Oleh : Gus Syam Tidakkah kamu berkaca diri, wahai saudaraku?!! Saat kekuasaanmu diambang keruntuhan, sejuta kekhawatiran datan...
Oleh : Gus Syam
Tidakkah kamu berkaca diri, wahai saudaraku?!!
Saat kekuasaanmu diambang keruntuhan, sejuta kekhawatiran datang melanda hatimu. Karena kamu tahu, saat kekuasaan lenyap dari tanganmu, kamu tidak akan setangguh yang dulu. Engkau pun berfikir keras mencari cara, bahkan makar dan tipu daya untuk mempertahankan kekuasaanmu. Engkau begitu takut dan khawatir, bahkan paranoid.
Saat bisnis dan akses pendapatanmu terancam oleh pesaing-pesaingmu, panic, cemas, takut, bahkan paranoid datang menghantuimu. Kamu bergegas mencari solusi dan cara untuk mempertahankan asset-assetmu.
Saat kekasih hati berpaling pergi darimu; duka lara pun datang mendera. Hidup terasa hampa,kosong, tanpa arti sama sekali. Bahkan, terbersit di benakmu keinginan untuk bunuh diri. Semua itu kamu lakukan karena si dia adalah sesuatu yang paling berharga.
Tapi, saat agamamu tertimpa musibah , saat iman dan Islammu hendak diberangus dari hatimu, hendak lenyap dari jiwamu; dan saat Nabi Mohammad Saw dan ajarannya diberangus, dikebiri, dan dikerdilkan di depan matamu; apakah kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, duka lara, paranoid, dan sejuta kesedihan yang sama juga menghinggapi dinding jiwamu?
Apakah kamu juga berfikir keras, mencari solusi, dan bergegas untuk menyelamatkan agamamu dengan segenap jiwa dan ragamu?
Ataukah kamu hanya peduli saat musibah menimpa urusan duniamu? Sedangkan saat musibah menimpa agamamu, kepedulianmu telah sirna dari lubuk hatimu?
Saudaraku, jiwa engkau seperti itu, ketahuilah dirimu tak ada ubahnya dengan binatang ternak!!
أأخي إن من الرجال بهيمةً ... في صورة الرجل السميع المبصر فطن لكلّ مصيبة في ماله ... وإذا يصاب بدينه لم يشعر ( الحافظ ابن عبد البر الاندلوسي, بهجة المجالس وأنس المجالس - (ج 1 / ص 169))
“Wahai saudaraku, sesungguhnya ada di antara laki-laki itu (berujud) binatang ternak...Dalam rupa laki-laki yang mendengar dan melihat ....Cerdas pada setiap musibah yang menimpa hartanya...Namun, jika agamanya tertimpa musibah, ia tidak pernah merasakan".[Al-Hafidh Ibnu ‘Abd al-Barr Al-Andalusiy, Bahjatu al-Majaalis wa Ansu al-Majaalis, Juz 1/169]
COMMENTS