Pemerintah China tengah mempersiapkan langkah pembalasan untuk keputusan Amerika Serikat (AS) yang memerintahkan mereka menutup konsulat di Houston, Texas. Salah satunya dengan menutup konsulat AS di Wuhan.
Pemerintah China tengah mempersiapkan langkah pembalasan untuk keputusan Amerika Serikat (AS) yang memerintahkan mereka menutup konsulat di Houston, Texas. Salah satunya dengan menutup konsulat AS di Wuhan.
Berdasarkan perintah AS, China diharuskan menutup konsulat mereka di Houston paling lambat pada Jumat (24/7). Penutupan dilakukan AS karena menganggap kantor tersebut menjadi pusat kegiatan spionase China. Klaim yang ditolak langsung oleh China.
Pada Rabu (22/7), jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan, penutupan konsulat adalah eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kami mendesak AS untuk segera mencabut keputusan yang salah ini. Jika negara itu bersikeras menempuh jalan yang salah, China akan bereaksi dengan tegas," tekan Wang.
Dalam Twitter-nya, jurubicara lainnya, Hua Chunying mengatakan, perintah pemerintah AS tersebut memicu gelombang kebencian. Kedutaan Besar China di Washington bahkan mengaku telah menerima ancaman bom karena langkah tersebut.
"AS harus mencabut keputusannya yang salah. China pasti akan bereaksi dengan tindakan tegas," tekan Hua, menggemakan Wang.
Sementara itu, melansir CNA, berdasarkan pernyataan seorang sumber, para pejabat Partai Komunis China di Beijing saat ini tengah mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Kota Wuhan sebagai pembalasan.
Menurut para pakar China yang berbasis di AS, Beijing juga bisa melakukan tindakan yang lebih keras, dengan menargetkan konsulat AS di daerah yang lebih penting, seperti Hong Kong, Shanghai, atau Guangzhou. Itu bisa merugikan bisnis AS.
Presiden Donald Trump juga mengindikasikan terbuka untuk menutup kembali sejumlah misi China lainnya di AS.
Direktur Intelijen Nasional AS, Richard Grenell juga menyarankan pemerintah untuk menutup konsulat China di San Francisco yang padat teknologi.
"Saya akan melakukan keduanya (Houston dan San Francisco) tetapi juga masuk akal untuk memulainya," ujarnya kepada Reuters. (rmol)
COMMENTS