Teguh dalam dakwah
Oleh : Ahmad Khozinudin
Kita, belum membuktikan apapun atas komitmen dakwah yang kita ikrarkan, manakala kita belum mendapat ujian. Kita, juga belum layak menyebut diri mampu mengarungi samudera ujian dakwah, ketika berhasil melalui ujian bersama jama'ah.
Saat yang paling tepat, untuk menguji sekaligus membuktikan kepada diri kita sendiri dan kepada Allah SWT, bahwa kita ridlo dan ikhlas menghadapi ujian dakwah, adalah ketika kita menghadapi ujian dakwah sendiri dan hanya menggantungkan pertolongan kepada Allah SWT.
Ada kalanya, jama'ah tidak menjadi penolong tetapi justru bagian dari tambahan ujian. Saat itulah, kita menghadapi dua ujian sekaligus. Ujian dari kekuasaan yang tiran, dan ujian tetap bersabar dalam jamaah, dan ujian untuk tetap tulus ikhlas, hanya menggantungkan harapan dan pertolongan kepada Allah SWT semata.
Kekuatan yang kita miliki, yakni ketangguhan untuk menghadapi ujian bukan terletak pada saat kita berada bersama dengan jama'ah, membersamai jamaah, menghadapi kekuasaan rezim tiran bersama jama'ah. Tetapi, saat kita berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan, serta hanya menggantungkan harapan dan pertolongan kepada Allah SWT, serta tetap menetapi kewajiban selalu berada dalam jama'ah, meskipun jama'ah tak berada pada barikade perlindungan, yang bisa dijadikan benteng-benteng untuk menghadapi penguasa tiran.
Melepaskan keterikatan pada jama'ah, dalam soal permohonan perlindungan dan keselamatan, serta hanya menggantungkan harapan dan pertolongan hanya kepada Allah SWT semata, adalah bagian dari ujian keimanan. Tetap menggenggam teguh amanah dakwah, walau dalam keramaian maupun dalam kesendirian.
Indahnya bergantung hanya kepada Allah SWT, mengharapkan pertolongan kepada Allah SWT, yang tak pernah mengingkari janji-Nya. Indahnya, meraih kemuliaan dengan tidak berharap kepada makhluk.
Imam Ali RA pernah berkata : "Aku telah melalui berbagai kesempitan dan kepahitan hidup. Dan kesempitan yang paling pahit, adalah berharap kepada Makhluk".
Ketegaran bukan kita tampakan kepada manusia. Ketegaran adalah urusan kita dengan Allah SWT. Ketegaran adalah ketika kita berada pada keadaan yang paling lemah, dan tak memiliki pelindung selain hanya kepada Allah, dan meluruhnya buliran air mata, menyungkurkan diri bersujud kepada-Nya, seraya mengikrarkan ketidakmampuan dan kelemahan diri, dan kebutuhan atas sandaran yang kokoh. Dia-lah, Allah SWT.
Kita baru ditawan oleh opini, ditawan oleh asumsi, ditawan oleh kebijakan zalim. Belum benar-benar ditawan musuh, sendirian, tak ada jama'ah yang melindungi, tak ada perlindungan selain perlindungan Allah SWT.
Kita belum diuji, dan semoga dijauhkan, dari ujian ditawan musuh, diminta melepas akidah Islam, ditawari pangkat dan jabatan, atau diancam siksaan hingga kematian. Subhanallah, maha besar Allah SWT, yang telah menolong kaum terdahulu, yang tetap menggenggam akidah Islam, meski tubuhnya di belah, kepalanya dipancung, atau disisir tubuhnya dengan sisir besi.
Setiap ujian akan diberikan sesuai kemampuan. Berhusnudz dzan lah, bahwa Allah SWT akan selalu melindungi kita.
Bukan besarnya ujian yang kita takutkan, tetapi hilangnya pertolongan dan perlindungan Allah SWT yang patut kita khawatirkan. Sebab, jika Allah SWT menolong kita, masih adakah ujian yang terasa berat ? Sebaliknya, jika Allah pergi meninggalkan kita, mampukah kita menghadapi ujian meskipun ujian itu hanya seberat biji sawi ?
Wahai Pengemban Dakwah, raihlah pertolongan dan perlindungan Allah SWT dengan ketaatan kepada-Nya, dalam keramaian maupun dalam sunyi kesendirian. Allah SWT tempat bergantung. Jangan pernah mengantungkan diri pada sesuatu yang masih butuh bergantung. Jangan menyandarkan diri pada sesuatu yang masih butuh bersandar.
Sungguh indah, meminta hanya kepada Allah SWT. Bergantung hanya kepada-Nya, bersandar hanya kepada-Nya, dan kelak kita akan kembali kepada-Nya, bertemu dengan Wajah-Nya. [].
COMMENTS