Wahyudi al Maroky (Dir. PAMONG Institute)
Oleh: Wahyudi al Maroky (Dir. PAMONG Institute)
Dalam kehidupan ini Allah telah menciptakan berpasang-pasangan. Ada laki dan perempuan, ada baik dan buruk, ada utara dan selatan, ada Barat dan Timur, dll.
Di zaman perang dingin, dunia pernah terbelah menjadi dua Blok, Barat dan Timur. AS di Blok Barat dengan ideologi Kapitalisme berhadapan dengan Uni Sovyet dengan ideologi Komunismenya di Blok Timur. Pengaruh Hegemoni dua ideologi itu sangat membekas hingga kini.
Masyarakat dunia hanya diberi dua pilihan jalan, jika tidak berada di Blok Kapitalis yang sangat sekuler dan mengagungkan kebebasan maka berada di Blok Komunis. Ada juga yang mencoba melawan dengan Non-Blok. Namun faktanya mereka tetap punya kecenderungan ke salah satu blok tertentu.
Dalam perjalanan negeri ini pun, ideologi Kapitalisme dan Komunisme saling berebut pengaruh. Dalam hal penguasaan kekayaan alam negeri ini sangat terasa begitu kapitalistis. Namun pengaruh Komunis di bidang politik pun pernah menguat di negeri ini pada era orde lama.
Lalu kita akan memilih yang mana? Kapitalisme atau komunisme. Atau ada pilihan lain yang lebih baik?
Jika konon kisah “kera Sakti” harus rela berpetualang mencari kitab suci, justeru sesungguhnya setiap pejabat kita telah disumpah dengan kitab suci. Dan ternyata jika mau membukanya, Allah SWT telah menunjukan dua jalan. Begitulah yang termaktub dalam kitab suci, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (TQS. Al-Balad: 10). Para ulama menjelaskan maksud dua jalan tersebuat adalah jalan kebaikan dan jalan keburukan".
Oleh karenanya setiap hari kita selalu berdoa agar tak salah memilih jalan dan senantiasa ditunjuki jalan kebaikan yang lurus. Ya, setidaknya bagi yang muslim dalam sehari 17 kali meminta agar ditunjuki jalan yang lurus ketika mejalankan sholat lima waktu (kecuali yg solatnya tak normal atau yang dijamak qashor). Sebagaimana termaktub dalam kitab suci al quran, “tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” (TQS. Al-Fatihah: 6).
Para ulama menjelaskan bahwa jalan yang lurus adalah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya". Maimun ibnu Mihran meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. menjelaskan bahwa makna yang dimaksud dengan "jalan yang lurus" itu adalah "agama Islam".
Ismail ibnu Abdur Rahman As-Sadiyyul Kabir meriwayatkan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas dan Mun-ah Al-Hamazani, dari Ibnu Mas'ud, dari sejumlah sahabat Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-Fatihah: 6). Mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah AGAMA ISLAM.
Demikian pula, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan ihdinas siratal mustaqim (tunjukilah kami jalan yang lurus) ialah agama Islam.
Balasan bagi mereka pengikut jalan yang lurus adalah kehidupan yang baik.
Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (TQS. Al-Jin: 16-17)
Dalam ayat lain, “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (TQS. Al-Maidah: 66). Di sisi yang lain terdapat pula peringatan dari Allah, “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya. niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (TQS. Al-Jin: 17)
Nampaknya wabah corona ini telah menjadi peringatan bagi sebagian manusia. Mereka sadar dan bertobat, berubah jadi orang baik dan sholih. Namun bagi para pelaku kezaliman, wabah ini bukan peringatan, mereka tetap saja melakukan kezaliman. Bahkan meningkatkan kezalimannya. Mereka terus memutar otaknya agar bisa meraup untung sebesar-besarnya dari situasi ini.
Di tengah wabah corona, pertarungan antara ideologi Komunisme dan kapitalisme nampaknya semakin seru. Diantara cirinya adalah mereka berupaya melegalkan kepentingan masing masing melalui produk Perundangan di negeri ini. tak heran jika kemudian muncul RUU yang beraroma Komunis maupun kapitalis. Misalnya, Perppu 1/2020 yang telah menjadi UU no. 2/2020, Perpres BPJS, UU Minerba, RUU HIP, dll. Kesemuanya bernuansa kepentingan pro Kapitalis maupun pro Komunis.
Saat ini, nampaknya Jalan yang lurus (islam) belum menjadi pilihan kebanyakan publik dalam menyelesaikan persoalan negeri ini. Kebanyakan masih suka kepada jalan yang pro Kapitalis dan pro komunis. Apalagi Kapitalisme dan Komunisme yang merupakan dua ideologi besar dunia kini sedang dipropagandakan oleh negara besar. Mereka terus bekerja sambil menuding dan memfitnah islam sebagai ideologi radikal, teroris, intoleran, dll.
Walhasil, carut marutnya negeri ini memang butuh solusi. Sangat wajar jika Orang Kapitalis menawarkan solusi versi kapitalis. Wajar pula jika orang komunis menawarkan solusi versi komunis. Dan semestinya wajar dan sangat normal jika orang muslim menawarkan solusi versi Islam. Ya, menawarkan solusi JALAN YANG LUURUS diantara pertarungan kapitalisme dan komunisme di negeri ini.
Semoga negeri ini dijaga dan ditolong oleh Allah sehingga segera keluar dari berbagai persoalan dengan jalan yang lurus. Aamiin.[]
NB; Penulis pernah belajar pemerintahan di STPDN angkatan ke-04 dan IIP Jakarta angkatan ke-29 serta MIP-IIP Jakarta angkatan ke-08.
COMMENTS