Sosialisme-komunisme memang kejam, tapi kapitalisme lebih licik dengan racun mematikan perlahan. Bahkan sebagian kaum muslimin turut menghirupnya hingga mabuk kepayang. Sampai sulit menyadarkan mereka bahwa ideologi sekulerisme-kapitalisme ini yang sebenarnya sedang mencekik mereka, racunnya sudah masuk hingga ke tulang sumsum umat.
Oleh : Iwan Januar
Topik komunisme dan PKI di tanah air rasanya susah untuk hilang. Komunisme punya sejarah panjang kelam terhadap umat Muslim di tanah air, menjadi catatan pahit betapa bahayanya ajaran komunisme dan PKI. Karenanya komunisme dan PKI menjadi isu sensitif dan mudah menggerakkan perasaan umat.
Inti ajaran komunisme menabrak agama. Bagi ideologi komunisme, agama bukan hanya candu tapi ancaman. Mereka menyumpah serapahi agama. Agama adalah candu, kata Marx. Tuhan sudah mati, kata Nietszche.
Bukan hanya menyumpahi agama, sosialisme-komunisme juga beringas pada penganut agama. Sosialisme-komunisme memang menganut metode kekerasan dalam menyebarkan dan mempertahankan ideologi mereka. Di Uni Soviet di era Stalin, ratusan mesjid dan madrasah ditutup kecuali yang mau dikontrol pemerintah komunis Soviet. Imam mesjid, para ulama dan jutaan muslim juga dieksekusi mati. Tindakan represif dan berdarah kepada umat Muslim juga dilakukan di Suriah oleh rezim Assad dan pemerintah komunis Cina di Uyghur.
Di Indonesia, sulit menghapus memori kekejaman PKI terhadap para santri, kyai dan tokoh-tokoh Islam dalam sejarah. Banyak saksi mata masih hidup dan menuturkan kekejaman tersebut. Sejak era Muso di Madiun sampai G30S/PKI tahun 1965.
Memang tidak semua penganut sosialis-komunis adalah atheis dan pemuja materialisme. Ada yang totalitas menjadi komunis dan menganut atheisme/materialisme, ada juga yang mencampuradukkan agama dengan sosialisme-komunisme. Mengaku muslim tapi jalan hidupnya adalah sosialisme-komunisme.
Tetapi baik mereka yang totalitas ataupun yang oplosan tetap menempatkan ketaatan pada agama sebagai musuh. Inilah pertentangan secara diametral dengan ajaran Islam baik secara akidah maupun syariah. FirmanNya:
Kalau umat begitu peka dan tajam bersikap pada sosialisme-komunisme, sayangnya tidak kepada ideologi sekulerisme-kapitalisme. Nyatanya ideologi kufur inilah yang kini mencengkram sekujur tubuh hingga kepala umat. Ideologi ini yang membuat umat keracunan melebihi racun kelabang.
Ancaman sosialisme-komunisme memang ada, tapi jerat mematikan sekulerisme-kapitalisme sudah nyata. Hanya saja ideologi satu ini memang licin. Racunnya tidak terasa tapi merusak syaraf otak sehingga umat tidak bisa berpikir jernih, dan badan tidak terasa meriang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (TQS. Al-Baqarah: 208)Kalau umat begitu peka dan tajam bersikap pada sosialisme-komunisme, sayangnya tidak kepada ideologi sekulerisme-kapitalisme. Nyatanya ideologi kufur inilah yang kini mencengkram sekujur tubuh hingga kepala umat. Ideologi ini yang membuat umat keracunan melebihi racun kelabang.
Ancaman sosialisme-komunisme memang ada, tapi jerat mematikan sekulerisme-kapitalisme sudah nyata. Hanya saja ideologi satu ini memang licin. Racunnya tidak terasa tapi merusak syaraf otak sehingga umat tidak bisa berpikir jernih, dan badan tidak terasa meriang.
Kapitalisme bisa mengkamuflase kebatilan terasa nikmat bak sepotong tiramisu dingin.
Kalau sosialisme-komunisme secara frontal menyerang agama, bahkan menculik dan membunuhi tokoh agama, ideologi sekulerisme-kapitalisme justru membelai dan memanjakan agama dan tokoh-tokoh agama. Itu tidak lepas dari sekulerisme sebagai akidah jalan tengah, kompromi antara agama dan dunia. Agama boleh tetap ada, tapi jangan terlalu campur tangan urusan dunia apalagi politik dan kekuasaan.
Ratusan bahkan ribuan mesjid boleh dibuka, bahkan difasilitasi, ceramah keagamaan boleh masuk tivi bahkan ke ruang istana, tapi jangan menuntut kekuasaan berbasis agama. Cukuplah kekuasaan agama diwakili anggota parlemen tapi jangan mengusik konstitusi apalagi punya pikiran untuk mengganti ideologi ini.
Kapitalisme menawarkan setengah ‘surga’ untuk kaum agamawan. Bank-bank syariah bisa eksis begitupula sistem riba khas kaum kapitalis. Jilbab dan cadar silakan bertebaran, tanpa perlu mengusik hot pants. Pernikahan tetap ada sebagai opsi selain gaya hidup cinta satu malam.
Kalau di antara ajaran sosialisme-komunisme ada yang berprinsip semua dikuasai negara, dalam kapitalisme semua bisa jadi bahan bancakan para pengusaha. Para wakil rakyat dengan suara demokratis bisa mensahkan perundang-undangan, agar para penjarah bisa menguasai sumber daya alam. Namun umat seperti tak melihat penjarahan nyata yang lewat di depan mata dan telinga mereka. Sehingga penjarahan demi penjarahan terus berkelanjutan nyaris tanpa perlawanan.
Kaum ideologis kapitalisme ini juga bisa lihai memainkan isu untuk menjatuhkan lawan-lawan. Terhadap rival mereka, komunisme, dihembuskan angin ancaman agar kaum agamawan memberikan perlawanan. Waktu yang bersamaan mereka juga tiupkan ancaman radikalisme dan kekhilafahan, semata agar ideologi sekulerisme-kapitalisme ini tetap eksis menjulang.
Itulah sebabnya sekulerisme-kapitalisme panjang umur ketimbang rival mereka sosialisme-komunisme. Kapitalisme pandai bersiasat dengan kaum agamawan, bermain karet tarik ulur. Mereka tahu kapan kapan mengendorkan ideologi dan kapan mengetatkannya. Sikap politik kapitalisme bertemu dengan prinsip pragmatisme sebagian muslim; ‘daripada nggak?’, ‘daripada dikuasai nonmuslim’, dan prinsip daripada demi daripada itu yang akhirnya melanggengkan kekuasaan ideologi Kapitalisme.
Intinya, kapitalisme bisa mengakomodir sebagian kemauan kaum agamawan. Ini yang membuat sebagian muslim masih tetap merasa aman dan nyaman bernaung di bawah ideologi yang sama rusaknya dengan sosialisme-komunisme.
Maka bagaimana bisa memukul jatuh, bila untuk meraba ancaman ideologi ini pun tak semua muslim mampu melakukan. Ia begitu halus dan menawan, bahkan tak semua politisi muslim dan orang alim sanggup menerawang. Beda dengan sosialisme-komunisme yang baru terendus baunya, umat sudah bangkit melawan. Kapitalisme, meski sudah ada semenjak republik ini berdiri, hanya segelintir orang yang mengobarkan perlawanan.
Sosialisme-komunisme memang kejam, tapi kapitalisme lebih licik dengan racun mematikan perlahan. Bahkan sebagian kaum muslimin turut menghirupnya hingga mabuk kepayang. Sampai sulit menyadarkan mereka bahwa ideologi sekulerisme-kapitalisme ini yang sebenarnya sedang mencekik mereka, racunnya sudah masuk hingga ke tulang sumsum umat.
Karenanya Alamah al-‘Alim al-Jalil Qadhi Taqiyuddin an-Nabhani mengingatkan sejak tahun 50-an, bahwa selain sosialisme-komunisme, umat juga berhadapan dengan ideologi sekulerisme-kapitalisme. Beliau ingin umat menyadari perangkap halus yang menjerat agar bisa selamat. Bahkan beliau berikan jurus jitu agar bisa memukul jatuh ideologi sesat dari Barat ini.
Karenanya sudah saatnya umat harus sadar bila kita tengah dijepit dua ancaman ideologi yang sama sesatnya. Komunisme memang ancaman, tapi yang kini rill di depan mata dan telinga adalah sekulerisme-kapitalisme.
Umat perlu menaikkan kesadaran politik, agar bisa melihat dengan jernih apa saja yang mengancam umat hari ini. Bila semua ditimbang dengan takaran akidah dan syariah, maka sebenarnya tak sulit mendeteksi kelicikan kapitalisme ini. Tapi bila umat mengesampingkan takaran agama, dan mengedepankan asas manfaat, maka kapitalisme akan terus hidup menggeliat dalam rongga tubuh umat. Sadarilah.
Kalau sosialisme-komunisme secara frontal menyerang agama, bahkan menculik dan membunuhi tokoh agama, ideologi sekulerisme-kapitalisme justru membelai dan memanjakan agama dan tokoh-tokoh agama. Itu tidak lepas dari sekulerisme sebagai akidah jalan tengah, kompromi antara agama dan dunia. Agama boleh tetap ada, tapi jangan terlalu campur tangan urusan dunia apalagi politik dan kekuasaan.
Ratusan bahkan ribuan mesjid boleh dibuka, bahkan difasilitasi, ceramah keagamaan boleh masuk tivi bahkan ke ruang istana, tapi jangan menuntut kekuasaan berbasis agama. Cukuplah kekuasaan agama diwakili anggota parlemen tapi jangan mengusik konstitusi apalagi punya pikiran untuk mengganti ideologi ini.
Kapitalisme menawarkan setengah ‘surga’ untuk kaum agamawan. Bank-bank syariah bisa eksis begitupula sistem riba khas kaum kapitalis. Jilbab dan cadar silakan bertebaran, tanpa perlu mengusik hot pants. Pernikahan tetap ada sebagai opsi selain gaya hidup cinta satu malam.
Kalau di antara ajaran sosialisme-komunisme ada yang berprinsip semua dikuasai negara, dalam kapitalisme semua bisa jadi bahan bancakan para pengusaha. Para wakil rakyat dengan suara demokratis bisa mensahkan perundang-undangan, agar para penjarah bisa menguasai sumber daya alam. Namun umat seperti tak melihat penjarahan nyata yang lewat di depan mata dan telinga mereka. Sehingga penjarahan demi penjarahan terus berkelanjutan nyaris tanpa perlawanan.
Kaum ideologis kapitalisme ini juga bisa lihai memainkan isu untuk menjatuhkan lawan-lawan. Terhadap rival mereka, komunisme, dihembuskan angin ancaman agar kaum agamawan memberikan perlawanan. Waktu yang bersamaan mereka juga tiupkan ancaman radikalisme dan kekhilafahan, semata agar ideologi sekulerisme-kapitalisme ini tetap eksis menjulang.
Itulah sebabnya sekulerisme-kapitalisme panjang umur ketimbang rival mereka sosialisme-komunisme. Kapitalisme pandai bersiasat dengan kaum agamawan, bermain karet tarik ulur. Mereka tahu kapan kapan mengendorkan ideologi dan kapan mengetatkannya. Sikap politik kapitalisme bertemu dengan prinsip pragmatisme sebagian muslim; ‘daripada nggak?’, ‘daripada dikuasai nonmuslim’, dan prinsip daripada demi daripada itu yang akhirnya melanggengkan kekuasaan ideologi Kapitalisme.
Intinya, kapitalisme bisa mengakomodir sebagian kemauan kaum agamawan. Ini yang membuat sebagian muslim masih tetap merasa aman dan nyaman bernaung di bawah ideologi yang sama rusaknya dengan sosialisme-komunisme.
Maka bagaimana bisa memukul jatuh, bila untuk meraba ancaman ideologi ini pun tak semua muslim mampu melakukan. Ia begitu halus dan menawan, bahkan tak semua politisi muslim dan orang alim sanggup menerawang. Beda dengan sosialisme-komunisme yang baru terendus baunya, umat sudah bangkit melawan. Kapitalisme, meski sudah ada semenjak republik ini berdiri, hanya segelintir orang yang mengobarkan perlawanan.
Sosialisme-komunisme memang kejam, tapi kapitalisme lebih licik dengan racun mematikan perlahan. Bahkan sebagian kaum muslimin turut menghirupnya hingga mabuk kepayang. Sampai sulit menyadarkan mereka bahwa ideologi sekulerisme-kapitalisme ini yang sebenarnya sedang mencekik mereka, racunnya sudah masuk hingga ke tulang sumsum umat.
Karenanya Alamah al-‘Alim al-Jalil Qadhi Taqiyuddin an-Nabhani mengingatkan sejak tahun 50-an, bahwa selain sosialisme-komunisme, umat juga berhadapan dengan ideologi sekulerisme-kapitalisme. Beliau ingin umat menyadari perangkap halus yang menjerat agar bisa selamat. Bahkan beliau berikan jurus jitu agar bisa memukul jatuh ideologi sesat dari Barat ini.
Karenanya sudah saatnya umat harus sadar bila kita tengah dijepit dua ancaman ideologi yang sama sesatnya. Komunisme memang ancaman, tapi yang kini rill di depan mata dan telinga adalah sekulerisme-kapitalisme.
Umat perlu menaikkan kesadaran politik, agar bisa melihat dengan jernih apa saja yang mengancam umat hari ini. Bila semua ditimbang dengan takaran akidah dan syariah, maka sebenarnya tak sulit mendeteksi kelicikan kapitalisme ini. Tapi bila umat mengesampingkan takaran agama, dan mengedepankan asas manfaat, maka kapitalisme akan terus hidup menggeliat dalam rongga tubuh umat. Sadarilah.
COMMENTS