Dua kebodohan telah dilakukan Boedi Djarot. Pertama membakar baliho HRS dan kedua menyerang Khilafah. Keduanya bersentuhan dengan aspek keumatan baik ulama maupun ajaran. Kebodohan ini adalah wujud dari apa yang disebut dengan Islamophobia. Djarot tentu mewakili banyak kaum islamophobia di Indonesia.
By M Rizal Fadillah
Dua kebodohan telah dilakukan Boedi Djarot. Pertama membakar baliho HRS dan kedua menyerang Khilafah. Keduanya bersentuhan dengan aspek keumatan baik ulama maupun ajaran. Kebodohan ini adalah wujud dari apa yang disebut dengan Islamophobia. Djarot tentu mewakili banyak kaum islamophobia di Indonesia.
Seperti kejahatan pembakaran bendera tauhid di Garut dahulu, ternyata dampaknya justru semakin banyak berkibar bendera tauhid, khususnya dalam aksi-aksi. Kinipun akibat perusakan dan penistaan baliho HRS maka bermunculan banyak baliho HRS di berbagai daerah. Wujud rasa respek dan cinta pada ulama pejuang tersebut.
Demikian juga serangan pada Khilafah nyatanya berbalik. Di samping ada pembelaan, juga Khilafah sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam justru semakin tersosialisasi dan marak. Banyak yang mulai mempelajari dan memahami lebih dalam akan makna dan sejarah kejayaannya. Khilafah sebagai bukti kekuatan umat.
Berbeda dengan pembakaran bendera PKI yang justru menumbuhkan semangat anti PKI di kalangan rakyat khususnya umat Islam. Tak mungkin bendera akan muncul apalagi marak. Hukum telah mengancam penyebar. PKI adalah organisasi terlarang dan siapapun yang terindikasi akan diburu.
Bagaimana dengan kasus pembakaran bendera PDIP ? Di samping tak jelas oknum pembakarnya apakah peserta aksi, pihak ketiga, atau kader PDIP sendiri yang ditugaskan untuk memancing, maka ini tidak berdampak. Bendera PDIP berkibar tak akan melebihi saat kampanye Pemilu. Apalagi saat ini sudah banyak kader atau simpatisan yang "keluar" karena kecewa atas kinerja Pemerintahan dimana PDIP sebagai "the rulling party".
So, hanya kebodohan Boedi Djarot yang telah menjadi komandan aksi perusakan baliho dan berkoar-koar mengangkat isu murahan tentang Khalifah. Kaitan Khalifah itu kepekaan umat tidak terbatas pada organisasi HTI saja tetapi berhubungan dengan keyakinan dan fakta sejarah umat Islam secara keseluruhan.
Kaum Islamophobia bakal gigit jari dan mengerutkan dahi serta mengusap-usap dada untuk menenangkan hati melihat realita kelak bahwa umat Islam akan semakin kuat, berani, dan tergalang saat ajaran dan ulamanya dipojokkan atau diserang oleh kaum sekularis, liberalis, komunis dan kaum sesat lainnya.
Semakin bodoh pemunculan dan sikap Djarot atau siapapun itu mau kadalin kek, abu sundal, desi sugar, adik balado atau lainnya justru akan membuat semakin gagah dan kuat para pejuang-pejuang Islam.
Percayalah bahwa mereka itu bukan ayam sayur, tetapi petarung sesungguhnya.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 11 Agustus 2020
Dua kebodohan telah dilakukan Boedi Djarot. Pertama membakar baliho HRS dan kedua menyerang Khilafah. Keduanya bersentuhan dengan aspek keumatan baik ulama maupun ajaran. Kebodohan ini adalah wujud dari apa yang disebut dengan Islamophobia. Djarot tentu mewakili banyak kaum islamophobia di Indonesia.
Seperti kejahatan pembakaran bendera tauhid di Garut dahulu, ternyata dampaknya justru semakin banyak berkibar bendera tauhid, khususnya dalam aksi-aksi. Kinipun akibat perusakan dan penistaan baliho HRS maka bermunculan banyak baliho HRS di berbagai daerah. Wujud rasa respek dan cinta pada ulama pejuang tersebut.
Demikian juga serangan pada Khilafah nyatanya berbalik. Di samping ada pembelaan, juga Khilafah sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam justru semakin tersosialisasi dan marak. Banyak yang mulai mempelajari dan memahami lebih dalam akan makna dan sejarah kejayaannya. Khilafah sebagai bukti kekuatan umat.
Berbeda dengan pembakaran bendera PKI yang justru menumbuhkan semangat anti PKI di kalangan rakyat khususnya umat Islam. Tak mungkin bendera akan muncul apalagi marak. Hukum telah mengancam penyebar. PKI adalah organisasi terlarang dan siapapun yang terindikasi akan diburu.
Bagaimana dengan kasus pembakaran bendera PDIP ? Di samping tak jelas oknum pembakarnya apakah peserta aksi, pihak ketiga, atau kader PDIP sendiri yang ditugaskan untuk memancing, maka ini tidak berdampak. Bendera PDIP berkibar tak akan melebihi saat kampanye Pemilu. Apalagi saat ini sudah banyak kader atau simpatisan yang "keluar" karena kecewa atas kinerja Pemerintahan dimana PDIP sebagai "the rulling party".
So, hanya kebodohan Boedi Djarot yang telah menjadi komandan aksi perusakan baliho dan berkoar-koar mengangkat isu murahan tentang Khalifah. Kaitan Khalifah itu kepekaan umat tidak terbatas pada organisasi HTI saja tetapi berhubungan dengan keyakinan dan fakta sejarah umat Islam secara keseluruhan.
Kaum Islamophobia bakal gigit jari dan mengerutkan dahi serta mengusap-usap dada untuk menenangkan hati melihat realita kelak bahwa umat Islam akan semakin kuat, berani, dan tergalang saat ajaran dan ulamanya dipojokkan atau diserang oleh kaum sekularis, liberalis, komunis dan kaum sesat lainnya.
Semakin bodoh pemunculan dan sikap Djarot atau siapapun itu mau kadalin kek, abu sundal, desi sugar, adik balado atau lainnya justru akan membuat semakin gagah dan kuat para pejuang-pejuang Islam.
Percayalah bahwa mereka itu bukan ayam sayur, tetapi petarung sesungguhnya.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 11 Agustus 2020
COMMENTS