Ideologi Pancasila
Oleh : Yan S. Prasetiyadi
Ada sebuah kesepakatan lama yang sedang ditinjau ulang di negeri ini. Meskipun apakah ia sebuah kesepakatan atau bukan, masih belum jelas juga sejarahnya, sebab masih ada beberapa simpang siur sejarah. Maklum sejarah yang tidak berbasis riwayat atau sanad, kadang subjektif.
Ketika sesuatu itu digugat, bisa jadi selama ini sesuatu itu disebut dengan nama yang tak seharusnya, atau nama yang memang tidak sesuai realitasnya. Terlebih sesuatu itu kini dipakai sebagai alasan untuk memukul siapapun yang berbeda orientasi gagasan, ide, pikiran dan arah politiknya. Padahal menurut publik, kesepakatan tersebut bukan itu fungsinya. Akhirnya mulai berpotensi dimusuhi publik.
Mungkin sebagian pemikir di negeri ini sudah jenuh, ketika problem multidimensi bertubi-tubi menimpa negeri ini, tak ada satupun solusi cerdas yang muncul selain kata dan program 'deradikalisasi'. Masalah yang terlanjur massif, memang harus diselesaikan secara mendasar sehingga rincian masalah yang lain juga bisa terpecahkan.
Nah inti dari semua itu, kembali pada kedalaman seseorang dalam memandang realitas ideologi (al-mabda'). Tapi apa itu ideologi?
و في الاصطلاح العام فكر أساسي تبنى عليه الأفكار الفرعية... و على هذا لا يسمى الفكر مبدأ إلا إذا كان عقيدة ينبثق منها نظام أو كان فكرا أساسيا تنبثق منه أفكار فرعية لمعالجة جميع شؤون الحياة بوجه عام
Secara umum, ideologi adalah pemikiran mendasar yang melandasi berbagai pemikiran turunan. Karena itu, sebuah pemikiran tidak disebut ideologi, kecuali jika berasal dari keyakinan yang mampu melahirkan sistem peraturan, atau berasal dari pemikiran mendasar yang melahirkan pemikiran turunan guna menyelesaikan seluruh masalah kehidupan secara umum.
Begitu penjelasan Dr. Samih 'Athif az-Zain dalam al-Islam wa Idiyulujiyyah al-Insan (h. 5).
Sehingga kedepan, perdebatan seputar ideologi secara alami bisa jadi mengarah pada diskusi yang lebih advance ketimbang "ini final atau ini harga mati", yakni keyakinan atau pemikiran mendasar apa yang sanggup melahirkan sistem peraturan kehidupan? Lalu, apakah setelah sistem peraturan yang lahir dari ideologi itu bisa diuji secara logis di ruang pemikiran, apakah bisa dan sanggup menyelesaikan seluruh problem kehidupan secara umum?
Pendek kata, manakah ideologi yang lahir dari keyakinan yang benar, yang sanggup mendatangkan kebaikan bagi sebuah negeri?
Tentunya jawaban ideologis rakyat dan para pemilik kekuatan penopang kekuasaan, akan menentukan kejadian di masa depan! Wallahu A'lam.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ’ala alihi wasallim.
Yan S. Prasetiadi
Purwakarta, 10 Rabi'ul Akhir 1441 H
COMMENTS