Era kini mungkin tak banyak yang mengenal Yanissari, Lebih populer istilah " knight templar" ataupun "three muskeeter". Padahal, di abad pertengahan lalu, pasukan Yanissari inilah yang sangat ditakuti dunia. Pasukan Salib luluhlantak tatkala berhadapan dengan tentara Yanissari. Kisahnya terjadi tatkala Kesultanan Utsmaniyah menguasai separuh belahan dunia di abad pertengahan lalu.
"100 Pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dibanding 10.000 pasukan Islam tatkala diperintah untuk bergerak," Lord Kinross, peneliti Inggris.
Kalau ditanya pasukan apa yang paling keren sat ini? mungkin banyak yang menjawab koppasus, kopaska yang dimiliki oleh Tentara Republik Indonesia, atau kita akan menjawab Delta Forces, pasukan khusus elit Amerika.
Ya, mereka memang pasukan elit yang ada saat ini di zaman moderen abad 20. Namun, kali ini kita akan bahas pasukan elit Islam di era Kekhalifahan dulu. Pasukan ini mungkin bisa dibilang paling elit di zamannya/masanya. Bahkan tak sedikit game-game yang mengunakan pasukan elit ini.
Era kini mungkin tak banyak yang mengenal Yanissari, Lebih populer istilah " knight templar" ataupun "three muskeeter". Padahal, di abad pertengahan lalu, pasukan Yanissari inilah yang sangat ditakuti dunia. Pasukan Salib luluhlantak tatkala berhadapan dengan tentara Yanissari. Kisahnya terjadi tatkala Kesultanan Utsmaniyah menguasai separuh belahan dunia di abad pertengahan lalu.
Yanissari adalah sebutan untuk kelompok pasukan elit Utsmaniyah. Pasukan ini dibentuk kali pertama kala Murad I menjadi Sultan Ustamaniyah. Menurut Felix Siauw, penulis buku "Muhammad Al Fatih 1453", pasukan elit dalam Islam sebenarnya sudah dibentuk sejak era Utsman bin Affan menjadi Khalifah, di abad 7 Masehi lalu. "Utsmaniyah kemudian mengembangkan lagi pasukan elit seperti yang dilakukan Khalifah Utsman, itulah Yanissari itu," tuturnya kepada Mahkamah, beberapa waktu lalu.
Roger Crowly, penulis buku "1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Islam", sempat menggambarkan ringkas tentang keperkasaan Yanissari. Peneliti asal Inggris itu menggambarkan pasukan Yanissari sempat membikin merinding tentara Kristen yang mempertahankan Konstantinopel, ibukota Romawi, tatkala diserbu oleh pasukan Utsmaniyah. Pasukan itu, tulis Crowly lagi, seperti tak takut kematian, memiliki keahlian beladiri yang sangat tinggi, berperang seperti singa padang pasir.
Crowly juga menggambarkan proses perekrutan pasukan Yanissari yang sangat ketat. "Bila ayahnya adalah anggota Yanissari, maka anaknya kemudian menjadi Yanissari, tanpa diketahui siapapun. Hanya sultan yang mengetahuinya," tutur Crowly lagi. Begitu kehebatan pasukan khusus ini.
Di era Utsmaniyah menguasai dunia, memang warga Eropa sekalipun berlomba-lomba agar anaknya bisa masuk menjadi pasukan Yanissari. Ini digambarkan terang oleh sejarahwan Yunani, Dimitri Kitsikis. Dalam bukunya, Turk Yunan Imparatorlugu, Dimitri melukiskan banyak keluarga Kristen yang bernafsu memasukkan anak laki-lakinya menjadi pasukan Yanissari. Karena dengan bergabung menjadi Yanissari, menurut Dimitri lagi, bisa memberikan kemajuan keluarganya secara sosial.
Dimitri melukiskan lagi, kala Yunani di bawah kekuasaan Utsmaniyah, lulusan Yanissari kemungkinan besar diangkat menjadi Wazir Agung, Gubernur Jenderal dan pejabat teras Utsmaniyah lainnya. Tak heran banyak warga yang ingin anaknya bergabung dengan Yanissari.
Dalam gambaran Crowly lagi, kala berperang, pasukan Yanissari inilah penggedor tembok terakhir Konstantinopel. "Mereka sangat terlatih, tidak pernah ada pasukan Kristen seperti pasukan itu," papar Crowly lagi. Pasukan Yanissari ini memang sangat disegani. Crowly menceritakan, pasukan itu bisa tidur di padang pasir, kemudian bangun dan langsung siap berperang. Begitulah dahsyatnya.
Felix juga menuturkan, selain dibekali kemampuan tempur tingkat tinggi, pasukan Yanissari juga sangat unggul dari sisi keimanan. "Ketika Sultan Al Fatih berhasil menjebol Konstantinopel, dia langsung mengumpulkan seluruh prajurit Yanissari di Masjid Hagia Sophia untuk melaksanakan sholat berjamaah pertama kalinya. Mereka memilih siapa yang layak menjadi imam," kisah Felix lagi. Hampir seluruh pasukan Yanissari, tutur Felix lagi, tak pernah meninggalkan sholat lima waktu dan sholat sunnat. "Mereka sangat Islami sekali," pungkasnya.
Tak heran, Lord Kinross, peneliti asal Inggris dalam bukunya The Ottoman Centuries: The Rise and the Fall of Turkish Empire, tak kuasa untuk melukiskan tentang rahasia keperkasaan pasukan Utsmani. Dia mengutip seorang pengembara bernama Bertrand de Broquiere yang melukiskan,"Pasukan Utsmani sangat cepat gerakannya. Seratus pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dari sepuluh ribu pasukan Utsmani tatkala diperintah untuk bergerak. Tatkala genderang perang telah ditabuh, maka dengan segera mereka akan bergerak, mereka tidak berhenti melangkah hingga komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan yang terlatih. Dalam semalam mereka mampu melakukan tiga kali lipat perjalanan yang dilakukan musuh-musuhnya orang-orang Kristen".
Di kesultanan Utsmaniyah, pasukan Yanisari ini juga berperan sebagai pasukan pengawal Sultan. Pasukan Yanissari inilah yang kemudian ditiru Barat. Di abad 18, beberapa negara Barat membentuk Musketeer, pasukan pengawal Presiden atau Raja. Keahlian pasukan Yanissari ini juga yang kemudian diadopsi oleh CIA, FBI, Mossad, dan lembaga intelijen. [beritaislam]
COMMENTS