kasus stunting
Penulis : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)
Memiliki buah hati adalah impian setiap pasangan yang sudah menikah. Buah hati yang diharapkan bisa menjadi aset yang kelak akan menjadi jalan surga. Buah hati yang akan menjadi generasi penerus perjuangan. Sehingga pasti setiap orang tua menginginkan memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.
Namun, seringkali ekspektasi tak sesuai dengan realita yang ada di hadapan. Bayangan indah memiliki buah hati dengan tumbuh kembang yang sehat dan normal pudar dalam sekejap. Nyatanya bukan sesuatu yang mudah untuk mewujudkan hal tersebut. Terganjal oleh sistem yang serba materialistik yang mengagungkan segala sesuatu dengan nominal rupiah.
Sistem kapitalisme namanya. Mengukur segala sesuatu berdasarkan nilai materi. Mempersulit proses distribusi kebutuhan pokok sampai ke tangan masyarakat. Kesejahteraan pun layaknya angan yang sulit direngkuh.
Terlebih dalam kondisi pandemi yang semakin meningkatkan kesulitan ekonomi. Pemangku kebijakan dengan sadis meraup keuntungan dalam proyek bantuan sosial yang tak seberapa jumlahnya. Sungguh keadaan masyarakat ekonomi bawah kian terpuruk.
Kondisi ini berakibat pada sulitnya orang tua memenuhi asupan nutrisi yang cukup untuk buah hatinya. Padahal asupan nutrisi merupakan hal utama pada tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertumbuhan anak. Jika pada periode emas ini tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, dikhawatirkan berdampak pada stunting atau kekurangan gizi kronis.
Di Tulungagung angka stunting pada anak cukup tinggi. Petugas mencatat sepanjang tahun 2020 terdapat 2.901 anak mengalami stunting. Ini berarti 5,51 persen dari total kelahiran anak di Tulungagung terjadi kekurangan gizi kronis. (radartulungagung.jawapos.com, 22/12/2020)
Kapitalisme Memicu Stunting
Kasus stunting tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Karena stunting memiliki dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang yang cukup berat. Dampak jangka pendek yang dialami oleh anak yang mengidap stunting diantaranya adalah terhambatnya perkembangan kognitif, motorik, dan verbal jika dibandingkan dengan anak seusianya. Sedangkan dampak jangka panjang yakni mudahnya anak tertular penyakit karena kurangnya imunitas.
Tingginya angka stunting ini semestinya mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Faktor utamanya memang kurangnya asupan nutrisi pada anak. Hal ini bisa ditempuh dengan memberikan pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi. Harus dipastikan kebutuhan pokok ini benar-benar sampai pada masing-masing individu.
Selain faktor ekonomi, ternyata ada penyebab lain yang turut memicu terjadinya stunting. Yakni maraknya kehamilan di luar nikah di kalangan remaja. Kehamilan yang akhirnya memaksa para remaja menjadi orang tua tanpa bekal memadai. Tak memiliki ilmu terkait pengasuhan yang berakibat pada abainya asupan nutrisi yang dibutuhkan anak.
Persoalan stunting ini berarti persoalan sistemik yang harus diselesaikan dari akarnya. Jika hanya menyelesaikan permukaan maka akan terus terjadi persoalan turunannya yang bisa jadi lebih beragam dan berat.
Tak cukup hanya dengan memberikan tablet penambah darah untuk mengatasi stunting. Namun perlu upaya yang lebih serius lagi, yakni membuang jauh-jauh sistem kapitalisme. Sistem yang jelas-jelas hanya berpihak pada masyarakat ekonomi atas terlebih para oligarki sebagai pembuat kebijakan. Sistem yang seperti drakula menghisap darah rakyat tanpa ada belas kasihan.
Islam Mengatasi Stunting
Sungguh sistem kapitalisme tak bisa dibandingkan dengan Islam. Penguasa dalam Islam memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat dengan tulus ikhlas. Tak ada negoisasi dengan oligarki untuk menetapkan kebijakan. Melainkan syariat Islam yang senantiasa dijadikan sandaran.
Islam menjamin kesehatan, pendidikan, dan keamanan masyarakat secara gratis. Sehingga masyarakat tak perlu mengeluarkan biaya untuk tiga aspek ini. Pendapatan yang diperoleh lebih bisa difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Negara juga membuka lowongan pekerjaan sebesar-besarnya untuk para lelaki.
Jika masyarakat masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun sudah bekerja, maka negara memasukkan individu masyarakat tersebut ke dalam kategori yang berhak mendapatkan bantuan kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok dipastikan benar-benar sampai pada masing-masing individu masyarakat.
Umar bin Khattab merupakan salah seorang Khalifah yang kerap berkeliling pada malam hari demi memastikan masyarakatnya sudah tidur tenang tanpa merasakan kelaparan. Kisah beliau yang sangat masyhur, bagaimana seorang Umar bin Khattab memanggul sendiri gandum ke rumah seorang ibu yang tengah memasak batu. Bahkan Khalifah jugalah yang memasakkan untuk keluarga tersebut. Sungguh perilaku yang tidak bisa ditemukan pada negara penganut sistem kapitalisme ini.
Islam juga mengoptimalkan lahan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan. Bahan pangan pun didistribusikan secara merata ke masyarakat. Sehingga zero hunger bukan sekedar ilusi.
Terkait maraknya perzinahan yang akhirnya memaksa remaja menjadi orang tua minim ilmu, maka Islam menutup celah perzinahan sedini mungkin. Kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam bisa menghasilkan output generasi unggul berkepribadian Islam. Ditambah dengan adanya departemen penerangan yang menutup situs dengan konten pornografi.
Selain itu, beratnya sanksi yang dijatuhkan bagi para pezina mengakibatkan akan berpikir ribuan kali untuk melakukan kemaksiatan tersebut.
Begitulah Islam menyelesaikan persoalan secara detail dan tuntas. Tak ada yang bisa menandingi Islam karena berasal dari Sang Pemilik Kehidupan. Oleh sebab itu, perjuangan harus digencarkan demi tegaknya dienullah.
Wallahu a'lam bish showab
COMMENTS