis ideologi Islam dalam merespon persoalan sehingga bebas dari berbagai kepentingan yang melanggengkan kezaliman. Jika pemuda masih berada dibawah bayang-bayang dan masih sibuk mempertahankan sistem yang rusak, maka dia tetap menjadi Agent of Change sekalipun agen perubahan yang tidak hakiki. It’s like repeating the same mistake.
Mahasiswa muslim seharusnya sudah tidak lagi kelabakan, jika ditanyai solusi problematika hari ini. Mereka harus yakin dengan solusi dari agama yang mereka yakini, Islam.
Yang perlu kita sadari, dan tidak perlu kita takuti adalah posisi haq dan bathil pasti akan selalu berseteru. Disetiap rekam zaman, pasti akan ada orang-orang zhalim dan keji, namun mereka pasti akan selalu dikalahkan oleh orang-orang yang selalu memilih, di sisi mana harus berdiri. Dan beruntunglah pemuda-pemuda yang selalu memilih kebenaran, itulah Islam.
Wallahu a’lam bi ash-shawaab
Penulis : A. Qurratu Aini | Mahasiswi
COMMENTS