PPKM TKA
Oleh Hanin Syahidah
Tak henti paradoks negeri ini dpertontonkan, ditengah pemberlakuan PPKM darurat terhitung dari tanggal 3 Juli sampai 20 Juli, TKA bebas masuk ke negeri ini, 20 pekerja asing asal Tiongkok itu tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada Sabtu (3/7) pukul 20.10 Wita dengan menumpangi pesawat Citilink QG-426 dari Jakarta. Mereka selanjutnya akan bekerja di PT Huadi Nikel untuk membangun smelter di Kabupaten Bantaeng. (antaraNews.com, 5/7/2021).
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan kedatangan TKA asal China dan India menggunakan pesawat sewa di tengah pandemi Covid-19 merupakan ironi yang menyakitkan dan mencederai rasa keadilan. (ekonomi.bisnis.com, 11/5/2021). Padahal masuknya TKA ke Indonesia bisa jadi celah masuknya varian baru yang menyebabkan melonjaknya kasus Covid 19. Sebagaimana varian terbaru yakni varian Delta yang masuk melalui kedatangan WN India di tengah tsunami Corona India.
Beragam varian baru masuk ke Indonesia, sudah bisa dipastikan karena akses keluar masuknya WNA tidak ditutup. Sejak awal pintu masuk ke negeri ini tidak dibatasi dari wilayah yang terkenai wabah, kemudian disusul varian mutasi virus corona yang lain, misal yang dari Inggris B.1.1.7 disebut Alpha, Varian virus corona Afrika Selatan B.1.351 disebut Beta.Varian virus corona Brasil P.1 disebut Gamma Varian.Varian India B.1.617.2 disebut Delta. Varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 disebut Epsilon. (kesehatan.kontan.co.id, 10/6/2021).
Semua varian baru covid adalah varian yang berasal dari impor, karena pintu penerbangan internasional masih saja dibuka. Di satu sisi ada pembatasan aktivitas dan pergerakan domestik dengan pemberlakuan PPKM Jawa-Bali, yang menyebabkan masyarakat terlunta meskipun hanya sekadar mencari sesuap nasi. Namun, di sisi lain yang jadi sumber masalahnya dibuka lebar. Bagaimana mungkin wabah ini bisa selesai jika kebijakan yang diberikan tumpang tindih. Pembatasan aktivitas tetapi kehidupan rakyat juga tidak dijamin, maka kembali lagi semua hanya kebijakan simbolik yang tidak ada arti. Terbukti kasus harian bukannya menurun malah melonjak perhari ini saja sudah tembus 56.757 orang dalam sehari (Kompas.com, 16/7/2021).
Banyak pihak bertanya ada apa dengan negeri ini? Karakteristik Indonesia yang dari dulu berstatus negara berkembang seolah tidak berubah. Kebijakan yang ada sepertinya hanya dimanfaatkan oleh elit yang memegang kekuasaan untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang merupakan invisible hand dibaliknya. Hanya memuluskan kepentingan mereka. Alhasil penguasa hanya sekadar alat bagi pengusaha baik itu asing dan aseng untuk meraup banyak keuntungan dari negeri kaya ini.
Pernyataan di atas sebenarnya sudah dijelaskan oleh Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah pun mengatakan penyebab kenapa RI dibanjiri TKA asal China. Ida menilai hal tersebut lumrah, karena banyaknya investasi China yang masuk. "Kenapa jumlah TKA China lebih besar? Ini tentu saja karena banyak investasi yang masuk ke Indonesia yang berasal dari China. Ini saya kira berbanding lurus dengan investasi yang masuk dari China, kalau dilihat investasi yang masuk ke Indonesia banyak dari China, berbanding lurus dengan TKA yang ditempatkan di Indonesia," ujarnya dalam rapat bersama Komisi IX, Senin (24/5/2021). (CNBC Indonesia.com)
Aset milik bangsa ini yang seharusnya dinikmati oleh anak bangsa malah dinikmati asing. Sumber daya alam yang melimpah harusnya sebanding dengan hidup rakyat yang sejahtera. Namun yang terjadi justru sebaliknya, terlebih saat kondisi seperti saat ini. Dimana masyarakat tengah hidup dalam kondisi kesusahan akibat pandemi. Di satu sisi mereka takut keluar rumah karena takut terpapar virus, tetapi negara juga tidak hadir dalam membantu mencukupi semua kebutuhannya. Rakyat serasa tak mempunyai perisai dan penopang dalam menyelesaikan masalahnya. Akhirnya, anak negeri hanya gigit jari seperti ayam mati di lumbung padi, kapankah kondisi ini berakhir?
Hakikatnya kondisi demikian hanya bisa diselesaikan jika pemimpin negeri ini benar-benar merealisasikan konsep pengurusan terhadap warga negaranya. Namun, dengan orientasi dan paradigma Kapitalistik-sekuler seperti saat ini, tidak mungkin konsep pengurusan tersebut bisa dijalankan. Hal ini berbeda dengan Islam, negara hadir dengan paradigma ri’ayah syu’unil ummah (mengurusi urusan umat) yang dengannya negara akan berusaha semaksimal mungkin merealisasikan hal tersebut, karena sadar tanggung jawabnya dunia-akhirat. Karenanya, negara ini butuh satu tatanan baru yang akan menyelamatkan negeri ini dari ancaman intervensi asing dan benar-benar mewujudkan paradigmanya sebagai sebuah negara.
Tatanan baru tersebut yakni tatanan Islam yang berdiri dalam satu wadah, satu institusi yang menaungi hampir 2/3 dunia sebagaimana pernah diwujudkan dalam masa pemerintahan Islam. Tatanan ini kelak akan kembali menjadi mercusuar dunia selayaknya dulu Islam memimpin peradaban dunia. Karenanya, kaum muslim harus mengarahkan pandangannya guna mewujudkan satu kepemimpinan dalam wadah Khilafah Islamiyyah. "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. Al A’raaf [7]: 96). Wallahu a'lam bi ash-shawwab
COMMENTS