Oleh : Ardiansyah YP (Founder Sahabat Hijrah Community) Pandangan mata kita kali ini menuju ke bumi anoa, yakni sulawesi tenggar...
Oleh : Ardiansyah YP (Founder Sahabat Hijrah Community)
Pandangan mata kita kali ini menuju ke bumi anoa, yakni sulawesi tenggara, ada satu kampus bernama IAIN Kendari, konon satu-satunya kampus Islami di sulawesi tenggara ini mulai menarik perhatian.
Seorang rektor bernama Prof Faizah binti Awad yang belum lama ini menjabat tanpa basa basi sangat berani mengeluarkan aturan larangan memakai cadar bagi muslimah, hal ini menuai kontroversi, cadar adalah pakaian Islami kok dikriminalisasi??! Hal ini sontak membuat publik mengkritik perbuatan semena-mena rektor.
Tidak cukup sampai disitu, rektor merasa terusik dengan keberadaan mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang masif mendakwah Islam kaffah dan kritis terhadap problematika yang menimpa negeri, seperti kebijakan-kebijakan Rezim yang zalim yang merugikan bangsa akibat penerapan ideologi kapitalisme hingga karusakan moral akibat pergaulan bebas akibat sekulerisme dan liberal.
Tidak tahan melihat mahasiswa yang aktivitasnya mendakwahkan Islam kaffah, rektor langsung mengeluarkan keputusan untuk Drop Out (DO) kepada salah satu mahasiswa berprestasi bernama Hikma Sanggala (HS).
Keputusan rektor ini menuai banyak kritik dan kecaman dari berbagai pihak, pasalnya rektor tidak segan-segan menuding dan melakukan fitnah keji bahwah HS telah terpapar paham radikal, anti kebinekaan serta berafiliasi dan menjadi bagian dari pengurus ormas terlarang dan sesat.
Sampai saat ini publik dibuat bertanya bukti dan rujukannya apa dan siapa?! sehingga Ibu Rektor mengeluarkan tuduhan-tuduhan keji yang berdampak pemecatan terhadap HS.
Selayaknya kampus merupakan wadah bagi siapapun untuk beraudiensi, berdiskusi mencari solusi memaparkan dan beradu gagasan serta ideologi. Sehingga daya kritis mahasiswa semakin tajam dan ter-asah
Hal itu sebagai modal bagi agent of change memperoleh konstruksi guna mencabut akar masalah perpolitikan negeri kemudian menancapkan aturan dari illahi robbi guna memperbaiki tatakelolah negeri yang carut marut ini.
Namun sayangnya kini ibu rektor mencoba bertindak diktator mencari legitimasi untuk memutilasi daya kritisme mahasiswa dengan cara memecat HS yang vokal menyuarakan kebenaran Islam.
Sangat disayangkan ibu rektor selaku orangtua yang mengenyam pendidikan lebih lama dibanding mahasiswanya seyogyanya menjadi figur terbaik, apabila dirasa ada yang tidak sejalan dengan pemikiran harusnya ibu rektor melakukan langkah persuasif dengan cara manggil HS kemudian berdiskusi untuk mendudukkan persoalan.
Kami tidak akan diam melihat kediktatoran ini, Kami bersama Hikma Sanggala, jika kami diam maka bisa jadi anda akan men DO mahasiswa-mahasiswa bernalar kritis yang senantiasa mendakwahkan Islam kaffah.
Kami mengingatkan anda wahai ibu rektor, anda telah berbuat zalim, segera cabut kebijakan zalim anda dengan menarik kembali surat DO yang telah anda keluarkan.
Wahai ibu rektor bertaubatlah sebelum terlambat, sekuat apapun posisi anda, dipastika anda akan tumbang atas izin Allah.
COMMENTS