Ahmad Khozinudin | Aktivis, Sastrawan Politik
Oleh : Ahmad Khozinudin | Aktivis, Sastrawan Politik
Mereka, begitu mengagungkan sosok mandor Romusha, menisbatkan diri sebagai pengikut setianya, bersedia berkorban untuk membela ajarannya. Mereka, naik pitam dan mukanya menghitam, manakala bendera Ashobiyah dibakar, simbol kekufuran dan kemunafikan.
Mereka, bergaya seperti singa padahal mereka tak lebih dari keledai dungu yang hanya menggembala hanya untuk sejumput rerumputan. Mereka, hanyalah kerbau dungu yang cukup dicucuk hidungnya, tergadailah loyalitasnya.
Mereka, membagikan buku mandor Romusha, dan meminta semua rakyat bekerja rodi, bekerja tanpa kompensasi. Tidak untuk akhirat, tidak juga untuk dunia, Mandor Romusha tak bisa memberikan apa-apa.
Diakhirat, Mandor Romusha tak bisa memberikan syafaat, tidak untuk pengikutnya tidak juga untuk dirinya. Hanya Rasulullah SAW yang mulia, yang diberi izin oleh Allah SWT memberikan syafaat kepada hamba Allah SWT yang beriman.
Wahai umat Muhammad SAW, wahai mujahid Islam, wahai umat yang mengimani kampung akhirat, wahai siapapun yang merindukan Surga sebagaimana dikabarkan Allah SWT. Tidak perlu takut gertak sambal pengikut Mandor Romusha. Mereka adalah kaum celaka, menolak ajaran Rasulullah SAW, tapi taklid buta pada instruksi Mandor Romusha.
Wahai Mujahid Islam, wahai para pembela Agama Allah SWT. Jangan pernah takut pada pengikut Mandor Romusha, para pentaklid Karl Marx, atau cecunguk Leninisme dan Maoisme. Terus tuntut RUU HIP dibatalkan, terus usir anasir kebangkitan Komunisme dari negeri ini.
Mereka sedang berdialektika menuju mimpi komunisme, sedangkan kita siap berjihad menuju Surga yang pasti dijanjikan. Mereka sedang menciptakan antitesa Islam, menuju Sosialisme Komunisme, sementara kita sedang berdakwah untuk menyampaikan syariah.
Jika materi berasal dari materi, jika dunia ini adalah materi, jika materi adalah abadi seperti api yang akan selalu menyala. Maka saksikanlah ! Kita akan hembuskan fajar Islam, membanjiri narasi opini dengan syariah dan khilafah, dan memadamkan api Komunisme.
Sudah cukup, komunisme membantai umat manusia berdalih dialektika materialisme. Sudah cukup, revolusi berdarah atas dasar kebencian dan hanya berdasar pada dugaan.
Sosialisme, komunisme, menduga revolusi berdarah adalah solusi. Padahal, revolusi Komunisme hanyalah pertanda kegagalan berpikir dan beradu argumentasi. Dialektika dan perjuangan kelas, hanyalah mimpi Marx yang terus dirapalkan sebagai jampi dusta untuk menipu umat manusia.
Saatnya, agama Islam, syariah Islam yang mengatur negeri ini, berdasarkan Wahyu ilahi. Saatnya, negeri ini dan negeri kaum muslimin lainnya, diatur dengan Al Qur'an dan as Sunnah. Bukan dengan Sosialisme Komunisme, bukan juga dengan Kapitalisme Sekulerisme.
Tetaplah membusungkan dada, tunjukkan Keberanian dan sikap ksatria mujahid Islam. Kita tak akan pernah mundur, kita adalah pasukan yang siap tempur, kita juga tak pernah segan untuk memulai menggempur. Allahu Akbar ! [].
COMMENTS