ketaatan pada Allah
Uang...
Seolah-olah uang segala-galanya bagi manusia Akhir zaman. Hampir tak ada aktivitas yang tak pake uang. Apapun butuh uang. Wajar saja jika uang menjadi standar apapun. Dikejar-kejar, direbutkan, diperjuangkan bahkan dituhankan (Naudzubillah).
Jika kita berpikir jernih, akan bisa menyimpulkan bahwa uang bukanlah segalanya. Bahkan uang kerap menjadi sumber masalah. Misalnya kerakusan, sukses membuat manusia liar dan rendah melebihi binatang. Memakan dan membunuh manusia lain demi uang.
Ketertarikan manusia terhadap uang sebenarnya bisa teralihkan. Manusia secara fitrah tercipta sebagai makhluk mulia, memiliki akal yang mampu membedakan baik-buruk. Tak seharusnya akal manusia dikuasi dan diperbudak uang. Sepanjang sejarah kegemilangan Islam, kaum muslim terbukti mampu menjadi umat terdepan yang tak bisa ditaklukkan dengan uang.
Kemuliaan seorang muslim memang tak layak disejajarkan dengan uang. Ada nilai yang jauh lebih tinggi selain uang. Keridhoan Allah SWT dalam setiap aktivitas adalah nilai tertinggi bagi seorang muslim.
Selayaknya dalam benak kaum muslim tak sekedar uang dan uang. Terutama bagi penulis ideologis, yang berkarya demi tegaknya kalimah Allah di muka bumi. Mempersembahkan karya terbaik untuk umat.
Sudah seharusnya manusia harus terikat pada aturan yang Allah berikan, berupa perintah dan larangan-Nya. Allah menciptakan makhluk tidak lain hanyalah untuk ibadah sebagaimana di jelaskan dalam surat Az Zariyat : 56
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Artinya Allah memerintah Nabi Muhammad beristiqamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka.
Tujuan manusia hidup diatas dunia hanya mencari ridhanya Allah SWT sebanyak-banyaknya. Agar selamat dunia akhirat.
Jadi sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menta'ati segala perintah Allah dan menjahui apa-apa yang di larang-nya. Bersegera dalam melaksanakan syari'at Allah adalah suatu keharusan bagi kita.
Allah SWT berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Ali-Imran [3] : 133)
Bukan kah kita Khairul Ummah, Umat terbaik
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
Oleh karena itu kunci kesuksesan di dunia dan di akhirat adalah ketika iman kita melahirkan ketakwaan kepada Allah, dengan bersegera mengejar ampunan serta surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi.
Sebagai seorang hamba, kelalaian dalam menjalankan syari’at-Nya adalah hal yang sangat mungkin kita lakukan. Maka dari itu, kita perlu mengejar ampunan-Nya. Dengan lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan apa yang diperintahkanNya. Dan jangan sampai, kita berada pada kubangan maksiat yang dilarang oleh Allah.
Nabi Muhammad SAW saja, yang sudah dipastikan masuk surga, setiap hari beliau beristighfar guna meraih ampunan Allah. Sedangkan kita, yang belum tau dimana tempat kita berakhir nanti masih saja merasa sombong. Tidak mau beristighfar kepadaNya. Padahal bisa saja, hal-hal yang kita lakukan bukannya mengundang rahmat Allah melainkan murka Allah. Na’udzubillah min dzalik.
Oleh karena itu, marilah kita bersegera dalam melaksanakan syari’at Allah. Terus berusaha untuk mempertebal keimanan, yang nantinya melahirkan ketakwaan kepadaNya. Lakukan apa yang Allah perintahkan. Tanpa nanti dan tapi. Karena umur kita hanya Allah yang tau.
"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa taat kepada Allah dan rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."
Bisa jadi, ketika kita menunda-nunda dalam melaksanakan syari’at-Nya, kita didahului panggilan untuk menghadapNya. Astaghfirullahal ‘adzim. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita semua.
Penulis :
Ina Ariani Pemerhati Kebijakan Publik dan Sosial
Pendidikan terakhir SLTP 1 SIAK HULU Pekanbaru Riau,
Motto : Menjadi Penulis Ideologis, yang kelak menjadi amal jariyah, sebagai wasilah dakwah
Beberapa karya yang pernah di raih, menangkan lomba dan dibukukan ditahun 2021 Antalogi Linimasa Publishing menjadi Penggerak Opini Era Digital ( Tarebook ). 2022 : Antalogi Linimasa Publishing Refleksi dan Resolusi ( Tarebook ), Bara Pena ( Tarebook ) Etsa dan Kisah dan Kalam Hikmah
COMMENTS