ketaatan dibulan ramadhan
Oleh : Fatimah Ummu Aqilah (Anggota Forum Muslimah Perindu Surga)
Menggelitik untuk dikritisi. Itulah kesan pertama ketika membaca sebuah judul berita yang berseliweran di media sosial tentang himbauan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan istimewa. Bulan suci umat Islam yang kedatangannya tinggal menghitung hari itu memiliki magnet tersendiri bagi kaum muslimin.
Tak heran jika banyak dari umat Islam meninggalkan segala hiruk pikuk dunia agar khusyuk menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Tidak Cukup Hanya di Bulan Ramadhan
Dilansir dari laman resmi Tirto.id (20/03/2021), selama Ramadhan 2021 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang televisi menyiarkan adegan berpelukan hingga yang mengandung unsur lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Aturan itu tercantum dalam Surat Edaran KPI 2/2021 berdasarkan keputusan pleno 16 Maret 2021.
Ketua KPI pusat Agung Suprio menyatakan dalam surat tersebut bahwa hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai agama, untuk menjaga dan meningkatkan moralitas.
Hal ini tentu harus diapresiasi. Namun sangat disayangkan jika imbauan ini hanya berlaku di bulan Ramadhan saja.
Terlebih lagi saat ini tayangan televisi banyak mengandung konten-konten yang tidak bermanfaat. Bahkan tidak sedikit yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, LGBT, dan unsur-unsur merusak lainnya.
Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk menjalani ibadah puasa dengan tujuan akhir yakni menjadi hamba yang bertakwa. Ketakwaan sebagai buah dari ibadah puasa ini harus senantiasa dijaga sepanjang masa.
Mengkondisikan takwa yakni taat dan terikat kepada syari'at tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, namun diaplikasikan dalam bentuk perbuatan pada 11 bulan berikutnya.
Sistem Islam Mewujudkan Tujuan Puasa
Islam sebagai sebuah ideologi, dalam penerapannya mampu mewujudkan tujuan akhir dari kewajiban puasa Ramadhan yakni menjadi hamba Allah yang bertakwa.
Penjagaan Islam terhadap ketakwaan masyarakat akan terwujud dengan diterapkannya sistem pergaulan Islam.
Kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah. Mereka boleh berinteraksi hanya dalam 3 aktivitas yakni muamalah, pendidikan dan kesehatan.
Interaksi keduanya pun terikat batasan syariat. Saling menundukkan pandangan, menutup aurat, tidak terjadi ikhtilat atau campur baur laki-laki dan perempuan, serta adanya mahram bagi perempuan sehingga tidak ada aktivitas berkholwat.
Hal ini dilakukan sebagai pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak kehormatan masing-masing.
Demikian pula halnya dengan tontonan yang disajikan. Baik di televisi, media cetak, maupun media sosial jauh dari segala hal yang dapat merusak moral. Seperti adegan kekerasan, perilaku menyimpang, pornografi, pornoaksi, mistik, horor dan sebagainya.
Islam menetapkan uji kelayakan setiap tayangan tersebut sesuai standar syariat. Bukan dilihat dari keuntungan semata.
Sudah barang tentu semua aktivitas ini dilakukan tidak hanya pada bulan Ramadhan saja. Namun berlaku pada selain bulan Ramadhan. Dengan pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas bagi siapapun yang melanggarnya.
Demikian pula halnya dengan tempat-tempat hiburan. Tidak ada izin untuk setiap usaha yang mengarahkan pada kemaksiatan. Seperti klub-klub malam, tempat karaoke, diskotik dan yang sejenisnya.
Suasana islami tidak hanya dirasakan pada saat Ramadhan. Suasana khusyuk beribadah juga terasa pada bulan-bulan lainnya. Karena ketaatan kepada Allah wajib sepanjang waktu. Selama hayat dikandung badan.
Namun yang perlu digarisbawahi, hal tersebut tidak akan mungkin terwujud kecuali diterapkan di tengah-tengah masyarakat sistem Islam secara sempurna dan paripurna. Dalam sebuah negara yakni daulah khilafah Islam.
Tanpa adanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah, mustahil ketakwaan sebagai hasil dari ibadah puasa dapat terwujud dan terjaga sepanjang masa.
Khatimah
Demikianlah wujud ketakwaan hakiki dalam Islam. Tidak hanya diusahakan oleh individu namun juga dikondisikan oleh sistem yang ada. Sehingga takwa bukan hanya sekadar retorika tanpa aksi yang nyata.
Wallahua'lam bishshowwab
COMMENTS