Ramadhan 2020
Oleh : Nurintan Sri Utami
Ramadhan tahun ini terasa berbeda karena dunia diselimuti kedukaan akan banyaknya jumlah kematian manusia akibat wabah Covid-19. Belum lagi keresahan masyarakat akibat ketidakpastian hidup karena banyaknya PHK sedangkan kebutuhan tetap harus dipenuhi. Belum lagi, harga-harga kebutuhan pokok pun dikhawatirkan bakal melonjak menjelang hari raya. Hal ini menyebabkan kemiskinan meningkat dan kejahatan kian marak. Kesulitan demi kesulitan yang menghampiri tepat saat tibanya bulan Ramadhan harusnya dipahami sebagai bentuk muhasabah atau koreksi atas seluruh perbuatan manusia.
Semua yang terjadi mungkin saja adalah sebuah peringatan dari sang Maha Berkehendak, Allah Subhanahu Wata’ala agar manusia melakukan taubat. Sebagaimana firman Allah “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum : 41).
Nyatanya, hari ini tak dapat lagi dipungkiri bahwa manusia banyak melalaikan peringatan bahkan bersikap tak acuh terhadap aturan serta larangan dari Allah. Manusia kian abai dalam pelaksanaan syariat Islam secara kaffah. Padahal Allah telah menjanjikan bagi penduduk bumi sebuah keberkahan ketika manusia menjalankan syariat seluruhnya sebagai bentuk keimanan dan ketakwaan. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…….” (Al-A’raf : 96)
Ramadhan tahun ini adalah momen untuk segera mengubah apa-apa yang manusia lakukan, dari ketidaktaatan menuju ketaatan sepenuhnya pada syariat. Bulan yang penuh rahmat dan berpeluang bagi manusia melakukan pertaubatan.
Siapapun yang bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, maka Allah menjanjikan bahwa dosanya diampuni hingga seperti bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia, “….Barangsiapa berpuasa dengan iman dan mengharap keridhoan Allah, maka dosanya keluar seperti hari ibunya melahirkannya.” (HR. Ahmad 1596).
Selayaknya seluruh manusia hari ini kembali pada pertaubatan yang sempurna seperti contoh dari Rasulullah. Rasulullah diketahui melakukan istighfar seratus kali dalam semalam agar keberkahan diberikan dan pintu maaf dari Allah dapat terbuka. Tak hanya itu, harusnya manusia mampu menerapkan aturan Allah dalam seluruh aspek kehidupan, dari aspek individu hingga aspek kenegaraan. Sehingga, mudah-mudahan wabah penyakit dan krisis kehidupan segera Allah angkat dari muka bumi dan berganti dengan keberkahan serta ketenangan.
COMMENTS