by Tarmidzi Yusuf Dalam ILC tadi malam (11.02.20) seorang pembicara ngomong perlunya politik identitas diminimalisir bahkan dihil...
by Tarmidzi Yusuf
Dalam ILC tadi malam (11.02.20) seorang pembicara ngomong perlunya politik identitas diminimalisir bahkan dihilangkan.
Politik identitas alias politik agama selalu 'diarahkan' ke Islam. Padahal, faktanya agama lain selain Islam juga melakukan politik identitas. Bahkan tidak hanya politik identitas dalam konteks agama tapi juga dalam konteks ras.
Coba cek ketika Pilgub DKI 2017. Pemilih non muslim 95% mayoritas memilih Ahok - Djarot bahkan ada di beberapa TPS meraih 100%. Kenapa ini tidak disebut politik identitas bahkan lebih kejam disebut politik rasis? Lebih dari 30% orang Islam pilih Ahok yang beragama lain. Sementara non muslim hanya 5% yang pilih Anies - Sandi. Kenapa hanya umat Islam yang selalu menjadi tertuduh???
Yang agak mengherankan adalah kenapa hanya umat Islam dituntut untuk tidak bawa-bawa agama dalam politik? Karena Islam mayoritas di negeri ini lantas dituntut untuk tidak menggunakan politik identitas. Tidak adil banget.
Secara kalkulasi tidak mungkin kandidat non muslim menang di daerah mayoritas Islam. Isu tidak menggunakan politik identitas sebagai strategi ampuh untuk memenangkan kandidat non muslim di daerah mayoritas Islam. Faktanya, sudah terbukti.
Sebut saja misalnya dalam pileg. Bagaimana seorang dari ras dan agama berbeda bisa terpilih menjadi anggota DPR di daerah pemilihan mayoritas Islam. Karena caleg tersebut punya program? Nonsense. Mobilitas pemilih muslim dengan dukungan fulus yang kuat dan isu politik identitas juga.
Sementara di daerah Islam minoritas, politik identitas juga digunakan oleh penganut agama lain. Kenapa hanya umat Islam yang diuber-uber politik identitas???
Lebih heran lagi, yang teriak-teriak agar umat Islam tidak menggunakan politik identitas ternyata orang Islam juga. Namanya pun pake Muhammad pula. Berkoar-koar dengan dalil al-Qur'an juga.
"Sungguh, akan datang kepada manusia tahun-tahun yang sangat menipu. Para pendusta pada zaman itu dianggap sebagai orang yang jujur, sementara orang yang jujur dianggap pendusta. Para pengkhianat pada zaman itu dipercaya, sementara orang-orang yang amanah dianggap pengkhianat. Pada zaman itu pula Ruwaibidhah banyak berbicara.”
Rasulullah pun ditanya,
“Siapa Ruwaibidhah, wahai Rasulullah?”
Beliau kemudian menjawab,
“Orang dungu yang membicarakan urusan manusia.” (al-Imam Ibnu Majah dalam as-Sunan no. 4042. Diriwayatkan pula oleh Abu Abdillah al-Hakim dalam al-Mustadrak (4/465, 512), Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad (2/291).
Pemeluk agama selain Islam mengajak orang yang berbeda agama dengannya untuk mengajak orang lain ke agama yang dia yakini. Diam aja tuh!
Apalagi dalam hal kekuasaan. Masing-masing pemeluk agama berjuang untuk mewarnai kekuasaan dan negara dengan agamanya masing-masing.
Tuntutan berlebihan ke sesama muslim tapi tutup mata dan telinga ketika orang yang berbeda agama membawa politik identitas bahkan politik ras.
Begitulah seperti kata hadits di atas, kalau orang dungu dan pendusta banyak berbicara. Dunia jadi terbalik!
Bandung, 18 Jumadil Tsani 1441/12 Februari 2020
COMMENTS