derita palestina
Oleh: Choirin Fitri
Meski masih dalam kondisi Pandemi, rakyat negeri ini masih bisa menikmati Ramadan dengan tenang. Tak ada intimidasi. Tak ada roket yang diluncurkan. Pun tak ada darah penindasan penjajah yang tertumpah. Namun, di bumi para Nabi, Palestina kondisi jauh berbeda.
Media Palestina melaporkan pada Jumat pagi bahwa tentara Israel melancarkan serangan artileri dan udara di Jalur Gaza. Kantor berita Palestina, Shahab, melaporkan, unit artileri tentara pendudukan di Yerusalem telah menargetkan area di timur, Jahr al-Dik.(Konfirmasitimes.com, 16/04/2021)
Sungguh miris dan mengiris hati siapa saja yang masih memiliki iman di dada saat mengetahui berita ini. Saudara kita seiman yang seharusnya bisa menikmati Ramadan dengan ibadah puasa dan berbagai hal lainnya yang dinikmati saat Ramadan tiba malah berduka. Bahkan, ada beberapa penduduk yang masih bisa menikmati sahur di dunia, tapi saat waktu Maghrib tiba mereka berbuka di surga. Moncong senjata Israel telah membuat mereka syahid.
Sayang seribu sayang tampaknya kaum muslimin di berbagai penjuru dunia tak lantas punya tergerak jiwa raganya untuk memberikan pertolongan. Mengapa? Karena sekat nasionalismelah penyebabnya.
Sekat nasionalisme ini membuat kaum muslimin dari negara yang berbeda menganggap bahwa penjajahan Israel adalah masalah rakyat Palestina bukan negaranya. Bukan menimpa rakyatnya. Sehingga, kalaupun ada perbuatan, cukup memberikan kecaman atau bantuan logistik seadanya.
Sungguh, faham nasionalisme ini amat berbahaya bagi kaum muslimin. Tapi, amat disenangi para musuh Islam. Sekat kufur ini membuat kaum muslimin tidak memiliki keberanian untuk memberikan pertolongan terbaik pada saudaranya. Padahal mereka mampu dengan kekuatan militer yang jika digabungkan seluruh negeri muslim akan mampu menundukkan para para penjajah.
Seharusnya kaum muslimin berpegang pada ucapan Nabi Muhammad Saw. Rasulullah bersabda, ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini amat jelas memberikan gambaran bahwa muslim dimanapun mereka berada adalah satu tubuh. Jika ada bagian kaum muslimin yang terjajah, maka kaum muslimin yang lainnya wajib memberikan pertolongan. Pertolongan maksimal dengan mengerahkan segenap kekuatan bukan hanya kecaman lisan atau bantuan seadanya yang tidak ditakuti penjajah.
Namun, hal ini nyatanya tak bisa dilakukan karena perisai umat Islam telah lama runtuh. Kurang lebih 100 tahun yang lalu Khilafah sebagai satu-satunya perisai dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Sejak saat itulah derita berkepanjangan kaum muslimin dirasakan. Penjajahan baik fisik maupun non fisik diberlakukan di seluruh penjuru negeri muslim.
Saatnya kaum muslimin mengingat pesan Nabi Muhammad Saw. yang bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Khalifah inilah pemimpin tertinggi sistem pemerintahan Islam, Khilafah. Dialah satu-satunya kepala negara yang mampu menyelamatkan Palestina dan kaum muslimin di berbagai belahan dunia yang terjajah. Kekuatannya sebagai komandan jihad akan mampu mengerahkan seluruh kaum muslimin untuk menghancurkan para penjajah dan memberikan perlindungan terbaik pada rakyatnya.
Lalu, ketika saat ini Khilafah belum ada, berarti kita sebagai kaum muslimin wajib memperjuangkan tegaknya. Jangan hanya berpangku tangan! Insya Allah dengan perjuangan kita, Khilafah yang dijanjikan Allah akan tegak kembali dan akan segera terwujud. ALLAHUAKBAR.
COMMENTS