Oleh: Ustadz Azizi Fathoni . Menurut Imam besar dalam madzhab Al-Syafi’i, Abu Sulaiman Al-Khaththabi (W. 388 H) “Aku (al-Imam al-K...
Oleh: Ustadz Azizi Fathoni .
Menurut Imam besar dalam madzhab Al-Syafi’i, Abu Sulaiman Al-Khaththabi (W. 388 H)
“Aku (al-Imam al-Khaththabi) katakan: Arti dari perkataan Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak ber-istikhlaf, adalah tidak menyebut nama seseorang secara spesifik sebagai khalifah, yang dengan istikhlaf beliau tersebut ia memerintah umat Islam.
Adapun kemungkinan Umar bermaksud bahwa Rasulullah tidak memerintahkannya, tidak mengajarkannya, dan menterlantarkan umat Islam tanpa pemimpin yang mengatur mereka, atau penanggungjawab yang mengurusi mereka dan memberlakukan hukum-hukum Allah atas mereka, maka itu tidak benar. Sungguh beliau pernah bersabda "para imam itu dari suku Quraisy", itu artinya perintah untuk membaiat seorang imam dari kalangan Quraisy.
Oleh karenanya, para sahabat di hari saat Rasulullah SAW wafat terlihat tidak menunaikan urusan pemakaman beliau dan persiapannya sama sekali, hingga mereka menuntaskan perkara bai’at, dan akhirnya mengangkat Abu Bakar sebagai imam dan khalifah, dan mereka menyebutnya “khalifatu Rasulillah SAW” selama hidupnya. Mengingat bahwa apa yang mereka perbuat itu berasal dari pendapat Nabi dan dinisbatkan kepada beliau. Hal tersebut (ijmak sahabat) merupakan dalil yang paling menunjukkan akan wajibnya Khilafah. Bahwa umat Islam harus memiliki seorang imam yang mengatur urusan mereka, menerapkan hukum Allah atas mereka, mencegah mereka dari keburukan, dan menjaga mereka dari tindakan saling menganiaya dan berselisih.”
al-Khaththabi, _Ma’âlim al-Sunan (Syarh Sunan Abi Dawud)_, juz 3 hlm 5-6
#khilafahajaranislam
#islamrahmatanlilalamin
COMMENTS