Demokrasi gagal
Oleh : Asha Tridayana
Kembali terjadi kasus seorang ibu yang tega membunuh anak kandungnya. Alasannya pun tidak jauh dari stres akibat himpitan ekonomi. Sungguh sangat disayangkan, seorang anak yang masih kecil tidak tau menahu akan masalah ekonomi, harus ikut menanggung kerepotan yang dialami orang tua. Bahkan hingga kehilangan nyawa, disaat seharusnya masih bisa berkumpul merasakan kasih sayang keluarga.
Pembunuhan tersebut terjadi saat ayah kandung sedang mengikuti pilkada di Sumatera Utara pada 9 Desember 2020 lalu. Kini si ibu pun meninggal dunia lantaran terus mencoba bunuh diri dan tidak mau makan setelah tragedi menimpa ketiga anaknya. Meskipun sempat dirawat di rumah sakit namun kondisinya tidak dapat tertolong (viva.co.id 13/12/2020).
Belum cukup sampai disitu, di Banten juga terjadi kasus serupa seorang ibu yang menganiaya anak perempuannya hingga tewas. Selaku Kasat Reskrim Polres Lebak Banten, AKP David Adhi Kusuma mengatakan bahwa ibu korban melakukan penganiayaan karena putrinya sulit memahami pelajaran saat belajar daring. Bahkan si ibu sempat melaporkan kehilangan anak sebagai upaya mengelabui kepolisian (kompas.tv 15/12/2020).
Kondisi yang sangat memprihatinkan, seorang ibu yang telah sembilan bulan mengandung, menyusui hingga mengasuh bisa tega menghilangkan nyawa anaknya. Seperti tidak masuk akal, tapi begitulah realitanya. Faktor ekonomi dan kesulitan selama mengikuti sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat memicu seseorang berbuat sesuatu diluar nalar. Namun, peristiwa tersebut wajar saja dapat terjadi karena penerapan sistem kapitalis yang menjadi biang permasalahan masih diemban negeri ini. Sistem kufur yang berasaskan sekulerisme yaitu memisahkan aturan agama dengan kehidupan. Sehingga umat Islam semakin jauh dengan hukum-hukum Allah swt, yang semestinya dijadikan standar menjalani hidup dan solusi permasalahan.
Sistem kapitalis ini masih saja dipertahankan karena para kapitalis atau pemilik modal terus berusaha dengan berbagai cara agar keberadaanya tetap mencengkeram negeri-negeri jajahan. Terlihat pada pelaksanaan pilkada 9 Desember lalu yang tetap berlangsung meskipun pandemi belum berakhir. Hal ini dilakukan sebagai upaya melanggengkan sistem demokrasi buah dari kapitalisme yang selama ini diterapkan. Namun, ternyata pelaksanaan pilkada yang diharapkan memberikan perubahan dengan pergantian pemimpin baru justru menyebabkan tragedi seperti kasus pembunuhan anak kandung oleh ibunya. Belum lagi, masalah terkait pendidikan di masa pandemi yang mengharuskan dilakukan di rumah dengan sistem PJJ justru menemui berbagai kendala dalam praktiknya. Hal ini terjadi akibat kegagalan sistem demokrasi kapitalis dalam menanggulangi penyebaran wabah covid-19. Sehingga korban positif terus bertambah menyebabkan proses belajar mengajar pun rawan dilakukan dengan tatap muka langsung.
Adanya sistem kapitalis akan terus memberikan kerusakan dan kesengsaraan bagi masyarakat tanpa terkecuali. Seperti sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan para pemilik modal mendapatkan berbagai keuntungan, sedangkan rakyat diabaikan hingga kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup. Karena seluruh aset negeri yang semestinya dapat dinikmati rakyat justru dieksploitasi oleh penguasa dan pemilik modal. Selama sistem kufur ini belum dicampakkan maka kerusakan akan terus berlanjut. Tak hanya aspek ekonomi yang menyangkut hajat hidup rakyat, tapi juga pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, keamanan dan aspek-aspek lainnya.
Maka hanya dengan mengganti sistem saat ini dengan sistem Islam sebagai satu-satunya solusi hakiki dari segala permasalahan. Penerapan sistem Islam dalam naungan Khilafah akan menjamin pemenuhan kebutuhan dasar setiap rakyat. Melalui sistem ekonomi Islam, hanya negara yang berwenang mengelola segala sumber daya alam demi kemaslahatan seluruh rakyat. Selain itu juga bertanggungjawab dalam proses pendistribusiannya. Sistem ekonomi Islam memastikan tidak ada intervensi apalagi eksploitasi yang dilakukan oleh swasta maupun asing. Sehingga tidak ada kasus kelaparan hingga himpitan ekonomi yang mengancam nyawa.
Disamping itu kebutuhan pendidikan pun akan dipenuhi oleh Khilafah. Karena setiap rakyat berhak mendapatkannya. Maka dalam proses pembelajaran akan difasilitasi sarana dan prasarana pendukungnya sebaik mungkin bahkan gratis. Dan semua itu dapat dinikmati seluruh masyarakat tanpa memandang status sosial termasuk non muslim. Apalagi di masa pandemi, tentu Khilafah juga akan memprioritaskan keselamatan rakyatnya. Terlebih ketika sistem Islam diterapkan, semestinya pandemi yang terjadi saat ini dapat dicegah lebih awal sehingga tidak meluas dan jumlah korban positif pun tidak sebanyak seperti sekarang. Oleh karena itu, sudah waktunya segera beralih pada sistem Islam dan meninggalkan sistem kufur kapitalisme. Agar keberkahan hidup senantiasa didapatkan karena syariat Islam diterapkan secara kaffah di segala aspek kehidupan.
Wallahu'alam bishowab.
COMMENTS