Oleh : Bhakti Aditya (Islamic Social Worker) Saya kutip dulu Hadits Nabi berkaitan apa yang disampaikan Bunda Neno Warisman, tan...
Oleh : Bhakti Aditya (Islamic Social Worker)
Saya kutip dulu Hadits Nabi berkaitan apa yang disampaikan Bunda Neno Warisman, tanpa mengubah keputusan saya untuk Golput.
Dalam riwayat Muslim dari sahabat Umar ibn Khathab, doa Nabi tersebut demikian:
اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
“Ya Allah, penuhilah apa yang Kaujanjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang Kaujanjikan kepadaku. Ya Allah, jika Kaubinasakan kelompok Islam ini, Engkau takkan lagi disembah di bumi.”
Saya tidak tertarik membahas soal apakah Bunda Neno Warisman mempolitisasi do'a nabi atau tidak.
Namun saya ingin menegaskan bahwa do'a-do'a nabi banyak yang berkaitan dengan aktifitas politik beliau.
Misal ketika nabi mendoakan 2 umar agar menjadi pendukung dakwahnya.
Sebelum Umar masuk Islam, Rasulullah pernah berdoa,
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”.
Doa ini diungkapkan oleh Khabbab kepada Umar setelah melihat Umar yakin akan ke Esaan Allah ﷻ di rumah saudarinya. Maka semakin kuatlah keyakinan Umar bin Khattab dan bergegas menemui Rasulullah untuk mengucapkan dua kalimat penakluk dunia yaitu Syahadat. Itulah sepenggal kisah masuknya sang Amirul Mukminin ke dalam Islam.
Mengapa nabi berdoa demikian? Karena keduanya memiliki posisi politis di tengah masyarakat makkah saat itu. Sehingga, bilamana satu diantara 2 umar ini menjadi pembela Islam, maka kondisi politik di Makkah tentu akan berubah arah. Tujuannya adalah agar dakwah bisa bertahan dan Islam dapat diterima lebih banyak lagi oleh masyarakat Makkah. Walaupun faktanya justru dakwah semakin berat.
Atau kemudian do'a nabi terhadap penguasa Zhalim, yg redaksinya seperti ini :
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ (أحمد ، ومسلم عن عائشة)
“Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” (HR Ahmad dan Muslim dari Aisyah).
Dikukuhkan oleh Nabi ﷺ dalam riwayat berikut :
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)
Do'a Nabi ﷺ terhadap penguasa zhalim ini jelas politis. Karena penguasa adalah kedudukan politik dalam sebuah pemerintahan atau kekuasaan di tengah-tengah masyarakat.
Apalagi kemudian ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, menohok dan penuh ancaman terhadap penguasa, yg duduk di atas singgasana politiknya.
Terlepas dari pro kontra do'a Bunda Neno Warisman, do'a dalam perkara ini justru memiliki peran penting dalam urusan individual, apalagi urusan politik yang menyangkut banyak manusia di sana. Bahkan do'a adalah senjata kaum muslimin. Senjata itu identik dengan peperangan dan politik.
Jadi, bagi mereka yang mengkooptasi dan rajin revisi do'a, janganlah anda mengerdilkan makna doa dengan tidak boleh menyangkut pautkannya dengan urusan politik.
Do'a ini adalah justru amal politis yang paling tinggi, karena meminta langsung kepada Dzat Yang Maha Mengurus. Karena dalam Islam, makna politik adalah ri'ayati syu'uunil ummat, mengurus urusan umat.
Walloohu'alam
COMMENTS